“Kenapa kau? Tanya Qin Qin melihat sipat aneh Thian Sin yang terlihat tidak seperti biasa.“Diam kau! Jangan banyak bicara dan jangan perhatikan mereka, nanti urusan akan jadi panjang,” jawab Thian Sin sambil terus tundukan kepala.“Kau kenal dengan rombongan yang baru masuk? Tanya Qin Qin setelah hapal gelagat.“Aku kenal! Kalau wanita berpakaian merah itu tahu aku di sini, urusannya bisa berabe,” jawab Thian Sin.Cis!“Lagi-lagi perempuan, dasar lelaki mata keranjang,” balas Qin Qin dengan hati cemburu.“Diam kau! Bisik Thian Sin sambil jarinya ke arah bibir.“Lebih baik kau berpikir bagaimana caranya agar kita bisa keluar dari rumah makan ini tanpa di ketahui oleh mereka,” lanjut perkataan Thian Sin.~Lelaki tua berjuluk Pedang Terbang langsung mempersilahkan Yu Lai untuk duduk satu meja dengannya.“Terima kasih tuan Hao Si,” balas Yu Lai sambil duduk bersama sang putra di tempat yang sudah di sediakan.Sementara Kin Bwe, Kin Tho serta A Gu duduk satu meja dan kebetulan meja merek
Langkah Thian Sin terhenti ketika mendengar gadis menyebut Sute, tetapi Thian Sin tidak berbalik.Yu Kang mendengar perkataan Kin Bwe langsung bergerak dan bertanya.“Kin Moi! Siapa yang kau panggil Sute?“Yu Kang Kongcu! Apa aku mempunyai seorang Sute selain dia? Tanya Kin Bwe sambil menunjuk punggung Thian Sin.“Dia adalah keponakan Bu Ceng Kui, bukan Thian Sin, Sute mu. Sute mu sudah meninggal dan kau pernah cerita padaku kau ikut menghadiri pemakaman Sute mu,” balas Yu Kang.Yu Kang cemburu ketika melihat Kin Bwe masih saja belum bisa melupakan Thian Sin, walau selama dalam perjalanan ia berusaha selalu menghibur Kin Bwe, tetapi Kin Bwe sepertinya tidak peduli dan terus menjaga jarak dengan dirinya.Qin Qin mendengar nama Thian Sin di sebut oleh Yu Kang, langsung menoleh ke arah Thian Sin dan hal itu tidak luput dari perhatian Kin Bwe.Keyakinan Kin Bwe semakin kuat melihat hal tersebut bahwa orang yang tadi tidak mau menunjukkan muka kepadanya adalah Thian Sin, sang Sute yang sel
Kin Bwe, A Gu serta Kin Tho saling pandang melihat kehebatan ilmu meringankan tubuh Thian Sin.Mereka sama sekali tidak menyangka Thian Sin yang mereka kenal selama ini bisa melakukan hal tersebut.Bukan hanya orang Kian Jiang Pang, kelima Dewi dari Gobi juga tercengang, karena mereka jelas tengah menatap Thian Sin, tetapi pemuda tersebut lenyap dan mereka hanya melihat bayangan putih melesat keluar dari rumah makan.Orang-orang yang berada di dalam rumah makan ikut keluar ingin menyaksikan pertarungan antara putra Dewa Pedang dengan keponakan Bu Ceng Kui.Di depan rumah makan, Thian Sin berdiri gagah menunggu kedatangan Yu Kang.Setelah Yu Kang datang dan berhadapan, Thian Sin tersenyum dan berkata.“Kau sudah siap? Tanya Thian Sin.Mendengar perkataan lawan, Yu Kang langsung mencabut pedang dari punggungnya dan berkata.Sring!“Cabut senjatamu.”“Aku tidak pernah menggunakan senjata, kalau kau mau serang, Silahkan! Balas Thian Sin.Tanpa Ragu Yu Kang melesat sambil tusukan pedangnya
Thian Sin menatap kakek yang memakai topeng berwarna merah.“Maaf! Tetapi aku tidak kenal dengan Pangcu Taihiap,” balas Thian Sin.“Tidak apa, tetapi kami dari perkumpulan Topeng merah sudah mendapat pesan dari Pangcu, jika bertemu dengan pemuda bernama Thian Sin, kami harus membantunya dan kebetulan aku lewat di sekitar sini ketika mendengar namamu di sebut, aku pikir kau lah pemuda yang di maksud oleh Pangcu,” kakek bertopeng merah berusaha menjelaskan.“Sepertinya aku kenal dengan kau? Bu Ceng Kui ikut bicara“Kenal atau tidak aku tidak peduli, karena aku tidak ada urusan denganmu,” balas kakek bertopeng merah dengan nada ketus.“Bangsat! Berani sekali kau berkata seperti itu padaku, apa kau tahu siapa aku? Tanya Bu Ceng Kui sambil melotot.“Kau dengar tidak? Aku tidak peduli siapa kau,” jawab Kakek bertopeng merah.Bu Ceng Kui tak membalas melihat Thian Sin gelengkan kepala memberi isyarat kepadanya agar tidak berkata apa apa.Qin Qin serta Kin Bwe mendekati Thian Sin bersamaan da
Raut wajah Yu Lai tidak sebengis tadi setelah dirinya berhasil di kalahkan, memang pertempuran baru beberapa jurus, tetapi hasil yang terlihat tidak bisa di tutupi dan kakek yang bergelar Dewa Tongkat Merah berhasil memenangkan pertarungan.Yu Lai tidak mau menyerah walau dia kalah, tubuhnya bergerak dan kedua kakinya keluar dari tanah.Sambil perlahan memutar pedang, Yu Lai kembali bersiap.Thian Sin tahu kalau di teruskan salah satu dari mereka akan tewas dan Thian Sin tidak ingin hal itu terjadi, walau dendam dengan ke empat rasul langit karena telah mengeroyok sang ayah, tetapi hal tersebut terjadi di pertempuran resmi.Melihat kakek bertongkat merah siap untuk menyerang, Thian Sin langsung melesat mendekati si kakek dan berkata.“Tunggu dulu, kek! Aku minta kakek melepaskan Yu Taihiap,” Thian Sin berkata.“Dia sudah melukai Kongcu, aku harus membunuhnya,” balas si kakek.“Aku tidak terluka,” balas Thian Sin.Dewa Tongkat merah belum menjawab, Thian Sin langsung berkata kembali, k
Sesudah berbicara dengan Thian Sin, Dewa Tongkat merah melesat pergi dan Thian Sin kembali ke rombongan.“Kemana Dewa Tongkat merah? Tanya Bu Ceng Kui.“Sudah pergi,” jawab Thian Sin.“Tidak kusangka tokoh yang sudah lama tidak muncul, sekarang muncul dan bergabung dengan perkumpulan misterius,” balas Bu Ceng Kui.“Lantas apa rencanamu sekarang? Tanya Bu Ceng Kui.“Aku akan pergi ke kota Yunan,” jawab Thian Sin.“Kongcu! Bagaimana kalau kita pergi bersama sama? Tanpa sadar Ling Ji berkata, tetapi setelah melihat tatapan mata ke empat adik seperguruannya, raut wajah Ling Ji berubah merah dan langsung tundukan kepala.“Sute! Ayah, aku dan Suheng juga akan ke kota Yunan, ke pertemuan Partai besar di ajak oleh Yu Taihiap, bagaimana kalau kita pergi bersama sama? Kin Bwe berkata dengan nada penuh harap.“Suci! Sebaiknya Suci, guru serta Suheng kembali ke Kian Jiang Pang, aku pikir setelah kejadian yang terjadi hari ini di kota Yunan akan ada kejadian kejadian lain yang kita tidak tahu, aku
Beberapa perahu yang berada di dermaga tidak mau menyebrangkan Thian Sin serta kelima Dewi dari Gobi karena hari sudah malam, tetapi ada satu perahu akhirnya mau mengantar mereka setelah Ling Ji berani membayar harga yang di sepakati.Thian Sin menatap tajam tukang perahu yang menurutnya bukan orang biasa, terlihat dari perawakan si tukang perahu dan sorot tatapan mata yang tajam, tanda mempunyai isi dan itu membuat Thian Sin waspada.Di atas perahu, Thian sin di cecar pertanyaan dari kelima Dewi.“Apa benar Kongcu pernah di serang dan diselamatkan kembali oleh Ang Bit Sat Sin? Tanya Ling Er, gadis berpakaian hijau.“Benar! Saat itu aku kebetulan lewat saat Ang Bit Sat Sin bertempur dengan perkumpulan Naga Air yang hendak menyerang Kian Jiang Pang.“Aku terkena racun dan langsung tidak sadarkan diri, ketika aku sadar aku sudah berada di pemakaman,” jawab Thian Sin.“Aneh! Kenapa banyak cerita Ang Bit Sat Sin yang bertolak belakang dengan apa yang kami dengar? Ucap Ling Ji mendengar ce
Thian Sin bersama kelima Dewi dari Gobi terus melanjutkan perjalanan ke kota Yunan. Dalam perjalanannya Thian Sin merasa seperti ada beberapa pasang mata yang selalu mengawasi, walau beberapa kali Thian Sin berusaha untuk mengetahui siapa yang membuntuti tetapi tidak ada satupun orang yang berhasil ia temukan. Kuil Shaolin yang menjadi tempat pertemuan 5 partai besar terletak di kaki gunung Fujian. Setelah bertanya dengan orang yang mereka temui, Thian Sin berhenti di persimpangan. “Ling Ji! Aku tidak bisa ikut terus bersama kalian, karena jika aku terus bersama kalian, partai Gobi akan tercoreng di mata orang dunia persilatan,” Thian Sin berkata ketika mereka akan tiba di kota Yunan. Ling Ji beserta adik seperguruannya mengerti dengan perkataan Thian Sin, karena partai mereka adalah partai yang semua anggotanya wanita, kalau ada lelaki yang ikut dalam perjalanan mereka, tentu saja akan ada tanggapan miring jika dunia persilatan tahu akan hal tersebut. Kelima Dewi akhirnya berang