Kedatangan Thian Sin di perkumpulan sungai panjang menarik perhatian para anak murid perkumpulan sungai panjang yang sebaya dengannya, salah satunya adalah Kin Bwee, anak dari Pangcu Jiang-Kiang-Pang
Kin Bwee setelah tahu Thian Sin tinggal di rumah kakek Hay, ia mengajak kawan-kawannya untuk melihat Thian Sin.Kin Bwee tertegun melihat bocah berwajah tampan tengah jalan sambil memanggul papan.“Apa dia yang bernama Thian Sin? Tanya Kin Bwee.“Benar Siocia! Jawab A Gu.“Kenapa sih Suheng selalu memanggilku Siocia, panggil saja aku Sumoi, aku kan adik seperguruan Suheng,” Kin Bwee berkata dengan nada kesal, sudah sering ia beritahu A Gu untuk tidak memanggilnya Siocia ( nona ) tetapi tidak di indahkan oleh A Gu.A Gu hanya tundukan kepala mendengar perkataan sang Sumoi, A Gu yang ber umur 12 tahun memang sangat hormat kepada Kin Bwee beserta keluarganya, karena A Gu di angkat murid oleh Kin Tho sesudah Kin Tho berhasil menolong ia beserta keluarganya dari rampok gunung yang menyerang perkampungan mereka.“Suheng, Tolong panggil anak baru itu! Seru Kin Bwee.Tanpa banyak bicara, A Gu langsung menghampiri Thian Sin, kemudian memberi tahu Thian Sin agar bertemu dengan Kin Bwee.Sesudah meletakan papan, Thian Sin menghampiri Kin Bwee.“Ada apa memanggilku? Tanya Thian Sin.Raut wajah Kin Bwee berubah mendengar perkataan tidak sopan dari Thian Sin.“Bicara yang sopan terhadapku, kau tahu tidak siapa aku? Tanya Kin Bwee dengan nada kesal.“Memangnya kau siapa? Tanya Thian Sin dengan nada acuh.“Aku Kin Bwee, putri dari Kin Tho, Pangcu perkumpulan Sungai panjang.“Anggota baru yang seumuran harus lapor padaku,” jawab Kin Bwee sambil menatap Thian Sin.Kening di wajah Thian Sin berkerut mendengar perkataan anak wanita seumuran dengannya, kemudian membalas.“Kemarin aku bersama kakek Hay sudah lapor kepada Pangcu, kenapa aku harus lapor lagi kepadamu?“Kau jangan banyak bicara, cepat lakukan apa yang di perintahkan oleh Sio, eh Sumoi,” A Gu ikut bicara mendengar Thian sin sepertinya keberatan.“Aku banyak kerjaan,” balas Thian Sin sambil balikan badan, ketika hendak melangkah pergi. Baju belakangnya di tarik oleh A Gu, kemudian A Gu langsung membanting tubuh Thian Sin di depan Kin Bwee.Bruk!Suara sorak langsung terdengar dari anak-anak yang ikut bersama Kin Bwee.Thian Sin pegangi punggungnya yang sakit akibat bantingan A Gu, Thian Sin mengerti dasar ilmu silat yang di ajarkan sang ayah, tetapi ia tidak mau orang lain tahu dan membalas apa yang di lakukan oleh A Gu.“Kalau kau tidak menghormati aku, Suheng akan memperlakukan kau seperti ini,” Kin Bwee berkata sambil tersenyum, ia senang melihat Thian Sin terkapar di depan kakinya.“Hei….hei! Apa-apaan ini? Teriak seorang yang tidak lain kakek Hay.“Siocia! Ada apa ini? Tanya kakek Hay melihat Thian Sin tergeletak di depan Kin Bwee.“Dia tidak menuruti perintah Siocia, kakek Hay,” A Gu yang menjawab pertanyaan kakek Hay.Kakek Hay langsung menarik napas panjang mendengar perkataan A Gu, kemudian berkata.“Siocia! Maafkan anak Sin, dia baru saja datang dan tidak tahu aturan di perkumpulan sungai panjang.“Tetapi kakek Hay sudah lapor kepada Pangcu dan anak Sin sudah di terima menjadi anggota perkumpulan sungai panjang, apa perlu kakek Hay melaporkan lagi kejadian ini kepada Pangcu?”Kin Bwee diam, tidak lama kemudian Kin Bwee angkat bicara.“Suheng, mari kita pergi!”Keduanya lalu pergi di ikuti oleh anak-anak lain meninggalkan Thian Sin.Perlahan Thian Sin berdiri.“Kau tidak apa-apa? Tanya Kakek Hay.“Tidak apa-apa kek,” jawab Thian Sin sambil mengusap usap bajunya yang kotor.“Kin Siocia terlalu di manja oleh Pangcu, jadi seperti itu tabiatnya, kau tidak sudah ambil hati, lain kali turuti saja kemauannya agar kau tidak lagi di ganggu oleh mereka,” Kakek Hay memberi nasehat kepada Thian Sin.Thian Sin anggukan kepala, kemudian mengangkat papan dan jalan mengikuti kakek Hay.~Sore hari adalah waktu yang di tunggu oleh anak-anak se usia Thian Sin, karena di sore hari anak-anak berkumpul untuk menerima pelajaran silat yang di ajarkan oleh seorang Kauwsu ( guru silat ) bernama Ciang BoKin Bwee dan A Gu berdiri paling depan, di belakang mereka berbaris anak-anak dari perkumpulan sungai panjang.Ketika mereka tengah pasang kuda-kuda, terdengar teriakan.“Tunggu….tunggu aku!?”Kin Bwee beserta yang lain langsung menoleh ke arah suara, mereka melihat Thian Sin berlari kecil mendekat ke arah kumpulan anak-anak yang tengah belajar silat.“Siapa bocah itu? Tanya Ciang Bo yang baru kali ini melihat Thian Sin.“Dia anak yang di bawa oleh kakek Hay,” jawab A Gu.“Kau sudah di terima oleh Kiang-Jiang-Pang? Tanya Ciang Bo setelah Thian Sin berada di depannya.“Hamba sudah di terima oleh Pangcu, kauwsu.“Kin Siocia juga sudah tahu,” jawab Thian Sin sambil tersenyum manis dan anggukan kepala kepada Kin Bwee.Kin Bwee mendengar Thian Sin menyebutnya Siocia sambil tersenyum manis, hatinya sangat senang dan ikut bicara.“Benar apa yang di katakan adik Thian, kakek Hay kemarin sudah melapor dan Thian Sin sudah di terima menjadi anggota Kiang-Jiang-Pang.”Ciang Bo anggukan kepala, kemudian menyuruh Thian Sin ikut dalam barisan yang akan berlatih.Ciang Bo lalu memberi pelajaran kuda-kuda kepada anak muridnya.Anak-anak yang berlatih kembali ke rumah masing-masing ketika matahari mulai tenggelam, begitu pula dengan Thian Sin.“Sam Sute! Kau mau main ke rumahku? Kin Bwee berkata sebelum pulang.“Maaf Suci! Sute harus kembali ke rumah, biar kakek Hay tidak khawatir,” jawab Thian Sin.Kin Bwee sangat senang mendengar dirinya di panggil Suci, lalu anggukan kepala sambil tersenyum manis.Mereka lalu kembali ke rumah masing-masing.Aktivitas sehari hari yang di lakukan oleh Thian Sin hanya membantu membuat perahu, berlatih di sore hari dan melatih ilmu Hud Kong Sing Kang di malam hari, sesudah berlatih Thian Sin mempelajari teori teori dari dalam kitab milik sang ayah, Thian Sin juga baru tahu kenapa ayahnya berkulit merah, itu di sebabkan racun ular merah sudah menyebar ke seluruh tubuh, hanya Hud Kong Sing Kang yang mampu melindungi tubuh dari racun merah.“Kenapa ayah tidak mempelajari Hud Kong Sing Kang?” Batin Thian Sin setelah membaca keterangan di dalam kitab.“Jadi aku harus minum Ang Tok Coa ( racun ular merah ) di dalam botol ini jika ingin mempelajari jurus pukulan Ang Tok Jiu,” batin Thian Sin sambil memegang botol kecil berisi racun.~Hari berganti, bulan dan tahun terus berlalu, tanpa terasa Thian Sin sudah tinggal di perkumpulan sungai panjang selama hampir 10 tahun.Berkat ketekunan dan otaknya yang cerdas, akhirnya Thian Sin dalam usia 10 tahun berhasil mempelajari Hud Kong Sing Kang dengan sempurna dan jurus tambahan dalam kitab Hud Kong Sing Kang yang di beri nama Hud lek Kim Kong Sin ci ( jari sakti tenaga Buddha ) tetapi Thian Sin tidak berani mencoba ilmu jari tersebut karena mempunyai daya hancur yang luar biasa.Jika sedang menggunakan ilmu dari pendeta shaolin tersebut, tubuh Thian Sin terkadang mengeluarkan aura berwarna kuning emas.Di dalam kamarnya Thian Sin memegang botol racun merah, sudah lama ia ingin minum racun merah tersebut, tetapi hatinya selalu bimbang.“Kalau tidak aku coba, bagaimana aku bisa mempelajari Ang Tok Jiu warisan keluarga,” batin Thian Sin.Thian Sin duduk sila, kemudian membuka tutup botol dan meminum habis semua racun ular merah.Awal meminum tidak ada hal yang terjadi, tetapi setelah racun menyebar ke seluruh tubuh, hawa panas mulai datang menyerang.Thian Sin langsung bersemedi dan mengerahkan Hud Kong Sing Kang di dalam tubuh agar melindungi organ bagian dalam dari serangan racun ular merah.Aura ke emasan serta aura berwarna merah bergantian menyelimuti tubuh Thian Sin.Jika Kakek Hay belum tidur, ia pasti terkejut karena dari dalam kamar Thian Sin keluar sinar berwarna ke emasan dan merah bergantian.Thian Sin akhirnya tergeletak tak sadarkan diri setelah tak kuat menahan rasa sakit akibat serangan racun merah, dua aura terus bergantian menyelimuti tubuh Thian Sin.“Thian Sin….Thian Sin, kau sudah bangun? Tanya kakek Hay melihat pintu kamar masih tertutup.Thian Sin membuka mata, kemudian jalan menuju ke arah pintu, ketika membuka pintu kamar, raut wajah kakek Hay berubah ketika melihatnya.“Kenapa kakek menatapku seperti itu? Tanya Thian Sin melihat mata kakek Hay seperti akan lompat saat melihatnya.Kakek Hay menunjuk ke arah wajah Thian Sin dan berkata.“Kenapa wajahmu merah?”Thian Sin terkejut mendengar perkataan kakek Hay, tanpa banyak bicara Thian Sin melesat ke arah dapur, kemudian mengambil air lalu air tersebut di taruh ke dalam baskom.Raut wajah Thian Sin berubah pucat, ketika melihat seluruh kulit wajahnya berubah warna menjadi merah, mirip seperti wajah sang ayah.“Apa yang salah? Menurut keterangan yang di tulis oleh ayah jika mempelajari Hud Kong Sing Kang, racun ular merah tidak menyebar,” batin Thian Sin.“Jelaskan kepada kakek kenapa wajahmu menjadi merah? Terdengar suara kakek Hay di belakang Thian Sin.“Aku kemarin memetik buah berwarna merah di hutan, setelah makan buah itu, tubuh Thian Sin gatal-gatal, Thian Sin lalu tidur untuk menghilangkan gatal, pas Thian Sin bangun sudah seperti ini,” jawab Thian Sin.“Celaka! Kau keracunan, nanti kakek panggilkan tabib untuk memeriksa tubuhmu,” balas Kakek Hay dengan nada khawatir ketika mendengar perkataan Thian Sin.“Ja….jangan, kek! Biarkan saja, nanti juga hilang sendiri, Thian Sin sudah tidak
Thian Sin menggerakan kedua tangan turun naik, kemudian berputar lalu tubuhnya bergerak menghantam batu besar yang ada di depan.Sebelum telapaknya tangannya menyentuh batu, kedua telapak tangan Thian Sin berubah warna menjadi merah.Blar!Batu besar hancur dan serpihan batu berubah warna menjadi merah.Thian Sin tersenyum melihat hasil yang ia peroleh sambil melihat kedua tangan.“Ban-tok-Ciang ( tangan selaksa racun ) dari Ang-tok-Jiu sangat dasyat,” batin Thian Sin melihat hasil yang ia peroleh.Thian Sin sangat senang dengan hasil yang ia peroleh, kini racun merah benar-benar terkunci di titik jalan darahnya dan racun hanya bisa keluar menyebar ke seluruh tubuh jika ia membuka dan menyalurkannya menggunakan tenaga Hud Kong Sing Kang.Racun merah juga tidak bisa melukai Thian Sin, karena tenaga Hud Kong Sing kang melindungi seluruh tubuh bagian dalam.Jika ada kesempatan berlatih, Thian Sin berlatih di hutan ini untuk belajar dan mematangkan ilmu Ang-tok-Jiu, pohon-pohon di sekitar
Hari yang di tunggu oleh semua orang di perkumpulan sungai panjang, akhirnya tiba.Rumah-rumah yang di hias, bendera serta umbul-umbul menghiasi sepanjang jalan yang menuju perkampungan sungai panjang untuk menyambut kedatangan tamu istimewa.Satu kapal besar bersandar di dermaga sungai, beberapa orang tampak turun dari kapal tersebut.Kin Tho bersama para tetua yang menyambut kedatangan Yu Lai di dermaga tersenyum ketika melihat seorang pria dengan rambut putih turun dari kapal.Yu Lai jalan di dampingi oleh seorang pemuda tampan beserta dua orang lelaki, satu orang biksu dan seorang lagi pria tua yang tidak lain adalah Tay Hu, wakil dari Yu Lai.“Selamat datang di perkumpulan sungai panjang, Taihiap! Kin Tho berkata sambil memberi hormat saat Yu Lai ada di hadapannya.“Terima kasih sudah mengundang kami Pangcu, satu kehormatan buat lembah pedang bisa datang ke perkumpulan sungai panjang,” Yu Lai membalas perkataan serta penghormatan dari Kin Tho.Kin Tho sangat senang dengan balasan
Kening di wajah Yu Lai mengerut mendengar nama Ang-bit-sat-Sin ( Elmaut berwajah merah )Kin Tho melesat ke tengah Bu-koan, setelah berdiri di sisi Kin Bwe, Kin Tho memberi hormat dan berkata.“Taihiap! Aku adalah Kin Tho, Pangcu sungai panjang, jika Taihiap berkenan datang berkunjung ke perkumpulan ku, harap unjukan diri agar bisa bercakap-cakap karena di sini juga ada Yu Lai Taihiap serta Biksu Tat Mo.”Kin Tho sengaja menyebut nama Yu Lai dan Biksu Tat Mo agar orang tersebut berpikir dua kali jika ingin berbuat onar di perkumpulannya.Baru saja Kin Tho selesai bicara, satu bayangan bergerak melesat di atas para penonton.Whut….tap!Seorang pria dengan rambut ter urai panjang serta setengah wajahnya tertutup topeng dari kulit sudah berdiri di tengah Bu-koan.Suara dingin terdengar dari mulut pria bertopeng, “maaf sudah mengganggu acara Pangcu Sungai Panjang.”“Taihiap kenapa harus datang seperti ini? Kalau Taihiap datang secara baik-baik kami dari perkumpulan sungai panjang pasti ak
Yu Lai serta Biksu Tat Mo saking terkejut melihat raut wajah merah yang selama 10 tahun kebelakang menjadi momok menakutkan di dunia persilatan, sampai lupa untuk mengejar Thian Sin yang melarikan diri, padahal jika saat itu Thian Sin di serang, ia pasti kalah.Dada Thian Sin terasa sesak setelah menerima pukulan Tat Mo, itu sebabnya sambil menahan rasa sakit di dada Thian Sin langsung pergi meninggalkan Bu Koan.Setelah mengganti pakaian serta sedikit membersihkan noda darah di bibir, Thian Sin kembali ke rumah Kin Tho.Suasana di rumah sang Pangcu langsung ramai, ketika Thian Sin hendak masuk dari sisi rumah terdengar suara A Gu.“Darimana saja kau? Tanya A Gu.“Dari belakang, Suheng! Perut ku tidak bisa di ajak kompromi, baru makan yang enak enak sudah minta di keluarkan lagi,” jawab Thian Sin sambil balik bertanya.“Ada apa, kenapa semuanya meninggalkan Bu Koan, apa acaranya sudah selesai?“Guru serta Yu Lai Taihiap dan biksu Tat Mo sedang berunding di dalam, membahas musuh yang b
Thian Sin sangat tertarik dengan kitab pemberian dari kakek Hay dan terus membuka serta membaca isi dari kitab tersebut.“Sepertinya ini kitab ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi,” batin Thian Sin setelah membaca isi kitab.“Darimana kakek dapat kitab ini? Tanya Thian Sin.“Dulu sewaktu kakel tengah memancing ikan untuk makan, ada mayat tersangkut di semak-semak sisi sungai, aku menarik mayat dari sungai untuk di makamkan, sebelum kakek makamkan, kakek memeriksa tubuh orang itu dan menemukan kitab ini,” jawab Kakek Hay.Thian Sin lalu memberitahu kitab apa yang di berikan sang kakek.“Itu bagus! Kau pelajari isinya agar tuan Thian Bu bisa tersenyum di atas sana,” balas kakek Hay sambil lanjut berkata.“Kau tekuni saja kitab itu! Mulai sekarang kau tidak usah membantuku membuat perahu, tetapi jika kau sudah mempelajari kitab, bakar kitab tersebut karena aku yakin itu adalah kitab pusaka yang menjadi rebutan, terlihat dari mayat yang aku makamkan, tubuhnya penuh dengan luka.”Thian Si
Sekitar dua puluh orang anggota perkumpulan Naga Air langsung cabut senjata dan bergerak mengepung Thian Sin.Thian Sin melihat anggota Naga Air mengurung dirinya sambil menggenggam senjata, langsung berpikir bahwa orang-orang tersebut memang bersipat kejam dan ingin membunuh lawannya tanpa memberi kesempatan untuk bertanding adil satu lawan satu.Apalagi setelah mendengar perkataan salah seorang dari mereka bahwa besok tidak akan ada lagi nama Perkumpulan Sungai panjang di dunia persilatan, itu membuktikan bahwa mereka berniat menghabisi perkumpulan sungai panjang hari ini.“Kalian salah berjumpa dengan ku, karena perjumpaan ini adalah hari terakhir kalian hidup di bumi,” ucap Thian Sin.Salah seorang anggota langsung melesat dan menebas kepala Thian Sin setelah mendengar perkataan sang lawan.Shing!Tapi bukan main terkejutnya anggota naga air ketika ia menebas tempat kosong, karena orang yang di serang sudah tidak ada di tempat.Belum sempat anggota naga air yang menyerang bergerak
Ma Huang terkejut mendengar nama Elmaut berwajah merah, tanpa banyak bicara Ma Huang cabut senjata dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyerang.Pedang, tombak serta cakar besi yang menjadi indetitas Sui Liong Pang melesat ke arah Thian Sin.Thian Sin bergerak cepat menghindari serangan berbagai macam senjata lawan, tubuhnya bergerak ke kiri dan kanan, terkadang menunduk sambil tangan dengan ilmu Ban Tok Ciang menampar dan memukul lawan.Plak….buk….aaarrrrgh!Melihat anak buahnya satu per satu tewas dengan tubuh berwarna merah akibat racun, baru Ma Huang percaya kalau musuhnya kali ini adalah Ang Bit Sat Sin, tokoh yang sedang menjadi bahan perbincangan di dunia persilatan.Tak ada pilihan lain bagi Ma Huang, untuk mundur sudah tidak mungkin, senjata berbentuk dayung terbuat dari besi menderu menyerang badan Thian Sin.Thian Sin mundur menghindari serangan, kemudian tubuhnya bergerak ke kanan sambil maju dan menghantam pinggang Ma Huang.Ma Huang putar dayung besi ke arah k
Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s
“Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep
Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen
Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku
“Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut
Lie Hwa, Yok Kwi, Kim Mi serta sang ibu langsung bergegas ketika mendengar laporan dari perwira yang berjaga di atas bukit.Mereka tidak sabar menunggu kedatangan kelompok topeng merah, apalagi Lie Hwa serta Kim Mi, karena mereka tahu kalau ketua kelompok topeng merah adalah ibu dari sang suami.“Apa kau yakin itu kelompok topeng merah? Tanya Kim Hwa dengan raut wajah cemas, karena orang yang mereka tunggu dan harapkan masih juga belum datang.“Hamba hanya di beritahu mereka memakai topeng merah, jadi hamba menyimpulkan bahwa mereka adalah kelompok merah,” balas si Perwira.Ketika sedang bercakap cakap, datang seorang prajurit yang di kirim untuk melihat pertempuran.“Bagaimana? Siapa yang bertempur, apa mereka dari kelompok topeng merah? Tanya si Perwira kepada anak buahnya.“Tanya satu-satu biar dia tidak bingung,” Yok Kwi berkata mendengar rentetan pertanyaan dari perwira tersebut.“Cepat ceritakan apa yang kau lihat! Seru Putri Lie Hwa yang sudah tidak sabar.“Mereka memang sepert
Bab : 144 Hancurnya Pasukan PenyergapJendral Gurma sudah tidak ada pilihan, sebagian besar anak buahnya menjadi bulan bulanan kelompok topeng merah serta kumpulan kuda yang mengamuk, melarikan diri juga tidak mungkin, karena ruang geraknya semakin di persempit oleh Bu Ceng Kui yang terus menyerang tanpa memberi kesempatan kepada Jendral Gurma untuk berpikir lebih jauh.Wu Chen serta Dewa Tongkat Merah terus memburu satu persatu prajurit Yuan.Tombak Jendral Gurma terus menyerang ke arah Bu Ceng Kui, jurus tombak pencakar langit kian gencar menyerang.Plak....plak!Tangan kanan Bu Ceng Kui menahan tombak, setelah menahan tombak, jari tangan kanan Bu Ceng Kui bergerak menuju batang dan langsung mencengkeram tombak lawan.Jendral Gurma melihat Bu Ceng Kui mencengkeram tombak, tangannya langsung menarik tombak sekuat tenaga, berusaha melukai jari lawannya.Bu Ceng Kui tahu maksud dari Gurma dan mengerahkan tenaga dalamnya menahan tombak agar tidak tertarik.Asap mengepul keluar dari ba
Jendral Gurma ketika mendengar suara Bu Ceng Kui langsung bergegas menyusul anak buahnya ke tempat penyimpanan kuda.Langkahnya semakin di percepat saat mendengar suara teriakan dan beradunya senjata“Apa yang terjadi? Apa mungkin pasukan Tayli sudah tahu rencana kami?” Batin Jendral Gurma sambil memerintahkan anak buahnya untuk bergegas.“Walau rencanaku sudah di ketahui, tetapi itu tidak jadi masalah karena mereka tidak akan menang melawan pasukan Panglima Arkun,” kembali Jendral Gurma berkata dalam hati.Sementara itu Wu Chen, Bu Ceng Kui serta kelompok Topeng merah bersiap menghadapi prajurit Yuan yang di pimpin oleh Jendral Gurma, mereka bersembunyi di antara 500 ekor kuda.Sesampainya di depan pagar yang menjadi tempat persembunyian kuda, Jendral Gurma menatap ke arah kuda-kuda yang berada di dalam kandang sementara tersebut.“Aneh! Ke mana Mogu bersama anak buahnya? Batin Jendral Gurma tidak melihat anak buahnya tersebut di tempat persembunyian kuda. “Coba periksa kuda-kuda d
“Aneh! Kenapa di dalam hutan bisa ada bau tembakau,” batin Mogu.Merasa ada hal yang tidak wajar, Mogu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menyebar.Prajurit Yuan yang bersama Mogu ketika melihat isyarat sang pemimpin, mereka langsung menyebar dan berusaha mencari asal bau tembakau yang mereka cium.Ketika para prajurit mulai mencari, tiba-tiba Mogu mendengar suara ringkik kuda.Raut wajah Mogu berubah ketika teringat dengan 500 ekor kuda yang baru saja mereka sembunyikan.Tanpa banyak bicara Mogu langsung mencabut golok dari punggung dan melesat ke tempat dimana mereka menyembunyikan kuda.Benar saja perkiraan Mogu, di tempat mereka menyembunyikan kuda, Mogu melihat seorang kakek tengah memegang tali kekang seekor kuda di kelilingi oleh anak buahnya.“Kurang ajar! Berani sekali kau mencuri kuda, kau tahu kuda milik siapa yang kau curi? Tanya Mogu sambil acungkan golok ke arah si kakek.“Kalian yang hendak mencuri, kuda-kuda ini adalah milikku karena aku yang menemukan kuda-kud