Ke esokan hari, Thian Sin, Dewa Tongkat Merah serta Siau Kwi berangkat menuju ke arah kaki gunung Fujian dimana terdapat kuil Siauw Lim Pai, tempat para biksu Shaolin berada.Jalan menuju ke arah gunung Fujian ramai oleh para pendekar yang ingin menyaksikan pertemuan kelima partai besar.Bendera partai serta perkumpulan dari golongan putih yang ingin menyaksikan terlihat memenuhi jalan menuju ke arah kaki gunung Fujian.Sebelum siang hari rombongan Topeng Merah sampai di kuil.Para biksu yang menerima tamu menunjukkan tempat para tamu tanya datang, tempat para tamu undangan, lima partai besar serta penonton semuanya terpisah.Di dalam kuil, ketua Siauw Lim Pai mondar mandir sambil tangannya memegang tongkat yang menjadi lambang ketua.“Sute! Kenapa banyak sekali pendekar yang datang? Tanya sang ketua.Tat Mo rangkap kan tangan memberi hormat sebelum berkata.“Ini juga sama sekali di luar dugaan pinceng, sepertinya berita dari mulut ke mulut membuat para pendekar berdatangan, apalagi k
Satu Bayangan Hitam melesat dan berdiri di samping Thian Sin.Bu Ceng Kui menatap Yu Lai, tatapan matanya terlihat dingin, kemudian berkata.“Kau pikir aku tidak tahu niat busuk mu?“Jumlah kami dua kali lipat dari kalian, apa kita putuskan semuanya untuk bertempur sampai mati? Tanya Bu Ceng Kui melihat Yu Lai diam.Sring!Pedang di punggung Yu Lai terbang dan bergerak ke arah tangan kanan.Yu Lai menangkap pedang dan menyilangkan pedangnya di depan dada sambil berkata.“Kau pikir aku takut?He He HeBu Ceng Kui tertawa, tidak lama kemudian terdengar suara dari mulutnya.“Bunuh….bunuh semua!? Teriak Bu Ceng Kui.Ketua Siauw Lim Pai melesat dan berdiri diantar Bu Ceng Kui dan Yu Lai, kemudian ujung tongkat perlambang ketua menghantam lantai batu.Blam….Krak!Suara ledakan terdengar, serpihan batu kerikil dari lantai batu yang hancur serta debu melesat tak tentu arah membuat semua pendekar diam.“Apa kalian berdua tidak menghargai Pinceng sebagai tuan rumah? Tanya ketua Siauw Lim Pai.P
Raut wajah Sin Kun berubah kelam mendengar perkataan Thian Sin.Bukan tanpa alasan kemarahan Sin Kun meluap, karena menurut Sin Kun dari perawakan serta kulit tangan orang bertopeng di depannya, lawannya masih berusia muda dan jelas sekali dari perkataannya, lawan meremehkan dirinya.Suara cemooh langsung terdengar dari rombongan pendekar golongan putih mendengar perkataan Thian Sin, tetapi suara sumbang tersebut langsung di balas oleh orang-orang dari golongan hitam, kedua rombongan saling ejek dan hampir saja kedua golongan yang selalu bertikai itu maju kalau tidak di halangi.Chi Su hanya bisa gelengkan kepala dan berkata kepada Wu Tien.“Pinceng merasa kalau golongan putih yang sekarang tidak seperti dulu.”“Menurut Pinto juga seperti itu, aku lihat di jalan jalan pendekar yang ingin di sebut golongan putih terkadang tidak peduli dengan penderitaan orang lain,” balas Wu Tien.Keduanya diam kembali menyaksikan pibu yang sebentar lagi akan di mulai.“Anak muda! Apa benar kau ingin m
Melihat ketua Siauw Lim Pai melesat ke tengah arena, perwakilan dari ke empat partai serta para pendekar dari golongan putih juga ikut bergerak.Perkumpulan Topeng Merah, Bu Ceng Kui serta pendekar dari golongan hitam melesat dan berdiri di belakang Thian Sin.Kedua kubu yang saling berseberangan kini saling berhadapan.Yu Lai yang juga berada tidak jauh dari Tat Mo mulai ikut bicara.“Tidak usah kau pakai topeng mu, aku sudah tahu siapa kau?“Kalau kau sudah tahu, lantas mau apa? Tanya Thian Sin dengan nada dingin.“Kembalikan dulu kitab Hud Kong Sinkang, baru kita selesaikan urusan kita,” jawab Yu Lai.“Biksu Chi! Apa kau ingin kuil mu menjadi tempat pertumpahan darah? Tanya Dewa Tongkat Merah berusaha mengalihkan perhatian para pendekar dari omongan Yu Lai.“Jika Elmaut berwajah merah mau mengembalikan kitab Hud Kong Singkang dan bersedia mengeluarkan ilmu tersebut dari dalam tubuhnya, kami pihak Siauw Lim Pai akan melepaskan Elmaut Berwajah Merah serta tidak lagi mempersoalkan sia
Perhatian para pendekar terpusat kepada Ngo Beng Kui Ong serta Pek I Siancu dan Ban Tok Kui Bo.Para tokoh tua mengenal mereka yang ada di tengah arena, tetapi sebagian besar tidak kenal, itu sebabnya anggota golongan putih melihat Ngo Beng Kui Ong geram, karena banyak kawan mereka yang tewas akibat suara tawa kelima raja setan tersebut.Shu Jin perwakilan dari Hosanpai geram, karena beberapa anak buahnya tewas, Shu Jin langsung bergerak dengan pedang menebas ke arah salah satu Ngo Beng Kui Ong.Shing!Raja setan yang di serang hanya miringkan sedikit kepala, menghindari tebasan pedang.Tangan kiri bergerak naik menghantam ke arah dada Shu Jin.Buk!Shu Jin terpental beberapa tombak saat dadanya terkena hantaman telapak lawan.Setelah muntahkan darah segar berwarna hitam, Shu Jin terkulai dan tewas seketika dengan tulang dada remuk.Anak murid Hosanpai terkejut melihat pemimpin mereka tewas, sekitar 15 orang yang tersisa langsung menyerang Ngo Beng Kui Ong.“Tahan!” Seru Chi Su, tetap
Suara terompet serta tambur semakin mendekat ke arah kuil Siauw Lim Pai, tidak lama kemudian puluhan orang bergerak mengaman kan jalan yang akan di lalui. Se ekor kuda putih bergerak menuju kuil tempat dimana para pendekar berkumpul. Ngo Beng Kui Ong langsung bergerak ke arah kuda yang di tunggangi seorang panglima perang pemerintah Yuan. Pendekar dari golongan putih, hitam serta gabungan lima partai besar melihat siapa yang datang, langsung berkumpul menjadi satu. Kuda putih berhenti di depan para pendekar, seorang pria paruh baya dengan pakaian kebesaran turun dari kuda di kawal oleh jendral Kurqi. Bibirnya tersenyum menatap satu persatu pendekar bangsa Han yang ada di depannya. “Selamat bertemu, Taihiap dan Lihiap! Perkenalkan namaku panglima Arkun, aku di utus oleh Khan Agung untuk bicara dengan para pendekar yang berkumpul di kuil Siauw Lim Pai,” pria yang menyebut dirinya panglima Arkun berkata. Pek I Siancu menoleh ke arah tuan rumah, Biksu Chi Su. Sang Biksu anggukan kep
Mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, raut wajah Thian Sin berubah dan matanya tajam menatap mata bening di balik Topeng merah, kemudian pandangannya beralih kepada Ban Tok Kui Bo.“Kenapa kau menatapku seperti itu, kau mau di racun? Tanya Ban Tok Kui Bo.“Ap….apa benar yang di katakan oleh nenek guru? Tanya Thian Sin.“Walau orang menyebutku tokoh sesat, tetapi aku tidak pernah berbohong,” jawab Ban Tok Kui Bo.Mendengar perkataan Kui Bo, tanpa banyak bicara, Thian Sin langsung melangkah ke hadapan Siancu dan langsung menjatuhkan diri bersujud di depan sang Ibu sambil ber urai air mata dan berkata.“Ibu! Maafkan putramu yang tidak berbakti.”Siancu memegang bahu sang putra dan mengangkat tubuh Thian Sin.“Bangkitlah nak! Ibu juga tidak menyangka bisa bertemu lagi denganmu setelah apa yang terjadi di perkampungan merah,”“Tahun demi tahun setelah di selamatkan oleh guru, ibu mencarimu tetapi kau seperti lenyap di telan bumi.“Ibu baru tahu kau masih hidup setelah mendapat kabar munculny
Yu Lai dan Sin Kun memutuskan untuk memancing prajurit Yuan untuk bergerak ke arah selatan, setelah mereka berpikir rombongan Dewa Tongkat Merah hanya untuk menarik perhatian agar berkumpul di utara.Dendam di hati Yu Lai serta Sin Kun sudah membuat dua orang dari rasul langit tersebut memutuskan untuk mengacaukan rencana yang sudah di susun tanpa melibatkan mereka.Yu Lai memberi isyarat kepada Sin Kun ketika melihat puluhan prajurit tengah berkumpul tidak jauh dari tenda prajurit.Sin Kun mengambil ranting kering, kemudian melemparkan ranting tersebut ke arah tenda prajurit.Shing….Trak!Tiang bendera Yuan yang berkibar di atas tenda langsung patah terkena lemparan Sin Kun.Prajurit yang tengah berkumpul di dekat tenda langsung menoleh, ketika melihat tiang bendera patah, para prajurit langsung menoleh.Sring….Sring….Sring!Prajurit Yuan langsung mencabut senjata, seorang perwira memerintahkan dua kelompok prajurit untuk menyelidiki daerah sekitar tempat mereka berjaga untuk mencari