Thian Sin menggerakan kedua tangan turun naik, kemudian berputar lalu tubuhnya bergerak menghantam batu besar yang ada di depan.
Sebelum telapaknya tangannya menyentuh batu, kedua telapak tangan Thian Sin berubah warna menjadi merah.Blar!Batu besar hancur dan serpihan batu berubah warna menjadi merah.Thian Sin tersenyum melihat hasil yang ia peroleh sambil melihat kedua tangan.“Ban-tok-Ciang ( tangan selaksa racun ) dari Ang-tok-Jiu sangat dasyat,” batin Thian Sin melihat hasil yang ia peroleh.Thian Sin sangat senang dengan hasil yang ia peroleh, kini racun merah benar-benar terkunci di titik jalan darahnya dan racun hanya bisa keluar menyebar ke seluruh tubuh jika ia membuka dan menyalurkannya menggunakan tenaga Hud Kong Sing Kang.Racun merah juga tidak bisa melukai Thian Sin, karena tenaga Hud Kong Sing kang melindungi seluruh tubuh bagian dalam.Jika ada kesempatan berlatih, Thian Sin berlatih di hutan ini untuk belajar dan mematangkan ilmu Ang-tok-Jiu, pohon-pohon di sekitar Thian Sin banyak yang kering akibat hawa racun yang keluar dari tubuh Thian Sin, hutan di sekitar tempat Thian Sin berlatih sudah terlihat seperti hutan mati.Sesudah berlatih Thian Sin kembali ke rumah.Di depan rumahnya sudah tampak Kin Bwee serta A Gu.“Sam sute, kau darimana? Tanya Kin Bwee dengan raut wajah curiga, karena sudah menunggu lama bersama A Gu.“Habis jalan-jalan ke hutan melemaskan otot sambil berburu ayam hutan,” jawab Thian Sin sambil angkat dua ekor ayam hutan di tangan.“Sam Sute, sudah berapa kali aku bilang! Kalau mau pergi ke hutan ajak aku atau A Gu, di hutan banyak binatang buas, nanti kalau ada Harimau menyerang, bagaimana? Balas Kin Bwee.“Suci! Aku sudah 17 tahun dan aku juga sudah belajar ilmu pukulan dari guru, jadi Suci tidak usah terlalu khawatir terhadap ku,” Thian Sin berusaha menenangkan Kin Bwee.“Suteee! Harimau tidak akan mati jika hanya di pukul dan di tusuk oleh tangan biasa, harus ada tenaga dalam mempuni yang dapat membunuh se ekor Harimau,” balas Kin Bwee dengan nada kesal karena omongannya di bantah.“Bukan itu maksud dari perkataanku, Suci! Aku sudah besar dan aku bisa menjaga diri sendiri, jadi Suci jangan salah paham,” ucap Thian Sin berusaha menenangkan Kin Bwee.“Kita bertiga di tunggu ayah di rumah,” ucap Kin Bwee setelah tidak bisa membalas perkataan Thian Sin.Ketiganya lalu berangkat menuju ke kediaman Pangcu Sungai Panjang.Sesampainya mereka di rumah, Pangcu perkumpulan sungai panjang beserta para sesepuh sudah berkumpul.A Gu, Kin Bwee dan Thian Sin duduk sesudah Kin Tho mempersilahkan.Kita berkumpul di sini untuk membahas kedatangan tamu terhormat, kali ini yang akan berkunjung ke perkumpulan kita adalah tuan Yu Lai.Suasana riuh langsung terdengar dari ruangan ketika Kin Tho menyebut nama Yu Lai.“Siapa Yu Lai? Tanya Thian Sin dengan nada pelan kepada Kin Bwee.“Sam Sute tidak tahu tuan Yu Lai? Kin Bwee balik bertanya dengan nada heran.Thian Sin gelengkan kepala.Tuan Yu Lai adalah It kiam Sian ( Dewa Pedang Tunggal ) Kokcu lembah pedang, salah satu dari 4 Rasul langitRaut wajah Thian Sin berubah mendengar kata 4 Rasul langit, karena Thian Sin pernah mendengar pembicaraan antara ibunya dengan murid dari sang ayah, bahwa ayahnya tewas akibat di keroyok oleh 4 rasul langit, 4 pendekar yang di percaya mempunyai kemampuan paling tinggi di dunia Kangouw.“Ayah! Kapan Yu Lai Taihiap akan datang ke tempat kita? Tanya Kin Bwee.“Menurut utusan dari lembah pedang, dua hari lagi mereka akan sampai di tempat kita,” jawab Kin Tho sambil tersenyum.“Kau pasti tidak sabar untuk bertemu, bukan? Lanjut perkataan Kin Tho.“Benar ayah! Tetapi apa benar kabar yang tersiar di luaran, kalau mereka datang ke satu tempat pasti menurunkan ilmunya kepada tuan rumah? Kin Bwee balik bertanya.“Tidak semua seperti itu, intinya jika mereka datang pasti ada kebaikan yang di dapat, karena mereka ber empat terkenal sebagai pentolan dari golongan putih, tidak seperti Su-Tay-Ok-Ji, jika salah satu dari mereka hadir pasti akan menimbulkan kehancuran,” balas Kin Tho.“Bukankah Su-Tay-Ok-Ji hanya tersisa 3 orang, Ang-Bin-Moko sudah tewas sewaktu memperebutkan tempat pertama? Ucap salah seorang dari tetua perkumpulan.“Kau benar! Itu sebabnya Su-Tay-Ok-Ji sejak kematian Ang-Bin Moko, mereka lenyap seperti di telan bumi karena hanya Ang Bin Moko yang mempunyai kemampuan mengerikan, menurut kabar yang beredar, Ang Bin Moko tewas setelah bertarung dengan ke empat rasul langit,” jawab Kin Tho.“Ang Bin Moko tewas di bokong,” tanpa sadar Thian Sin ikut bicara.Mereka yang hadir langsung menatap saat mendengar perkataan Thian Sin.Thian Sin saat melihat tatapan mata yang hadir, baru sadar kalau ia sudah salah bicara, kemudian berkata kembali untuk menetralisir suasana.“Kalau Ang Bin Moko bertarung dengan 4 rasul langit dan tidak kalah, kalau dia tewas pasti ada yang membokongnya, apa aku salah?“Hati-hati kalau bicara, mau ada yang bokong atau tidak, Ang Bin Moko pantas mati, karena dia adalah ketua dari Su Tay Ok Ji,” jawab Bo Heng.“Kulihat kau mendukung Ang Bin Moko, kau golongan putih atau hitam? Lanjut perkataan Bo Heng sambil menatap tajam Thian Sin.“Tetua Bo! Hitam atau putih di tentukan oleh sikap seorang pendekar, bukan hasil tunjukan seseorang,” ucap Thian Sin sambil balas menatap Bo Heng.Brak!Meja langsung di gebrak oleh Bo Heng ketika mendengar balasan Thian Sin.“Apa maksud dari perkataanmu? Tanya Bo Heng.Kin Bwee langsung menatap sang ayah melihat Bo Heng mulai panas.Kin Tho tahu maksud dari tatapan Kin Bwee.Biarpun Thian Sin belajar silat hanya teori dan gerakan, tidak mau belajar tenaga dalam, Kin Tho tetap suka kepada Thian Sin yang sopan, pintar dan tidak malu menjadi pembuat perahu membantu kakek Hay.“Saudara Bo Heng! Kita bertemu bukan untuk membicarakan hal tidak penting, tetapi menyusun acara agar tamu terhormat tidak kecewa terhadap perkumpulan Sungai Panjang,” Kin Tho berkata sambil berdiri.“Pangcu! Maafkan Bo Heng.“Bo Heng hanya ingin memberi pelajaran saja agar hati-hati kalau bicara,” Bo Heng memberi hormat setelah berkata, kemudian duduk.Bo Heng tahu diri, sejak tanpa sadar menggebrak meja akibat kesal dengan perkataan Thian Sin, mata Kin Tho selalu menatap tajam ke arahnya.Bo Heng hanya kepala keamanan di perkumpulan Sungai panjang, Bo Heng belum cukup kuat untuk menghadapi Kin Tho, itu sebabnya kemarahan Bo Heng di pendam dalam hati.“Sudahlah! Aku hanya tidak ingin ada salah paham diantara anggota perkumpulan,” balas Kin Tho.Thian Sin tidak begitu mendengarkan perkataan sang Pangcu, pikirannya menerawang kepada Yu Lai.Thian sin penasaran dengan sosok salah satu dari empat rasul langit yang akan berkunjung ke perkumpulan sungai panjang, karena ke empat rasul tersebut adalah pendekar yang sudah mengeroyok sang ayah.“Aku harus pikirkan cara untuk memberi salam perkenalan kepada Yu Lai,” batin Thian Sin sambil lanjut berkata dalam hati.“Tetapi apa aku mampu?”Hari yang di tunggu oleh semua orang di perkumpulan sungai panjang, akhirnya tiba.Rumah-rumah yang di hias, bendera serta umbul-umbul menghiasi sepanjang jalan yang menuju perkampungan sungai panjang untuk menyambut kedatangan tamu istimewa.Satu kapal besar bersandar di dermaga sungai, beberapa orang tampak turun dari kapal tersebut.Kin Tho bersama para tetua yang menyambut kedatangan Yu Lai di dermaga tersenyum ketika melihat seorang pria dengan rambut putih turun dari kapal.Yu Lai jalan di dampingi oleh seorang pemuda tampan beserta dua orang lelaki, satu orang biksu dan seorang lagi pria tua yang tidak lain adalah Tay Hu, wakil dari Yu Lai.“Selamat datang di perkumpulan sungai panjang, Taihiap! Kin Tho berkata sambil memberi hormat saat Yu Lai ada di hadapannya.“Terima kasih sudah mengundang kami Pangcu, satu kehormatan buat lembah pedang bisa datang ke perkumpulan sungai panjang,” Yu Lai membalas perkataan serta penghormatan dari Kin Tho.Kin Tho sangat senang dengan balasan
Kening di wajah Yu Lai mengerut mendengar nama Ang-bit-sat-Sin ( Elmaut berwajah merah )Kin Tho melesat ke tengah Bu-koan, setelah berdiri di sisi Kin Bwe, Kin Tho memberi hormat dan berkata.“Taihiap! Aku adalah Kin Tho, Pangcu sungai panjang, jika Taihiap berkenan datang berkunjung ke perkumpulan ku, harap unjukan diri agar bisa bercakap-cakap karena di sini juga ada Yu Lai Taihiap serta Biksu Tat Mo.”Kin Tho sengaja menyebut nama Yu Lai dan Biksu Tat Mo agar orang tersebut berpikir dua kali jika ingin berbuat onar di perkumpulannya.Baru saja Kin Tho selesai bicara, satu bayangan bergerak melesat di atas para penonton.Whut….tap!Seorang pria dengan rambut ter urai panjang serta setengah wajahnya tertutup topeng dari kulit sudah berdiri di tengah Bu-koan.Suara dingin terdengar dari mulut pria bertopeng, “maaf sudah mengganggu acara Pangcu Sungai Panjang.”“Taihiap kenapa harus datang seperti ini? Kalau Taihiap datang secara baik-baik kami dari perkumpulan sungai panjang pasti ak
Yu Lai serta Biksu Tat Mo saking terkejut melihat raut wajah merah yang selama 10 tahun kebelakang menjadi momok menakutkan di dunia persilatan, sampai lupa untuk mengejar Thian Sin yang melarikan diri, padahal jika saat itu Thian Sin di serang, ia pasti kalah.Dada Thian Sin terasa sesak setelah menerima pukulan Tat Mo, itu sebabnya sambil menahan rasa sakit di dada Thian Sin langsung pergi meninggalkan Bu Koan.Setelah mengganti pakaian serta sedikit membersihkan noda darah di bibir, Thian Sin kembali ke rumah Kin Tho.Suasana di rumah sang Pangcu langsung ramai, ketika Thian Sin hendak masuk dari sisi rumah terdengar suara A Gu.“Darimana saja kau? Tanya A Gu.“Dari belakang, Suheng! Perut ku tidak bisa di ajak kompromi, baru makan yang enak enak sudah minta di keluarkan lagi,” jawab Thian Sin sambil balik bertanya.“Ada apa, kenapa semuanya meninggalkan Bu Koan, apa acaranya sudah selesai?“Guru serta Yu Lai Taihiap dan biksu Tat Mo sedang berunding di dalam, membahas musuh yang b
Thian Sin sangat tertarik dengan kitab pemberian dari kakek Hay dan terus membuka serta membaca isi dari kitab tersebut.“Sepertinya ini kitab ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi,” batin Thian Sin setelah membaca isi kitab.“Darimana kakek dapat kitab ini? Tanya Thian Sin.“Dulu sewaktu kakel tengah memancing ikan untuk makan, ada mayat tersangkut di semak-semak sisi sungai, aku menarik mayat dari sungai untuk di makamkan, sebelum kakek makamkan, kakek memeriksa tubuh orang itu dan menemukan kitab ini,” jawab Kakek Hay.Thian Sin lalu memberitahu kitab apa yang di berikan sang kakek.“Itu bagus! Kau pelajari isinya agar tuan Thian Bu bisa tersenyum di atas sana,” balas kakek Hay sambil lanjut berkata.“Kau tekuni saja kitab itu! Mulai sekarang kau tidak usah membantuku membuat perahu, tetapi jika kau sudah mempelajari kitab, bakar kitab tersebut karena aku yakin itu adalah kitab pusaka yang menjadi rebutan, terlihat dari mayat yang aku makamkan, tubuhnya penuh dengan luka.”Thian Si
Sekitar dua puluh orang anggota perkumpulan Naga Air langsung cabut senjata dan bergerak mengepung Thian Sin.Thian Sin melihat anggota Naga Air mengurung dirinya sambil menggenggam senjata, langsung berpikir bahwa orang-orang tersebut memang bersipat kejam dan ingin membunuh lawannya tanpa memberi kesempatan untuk bertanding adil satu lawan satu.Apalagi setelah mendengar perkataan salah seorang dari mereka bahwa besok tidak akan ada lagi nama Perkumpulan Sungai panjang di dunia persilatan, itu membuktikan bahwa mereka berniat menghabisi perkumpulan sungai panjang hari ini.“Kalian salah berjumpa dengan ku, karena perjumpaan ini adalah hari terakhir kalian hidup di bumi,” ucap Thian Sin.Salah seorang anggota langsung melesat dan menebas kepala Thian Sin setelah mendengar perkataan sang lawan.Shing!Tapi bukan main terkejutnya anggota naga air ketika ia menebas tempat kosong, karena orang yang di serang sudah tidak ada di tempat.Belum sempat anggota naga air yang menyerang bergerak
Ma Huang terkejut mendengar nama Elmaut berwajah merah, tanpa banyak bicara Ma Huang cabut senjata dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.Pedang, tombak serta cakar besi yang menjadi indetitas Sui Liong Pang melesat ke arah Thian Sin.Thian Sin bergerak cepat menghindari serangan berbagai macam senjata lawan, tubuhnya bergerak ke kiri dan kanan, terkadang menunduk sambil tangan dengan ilmu Ban Tok Ciang menampar dan memukul lawan.Plak….buk….aaarrrrgh!Melihat anak buahnya satu per satu tewas dengan tubuh berwarna merah akibat racun, baru Ma Huang percaya kalau musuhnya kali ini adalah Ang Bit Sat Sin, tokoh yang sedang menjadi bahan perbincangan di dunia persilatan.Tak ada pilihan lain bagi Ma Huang, untuk mundur sudah tidak mungkin, senjata berbentuk dayung terbuat dari besi menderu menyerang badan Thian Sin.Thian Sin mundur menghindari serangan, kemudian tubuhnya bergerak ke kanan sambil maju dan menghantam pinggang Ma Huang.Ma Huang putar dayung besi ke arah k
Kakek Hay meminta kepada Kin Tho untuk mengurus mayat Thian Sin.Tadinya mayat Thian Sin hendak di bakar bersama mayat orang-orang Sui Liong Pang agar racun tidak menyebar, tetapi usul tersebut di tolak keras oleh kakek Hay dengan alasan kakek Hay ingin mengenang dan menyambangi kuburan sang cucu untuk mengingatnya, akhirnya Kin Tho setuju.Kakek Hay sudah menyiapkan peti mati untuk sang cucu, peti mati yang di buat khusus dengan beberapa lubang kecil di daerah sekitar penyekat peti mati.Tanpa menunggu waktu lama, peti mati yang berisi mayat Thian Sin di kubur di puncak bukit di pemakaman Kian Jiang Pang.Setelah acara pemakaman selesai, semua kembali, hanya Kin Bwe, A Gu serta kakek Hay yang masih berada di tempat Thian Sin di makamkan.Raut wajah kakek Hay pucat melihat satu batang bambu kecil muncul dari dalam tanah, Kakek Hay langsung bergerak menutupi batang bambu tersebut.“Sudahlah Siocia! Lebih baik Siocia kembali, semua ini sudah takdir Dewa,” ucap Kakek Hay berusaha membuju
Thian Sin menatap gadis yang sudah membantingnya, kemudian membalas perkataan si gadis.“Siocia sudah mencuri perahu aku.”Sang gadis langsung membuang muka melihat tatapan Thian Sin, entah kenapa tatapan mata tersebut membuat hatinya bergetar dan jantungnya berdebar debar.“Nona….nona Qiao, Cepat kembali! Kapal akan berangkat,” terdengar suara teriakan dari arah kapal.Wanita berpakaian merah mendengar suara dari arah kapal, tangan kanannya menepak ke arah air.Blar!Perahu langsung melesat ke arah kapal besar.Setelah dekat kapal, tubuh wanita tersebut bergerak naik sambil tangan kiri menyentakan selendang, Thian Sin yang masih terbelit selendang langsung terangkat dan jatuh di kapal besar.“Siapa wanita ini? Tenaga dalam nya lumayan tinggi,” batin Thian Sin melihat aksi si gadis.Thian Sin sengaja tidak melawan dan menunjukkan kekuatan karena penasaran dengan gadis tersebut.“Siapa dia? Tanya seorang pria berpakaian mewah dengan rambut kiri kanan di kepang, ciri khas rambut orang Y