Thian Sin tidak mau menunggu waktu ketika tahu kantong uang nya hilang, setelah berpikir sebentar, Thian Sin akhirnya yakin gadis yang membawa bambu tadi adalah orang yang mencuri kantong uangnya dan akhirnya Thian Sin menemukan gadis itu tengah bicara dengan seorang kakek bercaping.Mi Xue langsung bersembunyi di belakang kakek bercaping ketika mendengar perkataan Thian Sin.“Kembalikan kantong uangku! Seru Thian Sin sambil sodorkan tangannya.“Anak muda! Kalau kau mampu, kau bisa ambil kembali kantong uang mu,” ucap si kakek sambil tersenyum dan memperlihatkan serta menggoyang goyang kantong uang di tangannya.“Aku tidak mau bermusuhan dengan siapapun, lebih baik kau berikan kantong uangku,” balas Thian Sin dengan nada dingin.“Kau tidak dengar perkataanku anak muda? Tanya si kakek sambil balas tersenyum, kemudian lanjut berkata.“Orang-orang memanggilku Khong Su ( pencuri sakti ) sudah menjadi aturan tak tertulis jika seseorang ingin mengambil barang di tanganku, dia harus berusaha
Khong Su membungkuk memberi hormat kepada wanita bergaun putih, begitu juga dengan Mi Xue.Wanita bergaun putih dengan kepala tertutup kerudung yang juga berwarna putih serta topeng berwarna merah menutupi wajah wanita tersebut.Topeng yang di gunakan wanita tersebut sangat halus, sepasang mata bening terlihat dari lobang mata yang terdapat di topeng merah.“Khong Su! Apa Kau tidak pernah mau mendengar nasehatku?Terdengar suara dingin dari balik topeng merah.“Maaf kan Hamba Pangcu, Hamba belum bisa melupakan kebiasaan sebagai seorang pencuri,” jawab Khong Su dengan suara bergetar.“Kalau aku tidak bertemu dengan Mi Xue, sekarang kau pasti sudah tewas di tangan Elmaut berwajah merah,” balas wanita yang di panggil Pangcu.Khong Su diam tak membalas perkataan sang ketua, dari raut wajahnya terlihat Khong Su sangat menyesali apa yang sudah ia lakukan.“Siancu! Kakek tidak bersalah, aku yang mencuri kantung uangnya,” Mi Xue ikut bicara.“Mi Xue diam kau! Jangan bicara tidak sopan kepada
Ke esokan hari, Thian Sin, Dewa Tongkat Merah serta Siau Kwi berangkat menuju ke arah kaki gunung Fujian dimana terdapat kuil Siauw Lim Pai, tempat para biksu Shaolin berada.Jalan menuju ke arah gunung Fujian ramai oleh para pendekar yang ingin menyaksikan pertemuan kelima partai besar.Bendera partai serta perkumpulan dari golongan putih yang ingin menyaksikan terlihat memenuhi jalan menuju ke arah kaki gunung Fujian.Sebelum siang hari rombongan Topeng Merah sampai di kuil.Para biksu yang menerima tamu menunjukkan tempat para tamu tanya datang, tempat para tamu undangan, lima partai besar serta penonton semuanya terpisah.Di dalam kuil, ketua Siauw Lim Pai mondar mandir sambil tangannya memegang tongkat yang menjadi lambang ketua.“Sute! Kenapa banyak sekali pendekar yang datang? Tanya sang ketua.Tat Mo rangkap kan tangan memberi hormat sebelum berkata.“Ini juga sama sekali di luar dugaan pinceng, sepertinya berita dari mulut ke mulut membuat para pendekar berdatangan, apalagi k
Satu Bayangan Hitam melesat dan berdiri di samping Thian Sin.Bu Ceng Kui menatap Yu Lai, tatapan matanya terlihat dingin, kemudian berkata.“Kau pikir aku tidak tahu niat busuk mu?“Jumlah kami dua kali lipat dari kalian, apa kita putuskan semuanya untuk bertempur sampai mati? Tanya Bu Ceng Kui melihat Yu Lai diam.Sring!Pedang di punggung Yu Lai terbang dan bergerak ke arah tangan kanan.Yu Lai menangkap pedang dan menyilangkan pedangnya di depan dada sambil berkata.“Kau pikir aku takut?He He HeBu Ceng Kui tertawa, tidak lama kemudian terdengar suara dari mulutnya.“Bunuh….bunuh semua!? Teriak Bu Ceng Kui.Ketua Siauw Lim Pai melesat dan berdiri diantar Bu Ceng Kui dan Yu Lai, kemudian ujung tongkat perlambang ketua menghantam lantai batu.Blam….Krak!Suara ledakan terdengar, serpihan batu kerikil dari lantai batu yang hancur serta debu melesat tak tentu arah membuat semua pendekar diam.“Apa kalian berdua tidak menghargai Pinceng sebagai tuan rumah? Tanya ketua Siauw Lim Pai.P
Raut wajah Sin Kun berubah kelam mendengar perkataan Thian Sin.Bukan tanpa alasan kemarahan Sin Kun meluap, karena menurut Sin Kun dari perawakan serta kulit tangan orang bertopeng di depannya, lawannya masih berusia muda dan jelas sekali dari perkataannya, lawan meremehkan dirinya.Suara cemooh langsung terdengar dari rombongan pendekar golongan putih mendengar perkataan Thian Sin, tetapi suara sumbang tersebut langsung di balas oleh orang-orang dari golongan hitam, kedua rombongan saling ejek dan hampir saja kedua golongan yang selalu bertikai itu maju kalau tidak di halangi.Chi Su hanya bisa gelengkan kepala dan berkata kepada Wu Tien.“Pinceng merasa kalau golongan putih yang sekarang tidak seperti dulu.”“Menurut Pinto juga seperti itu, aku lihat di jalan jalan pendekar yang ingin di sebut golongan putih terkadang tidak peduli dengan penderitaan orang lain,” balas Wu Tien.Keduanya diam kembali menyaksikan pibu yang sebentar lagi akan di mulai.“Anak muda! Apa benar kau ingin m
Melihat ketua Siauw Lim Pai melesat ke tengah arena, perwakilan dari ke empat partai serta para pendekar dari golongan putih juga ikut bergerak.Perkumpulan Topeng Merah, Bu Ceng Kui serta pendekar dari golongan hitam melesat dan berdiri di belakang Thian Sin.Kedua kubu yang saling berseberangan kini saling berhadapan.Yu Lai yang juga berada tidak jauh dari Tat Mo mulai ikut bicara.“Tidak usah kau pakai topeng mu, aku sudah tahu siapa kau?“Kalau kau sudah tahu, lantas mau apa? Tanya Thian Sin dengan nada dingin.“Kembalikan dulu kitab Hud Kong Sinkang, baru kita selesaikan urusan kita,” jawab Yu Lai.“Biksu Chi! Apa kau ingin kuil mu menjadi tempat pertumpahan darah? Tanya Dewa Tongkat Merah berusaha mengalihkan perhatian para pendekar dari omongan Yu Lai.“Jika Elmaut berwajah merah mau mengembalikan kitab Hud Kong Singkang dan bersedia mengeluarkan ilmu tersebut dari dalam tubuhnya, kami pihak Siauw Lim Pai akan melepaskan Elmaut Berwajah Merah serta tidak lagi mempersoalkan sia
Perhatian para pendekar terpusat kepada Ngo Beng Kui Ong serta Pek I Siancu dan Ban Tok Kui Bo.Para tokoh tua mengenal mereka yang ada di tengah arena, tetapi sebagian besar tidak kenal, itu sebabnya anggota golongan putih melihat Ngo Beng Kui Ong geram, karena banyak kawan mereka yang tewas akibat suara tawa kelima raja setan tersebut.Shu Jin perwakilan dari Hosanpai geram, karena beberapa anak buahnya tewas, Shu Jin langsung bergerak dengan pedang menebas ke arah salah satu Ngo Beng Kui Ong.Shing!Raja setan yang di serang hanya miringkan sedikit kepala, menghindari tebasan pedang.Tangan kiri bergerak naik menghantam ke arah dada Shu Jin.Buk!Shu Jin terpental beberapa tombak saat dadanya terkena hantaman telapak lawan.Setelah muntahkan darah segar berwarna hitam, Shu Jin terkulai dan tewas seketika dengan tulang dada remuk.Anak murid Hosanpai terkejut melihat pemimpin mereka tewas, sekitar 15 orang yang tersisa langsung menyerang Ngo Beng Kui Ong.“Tahan!” Seru Chi Su, tetap
Suara terompet serta tambur semakin mendekat ke arah kuil Siauw Lim Pai, tidak lama kemudian puluhan orang bergerak mengaman kan jalan yang akan di lalui. Se ekor kuda putih bergerak menuju kuil tempat dimana para pendekar berkumpul. Ngo Beng Kui Ong langsung bergerak ke arah kuda yang di tunggangi seorang panglima perang pemerintah Yuan. Pendekar dari golongan putih, hitam serta gabungan lima partai besar melihat siapa yang datang, langsung berkumpul menjadi satu. Kuda putih berhenti di depan para pendekar, seorang pria paruh baya dengan pakaian kebesaran turun dari kuda di kawal oleh jendral Kurqi. Bibirnya tersenyum menatap satu persatu pendekar bangsa Han yang ada di depannya. “Selamat bertemu, Taihiap dan Lihiap! Perkenalkan namaku panglima Arkun, aku di utus oleh Khan Agung untuk bicara dengan para pendekar yang berkumpul di kuil Siauw Lim Pai,” pria yang menyebut dirinya panglima Arkun berkata. Pek I Siancu menoleh ke arah tuan rumah, Biksu Chi Su. Sang Biksu anggukan kep