Sesudah berbicara dengan Thian Sin, Dewa Tongkat merah melesat pergi dan Thian Sin kembali ke rombongan.“Kemana Dewa Tongkat merah? Tanya Bu Ceng Kui.“Sudah pergi,” jawab Thian Sin.“Tidak kusangka tokoh yang sudah lama tidak muncul, sekarang muncul dan bergabung dengan perkumpulan misterius,” balas Bu Ceng Kui.“Lantas apa rencanamu sekarang? Tanya Bu Ceng Kui.“Aku akan pergi ke kota Yunan,” jawab Thian Sin.“Kongcu! Bagaimana kalau kita pergi bersama sama? Tanpa sadar Ling Ji berkata, tetapi setelah melihat tatapan mata ke empat adik seperguruannya, raut wajah Ling Ji berubah merah dan langsung tundukan kepala.“Sute! Ayah, aku dan Suheng juga akan ke kota Yunan, ke pertemuan Partai besar di ajak oleh Yu Taihiap, bagaimana kalau kita pergi bersama sama? Kin Bwe berkata dengan nada penuh harap.“Suci! Sebaiknya Suci, guru serta Suheng kembali ke Kian Jiang Pang, aku pikir setelah kejadian yang terjadi hari ini di kota Yunan akan ada kejadian kejadian lain yang kita tidak tahu, aku
Beberapa perahu yang berada di dermaga tidak mau menyebrangkan Thian Sin serta kelima Dewi dari Gobi karena hari sudah malam, tetapi ada satu perahu akhirnya mau mengantar mereka setelah Ling Ji berani membayar harga yang di sepakati.Thian Sin menatap tajam tukang perahu yang menurutnya bukan orang biasa, terlihat dari perawakan si tukang perahu dan sorot tatapan mata yang tajam, tanda mempunyai isi dan itu membuat Thian Sin waspada.Di atas perahu, Thian sin di cecar pertanyaan dari kelima Dewi.“Apa benar Kongcu pernah di serang dan diselamatkan kembali oleh Ang Bit Sat Sin? Tanya Ling Er, gadis berpakaian hijau.“Benar! Saat itu aku kebetulan lewat saat Ang Bit Sat Sin bertempur dengan perkumpulan Naga Air yang hendak menyerang Kian Jiang Pang.“Aku terkena racun dan langsung tidak sadarkan diri, ketika aku sadar aku sudah berada di pemakaman,” jawab Thian Sin.“Aneh! Kenapa banyak cerita Ang Bit Sat Sin yang bertolak belakang dengan apa yang kami dengar? Ucap Ling Ji mendengar ce
Thian Sin bersama kelima Dewi dari Gobi terus melanjutkan perjalanan ke kota Yunan. Dalam perjalanannya Thian Sin merasa seperti ada beberapa pasang mata yang selalu mengawasi, walau beberapa kali Thian Sin berusaha untuk mengetahui siapa yang membuntuti tetapi tidak ada satupun orang yang berhasil ia temukan. Kuil Shaolin yang menjadi tempat pertemuan 5 partai besar terletak di kaki gunung Fujian. Setelah bertanya dengan orang yang mereka temui, Thian Sin berhenti di persimpangan. “Ling Ji! Aku tidak bisa ikut terus bersama kalian, karena jika aku terus bersama kalian, partai Gobi akan tercoreng di mata orang dunia persilatan,” Thian Sin berkata ketika mereka akan tiba di kota Yunan. Ling Ji beserta adik seperguruannya mengerti dengan perkataan Thian Sin, karena partai mereka adalah partai yang semua anggotanya wanita, kalau ada lelaki yang ikut dalam perjalanan mereka, tentu saja akan ada tanggapan miring jika dunia persilatan tahu akan hal tersebut. Kelima Dewi akhirnya berang
Thian Sin tidak mau menunggu waktu ketika tahu kantong uang nya hilang, setelah berpikir sebentar, Thian Sin akhirnya yakin gadis yang membawa bambu tadi adalah orang yang mencuri kantong uangnya dan akhirnya Thian Sin menemukan gadis itu tengah bicara dengan seorang kakek bercaping.Mi Xue langsung bersembunyi di belakang kakek bercaping ketika mendengar perkataan Thian Sin.“Kembalikan kantong uangku! Seru Thian Sin sambil sodorkan tangannya.“Anak muda! Kalau kau mampu, kau bisa ambil kembali kantong uang mu,” ucap si kakek sambil tersenyum dan memperlihatkan serta menggoyang goyang kantong uang di tangannya.“Aku tidak mau bermusuhan dengan siapapun, lebih baik kau berikan kantong uangku,” balas Thian Sin dengan nada dingin.“Kau tidak dengar perkataanku anak muda? Tanya si kakek sambil balas tersenyum, kemudian lanjut berkata.“Orang-orang memanggilku Khong Su ( pencuri sakti ) sudah menjadi aturan tak tertulis jika seseorang ingin mengambil barang di tanganku, dia harus berusaha
Khong Su membungkuk memberi hormat kepada wanita bergaun putih, begitu juga dengan Mi Xue.Wanita bergaun putih dengan kepala tertutup kerudung yang juga berwarna putih serta topeng berwarna merah menutupi wajah wanita tersebut.Topeng yang di gunakan wanita tersebut sangat halus, sepasang mata bening terlihat dari lobang mata yang terdapat di topeng merah.“Khong Su! Apa Kau tidak pernah mau mendengar nasehatku?Terdengar suara dingin dari balik topeng merah.“Maaf kan Hamba Pangcu, Hamba belum bisa melupakan kebiasaan sebagai seorang pencuri,” jawab Khong Su dengan suara bergetar.“Kalau aku tidak bertemu dengan Mi Xue, sekarang kau pasti sudah tewas di tangan Elmaut berwajah merah,” balas wanita yang di panggil Pangcu.Khong Su diam tak membalas perkataan sang ketua, dari raut wajahnya terlihat Khong Su sangat menyesali apa yang sudah ia lakukan.“Siancu! Kakek tidak bersalah, aku yang mencuri kantung uangnya,” Mi Xue ikut bicara.“Mi Xue diam kau! Jangan bicara tidak sopan kepada
Ke esokan hari, Thian Sin, Dewa Tongkat Merah serta Siau Kwi berangkat menuju ke arah kaki gunung Fujian dimana terdapat kuil Siauw Lim Pai, tempat para biksu Shaolin berada.Jalan menuju ke arah gunung Fujian ramai oleh para pendekar yang ingin menyaksikan pertemuan kelima partai besar.Bendera partai serta perkumpulan dari golongan putih yang ingin menyaksikan terlihat memenuhi jalan menuju ke arah kaki gunung Fujian.Sebelum siang hari rombongan Topeng Merah sampai di kuil.Para biksu yang menerima tamu menunjukkan tempat para tamu tanya datang, tempat para tamu undangan, lima partai besar serta penonton semuanya terpisah.Di dalam kuil, ketua Siauw Lim Pai mondar mandir sambil tangannya memegang tongkat yang menjadi lambang ketua.“Sute! Kenapa banyak sekali pendekar yang datang? Tanya sang ketua.Tat Mo rangkap kan tangan memberi hormat sebelum berkata.“Ini juga sama sekali di luar dugaan pinceng, sepertinya berita dari mulut ke mulut membuat para pendekar berdatangan, apalagi k
Satu Bayangan Hitam melesat dan berdiri di samping Thian Sin.Bu Ceng Kui menatap Yu Lai, tatapan matanya terlihat dingin, kemudian berkata.“Kau pikir aku tidak tahu niat busuk mu?“Jumlah kami dua kali lipat dari kalian, apa kita putuskan semuanya untuk bertempur sampai mati? Tanya Bu Ceng Kui melihat Yu Lai diam.Sring!Pedang di punggung Yu Lai terbang dan bergerak ke arah tangan kanan.Yu Lai menangkap pedang dan menyilangkan pedangnya di depan dada sambil berkata.“Kau pikir aku takut?He He HeBu Ceng Kui tertawa, tidak lama kemudian terdengar suara dari mulutnya.“Bunuh….bunuh semua!? Teriak Bu Ceng Kui.Ketua Siauw Lim Pai melesat dan berdiri diantar Bu Ceng Kui dan Yu Lai, kemudian ujung tongkat perlambang ketua menghantam lantai batu.Blam….Krak!Suara ledakan terdengar, serpihan batu kerikil dari lantai batu yang hancur serta debu melesat tak tentu arah membuat semua pendekar diam.“Apa kalian berdua tidak menghargai Pinceng sebagai tuan rumah? Tanya ketua Siauw Lim Pai.P
Raut wajah Sin Kun berubah kelam mendengar perkataan Thian Sin.Bukan tanpa alasan kemarahan Sin Kun meluap, karena menurut Sin Kun dari perawakan serta kulit tangan orang bertopeng di depannya, lawannya masih berusia muda dan jelas sekali dari perkataannya, lawan meremehkan dirinya.Suara cemooh langsung terdengar dari rombongan pendekar golongan putih mendengar perkataan Thian Sin, tetapi suara sumbang tersebut langsung di balas oleh orang-orang dari golongan hitam, kedua rombongan saling ejek dan hampir saja kedua golongan yang selalu bertikai itu maju kalau tidak di halangi.Chi Su hanya bisa gelengkan kepala dan berkata kepada Wu Tien.“Pinceng merasa kalau golongan putih yang sekarang tidak seperti dulu.”“Menurut Pinto juga seperti itu, aku lihat di jalan jalan pendekar yang ingin di sebut golongan putih terkadang tidak peduli dengan penderitaan orang lain,” balas Wu Tien.Keduanya diam kembali menyaksikan pibu yang sebentar lagi akan di mulai.“Anak muda! Apa benar kau ingin m