Beranda / Pendekar / Elmaut Berwajah Merah / Bab : 1 Masa Suram Dunia Persilatan

Share

Elmaut Berwajah Merah
Elmaut Berwajah Merah
Penulis: Jack Mad

Bab : 1 Masa Suram Dunia Persilatan

Penulis: Jack Mad
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-15 13:26:46

Pada tahun 1272 Bangsa Mongol berhasil menaklukan Dynasti Song, membuat bangsa Han harus merelakan negara mereka di pimpin oleh Bangsa asing.

Pemerintah Mongol yang di pimpin oleh Kubilai Khan resmi mendirikan negara yang di beri nama Yuan Raya.

Sejak kerajaan Song runtuh, bangsa Han mulai kehilangan kepercayaan diri.

Bangsawan serta mantan pembesar Song memilih bersembunyi agar keluarga mereka selamat.

Hal tersebut juga terjadi di dunia persilatan, para pesilat bangsa Mongol yang terus membanjiri Tiongkok membuat kerusuhan dan menantang para pesilat Han, tetapi para pesilat bangsa Mongol masih menahan diri dan tidak terlalu berani lebih jauh mencampuri urusan bangsa Han karena para pesilat bangsa Han mempunyai 8 tokoh yang sangat di segani oleh dunia persilatan, termasuk para pesilat dari Mongol.

Walau ke delapan tokoh tersebut terbelah menjadi dua dan saling berseberangan, tetapi mereka dalam satu hal mempunyai satu kesamaan, mereka sangat membenci bangsa Mongol yang sudah menjajah bangsa Han, itu sebabnya para pesilat Mongol tidak berani ikut campur terlalu jauh, karena adanya kedelapan tokoh tersebut.

~

Dunia persilatan Tiongkok terbagi menjadi dua golongan.

Golongan hitam dan putih.

Golongan hitam di pimpin oleh Su-Tay-Ok-Ji ( empat Maha jahat ) 4 tokoh pendekar yang menjadi pemimpin dari golongan hitam.

Sedangkan golongan putih di sebut, Su-Toa-Thian-Su ( empat besar Rasul langit ) 4 tokoh yang di percaya oleh golongan putih mempunyai kesaktian paling Tinggi di kolong langit.

Kedua kelompok selalu bertarung untuk memperebutkan posisi puncak yang diadakan 10 tahun sekali di puncak gunung Thian San.

Ke empat para Rasul dunia Persilatan walau mereka berkumpul dan mengeroyok hanya bisa melukai tanpa bisa membunuh Ang-Bin Moko, salah satu tokoh Su Tay Ok Ji

Di pertemuan terakhir tersebut, kejadian mengerikan terjadi saat pemimpin dari Su-Tay-Ok-Ji tewas oleh Am Gi ( senjata rahasia ) beracun saat tengah bertempur melawan para pendekar Su-Toa-Thian-Su.

Ang-Bin Moko ( Iblis muka merah ) pemimpin dari golongan hitam tersungkur dengan punggung terkena lemparan paku beracun dan tewas di arena pertempuran.

Suasana langsung geger dan pertempuran langsung di hentikan, semua pendekar dari golongan hitam dan putih mencari siapa yang melempar paku beracun dan berhasil menewaskan Ang-Bin Moko.

Su-Tay-Ok-Ji dengan tewasnya Ang-Bin Moko sebenarnya hati mereka senang tetapi mereka tidak berani menunjukkan kesenangan mereka, karena Iblis muka merah adalah tokoh yang mempunyai kesaktian diatas mereka.

Su-Tay-Ok-Ji merasa Ang-Bin Moko tidak sejalan dengan mereka yang gemar membunuh dan membuat huru-hara di dunia persilatan.

Sementara golongan hitam sangat terpukul dan berjanji akan terus mencari siapa orang yang sudah membokong pemimpin mereka.

~

Empat puluh hari sejak kematian Ang-Bin Moko, perkampungan merah tampak lengang, hiasan bendera putih tanda berkabung masih terlihat di setiap sudut perkampungan.

Perkampungan merah adalah tempat tinggal Ang-Bin Moko bersama murid serta istrinya, tidak banyak yang tahu tentang perkampungan merah yang terletak di pinggiran sungai Huang Ho karena Ang-Bin-Moko memang tidak pernah memberi tahu dimana tempat ia tinggal kepada para sekutunya.

Puluhan bayangan hitam bergerak cepat menuju ke arah perkampungan di pinggir sungai Huang Ho

Perkampungan di kelilingi oleh pagar tinggi yang terbuat dari kayu dan di hiasi oleh bendera-bendera putih tanda sedang berkabung.

Puluhan bayangan hitam setelah melihat situasi aman, mereka lalu masuk ke dalam perkampungan tersebut.

Suara tanda bahaya serta teriakan-teriakan terdengar dari dalam perkampungan tersebut saat para penyusup berhasil di ketahui oleh sang penghuni.

Seorang wanita paruh baya berpakaian putih dengan wajah penuh duka menatap seorang anak berusia 7 tahun di depannya.

“Ibu sudah menyangka hal ini akan terjadi, tetapi ayahmu selalu saja keras kepala dan ingin membuktikan bahwa ia adalah tokoh nomor 1 di dunia persilatan.

“Kau pergi dari sini dan bawa kitab pusaka keluarga kita dan pelajari, setelah kau berhasil mempelajari kitab yang ada di dalam kantong ini, balaskan dendam ayah serta keluargamu,” wanita paruh baya tersebut berkata kembali sambil menatap tajam putranya.

“Thian Sin! Setelah kau besar nanti, kau harus memakai gelar Ang-Bit-Sat-Sin ( Elmaut berwajah merah ) habisi semua orang yang sudah mencelakai keluarga kita dan ingat pesan terakhir ibu.

“Jangan percaya dengan kata manis dari orang-orang di sekitarmu, karena itu akan membuatmu jatuh dalam jurang kehancuran.

Sesudah memberi nasehat dan arahan, wanita paruh baya tersebut lalu memeluk sang putra, setelah puas memeluk dan menciumi wajah putra yang ia kasihi, sang ibu berkata.

“Cu Liang! Tolong bawa anakku pergi dari sini.”

“Baik Subo.”

Cu Liang yang merupakan murid pertama dari Ang-Bin-Moko berkata sambil anggukan kepala, mendengar perintah istri sang guru.

“Tidak….aku tidak mau pergi dari sini, aku mau tinggal bersama ibu,” ucap Thian Sin.

Tanpa menunggu perintah lagi sesudah mendapat isyarat dari sang Subo, Cu Liang langsung menyambar tubuh Thian Sin, lalu membawanya pergi melalui pintu belakang.

Sementara para penyusup sudah mulai masuk ke ruangan dalam, gelak tawa para pembunuh terdengar dari ruangan tengah ketika mereka membantai para pelayan serta anggota perkampungan yang berusaha melawan.

Perkampungan merah sebenarnya bukan perkampungan yang mudah untuk di serang, mereka mempunyai orang-orang sakti yang di takuti oleh kaum dunia persilatan, tetapi mereka tidak tahu bahwa sumur yang airnya mereka ambil untuk sehari hari sudah di beri racun pelemah tenaga, sehingga tenaga dalam mereka lenyap dan menjadi bulan-bulanan para penyusup.

Cu Liang sambil membawa pergi Thian Sin, terus mengibaskan pedangnya ke kiri dan kanan berusaha menghalau para penyusup yang jumlahnya semakin bertambah banyak.

“Celaka! Kenapa tenaga dalamku seperti timbul tenggelam,” batin Cu Liang sambil menangkis tebasan pedang lawan.

Trang!

Cu Liang mundur dengan tangan bergetar, matanya menatap ke arah sekeliling, ketika melihat perahu kecil tertambat di sisi sungai, Cu Liang langsung melesat ke arah perahu, sambil di kejar oleh para penyusup.

Seorang pria bertopeng hitam meminta satu busur kepada anak buahnya, sesudah memasang anak panah, tangannya menarik tali busur dan melepaskan setelah membidik tubuh Cu Liang.

Shing!

Suara mendesing dari anak panah terdengar, tidak lama kemudian panah tepat menancap di punggung Cu Liang.

Jleb!

Cu Liang hanya bisa menyeringai menahan sakit, tetapi ia terus bergerak ke arah perahu kecil.

“Paman….paman Cu!? Teriak Thian Sin melihat dari bibir sang paman mengalir darah segar.

“Anak Thian, Kau pergilah! Ingat pesan terakhir dari Subo ( istri guru ) balaskan dendam ayahmu.”

Cu Liang lalu meletakan Thian Sin di dalam perahu, kemudian menebas tali yang mengikat perahu dan mendorong perahu dengan sekuat tenaga ke arah sungai.

Perahu meluncur deras menuju tengah sungai dan mulai mengikuti arus.

Thian Sin dari dalam perahu menatap ke arah Cu Liang, murid setia sang ayah yang di kepung oleh musuh, sambil bertempur mata Cu Liang tidak pernah lepas dari perahu yang terus bergerak mengikuti arus sungai.

Perlahan gerakan Cu Liang melemah seiring dengan banyaknya luka bacok serta tusukan tombak, akhirnya mata Cu Liang menutup ketika ia tidak bisa melihat perahu yang di tumpangi oleh anak sang guru.

Tetapi bibir Cu Liang tersenyum, karena pesan terakhir dari Subo untuk menyelamatkan putra sang guru sudah berhasil, walau dirinya harus mati tetapi kematiannya tidak sia-sia, Cu Liang sebelum menghembuskan napas terakhir berharap dalam hati.

“Thian Sin! Balaskan dendam kami.”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Andi Heryadi
akhirnya ketemu juga karya author favorit sy,sukses selalu bung jack
goodnovel comment avatar
Arif Khoirudin
awal yang baik
goodnovel comment avatar
PUTU WONGSO
Mantaaaap Bang Jack
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 2 Di Selamatkan Oleh Seorang Kakek

    Di dalam gubuk kecil di tengah hutan yang berada di pinggiran sungai, dua orang lelaki berwajah menakutkan berdiri di depan pintu gubuk.“Apa kalian sudah menemukan kitab pusaka Ang-bin-Moko? Tanya suara berat dari dalam rumah.“Kami berdua sudah mencari di seluruh rumah dan perkampungan, tetapi tidak ada apa-apa, jangan kan kitab, benda berharga juga tidak kami temui,” gerutu seorang pria bertubuh pendek.“Aneh! Kemana semua pusaka milik perkampungan merah, apa mereka sudah tahu akan penyerangan dan menyembunyikan semua pusaka? Batin Pria di dalam gubuk.“Tuan Lo! Kami sudah melaksanakan tugas kami, pusaka apapun kami tidak berminat, tetapi kami sudah puas dengan tewasnya Ang-bin-Moko, karena menurut kami dia bukan golongan hitam sejati dan dia tidak pantas menjadi pemimpin golongan hitam.“Tutup mulut dan Jangan sebut namaku!? Bentak pria dari dalam gubuk, “kalian pergi dan ambil hadiah yang sudah di siapkan,” lanjut perkataan pria tersebut.Kedua lelaki berwajah menakutkan tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 3 Menjadi Anggota Kiang Jiang Pang

    Kedatangan Thian Sin di perkumpulan sungai panjang menarik perhatian para anak murid perkumpulan sungai panjang yang sebaya dengannya, salah satunya adalah Kin Bwee, anak dari Pangcu Jiang-Kiang-PangKin Bwee setelah tahu Thian Sin tinggal di rumah kakek Hay, ia mengajak kawan-kawannya untuk melihat Thian Sin.Kin Bwee tertegun melihat bocah berwajah tampan tengah jalan sambil memanggul papan.“Apa dia yang bernama Thian Sin? Tanya Kin Bwee.“Benar Siocia! Jawab A Gu.“Kenapa sih Suheng selalu memanggilku Siocia, panggil saja aku Sumoi, aku kan adik seperguruan Suheng,” Kin Bwee berkata dengan nada kesal, sudah sering ia beritahu A Gu untuk tidak memanggilnya Siocia ( nona ) tetapi tidak di indahkan oleh A Gu.A Gu hanya tundukan kepala mendengar perkataan sang Sumoi, A Gu yang ber umur 12 tahun memang sangat hormat kepada Kin Bwee beserta keluarganya, karena A Gu di angkat murid oleh Kin Tho sesudah Kin Tho berhasil menolong ia beserta keluarganya dari rampok gunung yang menyerang pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 4 Menaklukan 2 Kitab Pusaka

    Thian Sin terkejut mendengar perkataan kakek Hay, tanpa banyak bicara Thian Sin melesat ke arah dapur, kemudian mengambil air lalu air tersebut di taruh ke dalam baskom.Raut wajah Thian Sin berubah pucat, ketika melihat seluruh kulit wajahnya berubah warna menjadi merah, mirip seperti wajah sang ayah.“Apa yang salah? Menurut keterangan yang di tulis oleh ayah jika mempelajari Hud Kong Sing Kang, racun ular merah tidak menyebar,” batin Thian Sin.“Jelaskan kepada kakek kenapa wajahmu menjadi merah? Terdengar suara kakek Hay di belakang Thian Sin.“Aku kemarin memetik buah berwarna merah di hutan, setelah makan buah itu, tubuh Thian Sin gatal-gatal, Thian Sin lalu tidur untuk menghilangkan gatal, pas Thian Sin bangun sudah seperti ini,” jawab Thian Sin.“Celaka! Kau keracunan, nanti kakek panggilkan tabib untuk memeriksa tubuhmu,” balas Kakek Hay dengan nada khawatir ketika mendengar perkataan Thian Sin.“Ja….jangan, kek! Biarkan saja, nanti juga hilang sendiri, Thian Sin sudah tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 5 Tamu Terhormat

    Thian Sin menggerakan kedua tangan turun naik, kemudian berputar lalu tubuhnya bergerak menghantam batu besar yang ada di depan.Sebelum telapaknya tangannya menyentuh batu, kedua telapak tangan Thian Sin berubah warna menjadi merah.Blar!Batu besar hancur dan serpihan batu berubah warna menjadi merah.Thian Sin tersenyum melihat hasil yang ia peroleh sambil melihat kedua tangan.“Ban-tok-Ciang ( tangan selaksa racun ) dari Ang-tok-Jiu sangat dasyat,” batin Thian Sin melihat hasil yang ia peroleh.Thian Sin sangat senang dengan hasil yang ia peroleh, kini racun merah benar-benar terkunci di titik jalan darahnya dan racun hanya bisa keluar menyebar ke seluruh tubuh jika ia membuka dan menyalurkannya menggunakan tenaga Hud Kong Sing Kang.Racun merah juga tidak bisa melukai Thian Sin, karena tenaga Hud Kong Sing kang melindungi seluruh tubuh bagian dalam.Jika ada kesempatan berlatih, Thian Sin berlatih di hutan ini untuk belajar dan mematangkan ilmu Ang-tok-Jiu, pohon-pohon di sekitar

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 6 Pibu Di Sungai Panjang

    Hari yang di tunggu oleh semua orang di perkumpulan sungai panjang, akhirnya tiba.Rumah-rumah yang di hias, bendera serta umbul-umbul menghiasi sepanjang jalan yang menuju perkampungan sungai panjang untuk menyambut kedatangan tamu istimewa.Satu kapal besar bersandar di dermaga sungai, beberapa orang tampak turun dari kapal tersebut.Kin Tho bersama para tetua yang menyambut kedatangan Yu Lai di dermaga tersenyum ketika melihat seorang pria dengan rambut putih turun dari kapal.Yu Lai jalan di dampingi oleh seorang pemuda tampan beserta dua orang lelaki, satu orang biksu dan seorang lagi pria tua yang tidak lain adalah Tay Hu, wakil dari Yu Lai.“Selamat datang di perkumpulan sungai panjang, Taihiap! Kin Tho berkata sambil memberi hormat saat Yu Lai ada di hadapannya.“Terima kasih sudah mengundang kami Pangcu, satu kehormatan buat lembah pedang bisa datang ke perkumpulan sungai panjang,” Yu Lai membalas perkataan serta penghormatan dari Kin Tho.Kin Tho sangat senang dengan balasan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 7 Melawan Biksu Tat Mo

    Kening di wajah Yu Lai mengerut mendengar nama Ang-bit-sat-Sin ( Elmaut berwajah merah )Kin Tho melesat ke tengah Bu-koan, setelah berdiri di sisi Kin Bwe, Kin Tho memberi hormat dan berkata.“Taihiap! Aku adalah Kin Tho, Pangcu sungai panjang, jika Taihiap berkenan datang berkunjung ke perkumpulan ku, harap unjukan diri agar bisa bercakap-cakap karena di sini juga ada Yu Lai Taihiap serta Biksu Tat Mo.”Kin Tho sengaja menyebut nama Yu Lai dan Biksu Tat Mo agar orang tersebut berpikir dua kali jika ingin berbuat onar di perkumpulannya.Baru saja Kin Tho selesai bicara, satu bayangan bergerak melesat di atas para penonton.Whut….tap!Seorang pria dengan rambut ter urai panjang serta setengah wajahnya tertutup topeng dari kulit sudah berdiri di tengah Bu-koan.Suara dingin terdengar dari mulut pria bertopeng, “maaf sudah mengganggu acara Pangcu Sungai Panjang.”“Taihiap kenapa harus datang seperti ini? Kalau Taihiap datang secara baik-baik kami dari perkumpulan sungai panjang pasti ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 8 Anggota Lama Perkampungan

    Yu Lai serta Biksu Tat Mo saking terkejut melihat raut wajah merah yang selama 10 tahun kebelakang menjadi momok menakutkan di dunia persilatan, sampai lupa untuk mengejar Thian Sin yang melarikan diri, padahal jika saat itu Thian Sin di serang, ia pasti kalah.Dada Thian Sin terasa sesak setelah menerima pukulan Tat Mo, itu sebabnya sambil menahan rasa sakit di dada Thian Sin langsung pergi meninggalkan Bu Koan.Setelah mengganti pakaian serta sedikit membersihkan noda darah di bibir, Thian Sin kembali ke rumah Kin Tho.Suasana di rumah sang Pangcu langsung ramai, ketika Thian Sin hendak masuk dari sisi rumah terdengar suara A Gu.“Darimana saja kau? Tanya A Gu.“Dari belakang, Suheng! Perut ku tidak bisa di ajak kompromi, baru makan yang enak enak sudah minta di keluarkan lagi,” jawab Thian Sin sambil balik bertanya.“Ada apa, kenapa semuanya meninggalkan Bu Koan, apa acaranya sudah selesai?“Guru serta Yu Lai Taihiap dan biksu Tat Mo sedang berunding di dalam, membahas musuh yang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 9 Perselisihan Dua Penguasa Air

    Thian Sin sangat tertarik dengan kitab pemberian dari kakek Hay dan terus membuka serta membaca isi dari kitab tersebut.“Sepertinya ini kitab ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi,” batin Thian Sin setelah membaca isi kitab.“Darimana kakek dapat kitab ini? Tanya Thian Sin.“Dulu sewaktu kakel tengah memancing ikan untuk makan, ada mayat tersangkut di semak-semak sisi sungai, aku menarik mayat dari sungai untuk di makamkan, sebelum kakek makamkan, kakek memeriksa tubuh orang itu dan menemukan kitab ini,” jawab Kakek Hay.Thian Sin lalu memberitahu kitab apa yang di berikan sang kakek.“Itu bagus! Kau pelajari isinya agar tuan Thian Bu bisa tersenyum di atas sana,” balas kakek Hay sambil lanjut berkata.“Kau tekuni saja kitab itu! Mulai sekarang kau tidak usah membantuku membuat perahu, tetapi jika kau sudah mempelajari kitab, bakar kitab tersebut karena aku yakin itu adalah kitab pusaka yang menjadi rebutan, terlihat dari mayat yang aku makamkan, tubuhnya penuh dengan luka.”Thian Si

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21

Bab terbaru

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 154 Pengintaian

    Dua bayangan memakai tutup kepala melesat cepat menembus kegelapan malam menuju ke arah tenda tempat di mana pasukan Yuan.Kedua bayangan tersebut tidak lain adalah Thian Sin dan Qin Qin.Thian Sin memutuskan hanya mereka berdua yang berangkat menuju tenda pasukan Yuan, walau di tentang oleh jenderal Zhou Chu karena sang jenderal menyarankan agar sang pemimpin membawa beberapa orang dari perkumpulan topeng merah, jenderal Zhou Chu khawatir karena misi yang di jalankan oleh sang pemimpin sangat berbahaya, menyelinap ke sarang musuh hanya di temani oleh Qin Qin, tetapi Thian Sin tetap dengan keputusannya bahwa mereka lebih baik berdua, karena jika banyak orang yang bergerak akan lebih berbahaya dan pergerakan mereka mudah tercium oleh prajurit Yuan.Setibanya di tenda pasukan Panglima Arkun, Thian Sin memberi isyarat tangan kepada Qin Qin agar hati-hati dan tidak menimbulkan suara.Qin Qin anggukan kepala dan langsung merapat kepada sang kekasih ketika mendapat isyarat tangan.Thian Sin

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 153 Rencana Penyergapan

    Tanpa di ketahui oleh Thian Sin, semua pasukan yang berkumpul di dekat telaga, kini mulai bergerak di pimpin oleh sang ibu.Di sisi lain hati panglima Arkun mulai cemas karena Iblis putih bersama anak buahnya belum juga kembali, begitu pula dengan Gurma yang belum juga memberi kabar, apa misinya berhasil menyergap pasukan lawan.“Panglima….Panglima! Mata-mata musuh yang tertangkap sudah kita habisi, apa langkah kita selanjutnya? Tanya seorang perwira ketika melihat Panglima Arkun tengah melamun.Pertanyaan sang anak buah membuyarkan lamunan Panglima Arkun.“Sebelum di habisi, apa kau sudah mendapat informasi dari mata-mata tersebut? Panglima Arkun balik bertanya kepada anak buahnya.“Menurut informasi yang di dapat, ada satu kelompok pasukan berada di dekat pasukan kita dan kelompok tersebut di pimpin oleh Raja muda Thian sin sendiri, Panglima,” si perwira menjawab pertanyaan Panglima Arkun.Panglima Arkun anggukan kepala mendengar perkataan anak buahnya, kemudian membalas.“Apa Iblis

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 152 Tenaga Dalam Racun Api

    Thian Sin merasakan hawa dingin yang mengelilingi tubuhnya perlahan mulai hilang dan di gantikan hawa panas, mengetahui keadaan tersebut, Thian Sin semakin bersemangat.Apalagi di tambah pedang pusaka racun merah terus bergetar di genggamannya serta gejolak tenaga dalam yang ia rasakan di dalam tubuh, membuat Thian Sin semakin yakin bahwa tenaga dalam racun api yang di maksud oleh Jiwa pedang mulai bangkit.Tanpa ragu Thian Sin langsung melesat ke arah Iblis putih sambil sabetkan pedang pusaka racun merah ke arah tubuh lawan.Shing!Walau terkejut dengan perubahan yang terjadi Iblis putih tetap waspada, melihat serangan Thian Sin, sang Iblis langsung kibaskan tangan kanan ke arah pedang.Sinar putih berhawa sangat dingin melesat berusaha menahan tebasan.Tetapi sebelum pukulan inti es mengenai pedang, sinar putih berhawa dingin lenyap terhisap oleh aura api yang keluar dari dalam tubuh Thian Sin.Kejut bukan kepalang sang Iblis melihat pukulan andalannya lenyap tak berbekas, tanpa pik

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 151 Petunjuk Jiwa Pedang

    Semangat tempur Thian Sin langsung berkobar ketika mendapat petunjuk dari jiwa pedang, perlahan semua tenaga dalam yang terkumpul di perut langsung di salurkan keseluruh tubuh.Iblis putih kini lebih berhati hati menghadapi serangan Thian Sin, tubuhnya bergerak menjauh sambil kibaskan tangan kanan saat pedang bergerak menyerang.Shing!Jurus inti es bergerak cepat menyerang Thian Sin, dengan cepat Thian Sin memutar kedua tangan berusaha menahan jurus lawan.Blar!Suara ledakan terdengar saat kedua tenaga dalam tingkat tinggi bertemu.“Kenapa hawa dingin masih saja terasa olehku? Padahal aku sudah mengerahkan semua tenaga dalam yang kumiliki,” batin Thian Sin bertanya tanya dalam hati.“Pakai pedang dengan tanganmu untuk menyerang, kalau kau gunakan tehnik pedang terbang, bagaimana jurus racun api bisa kau gunakan?” Jiwa pedang berkata seakan tahu apa yang terkandung dalam isi hati Thian Sin.Mendengar perkataan Jiwa pedang, dua jari Thian Sin bergerak menarik pedang yang berputar puta

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 150 Cara Mengatasi Iblis Putih

    Thian Sin terus berusaha menggerakkan pedang pusaka racun merah yang membeku di udara, tetapi walau sudah mengerahkan sebagian tenaga dalamnya, pedang pusaka racun merah tetap tak bergerak.Sementara di sisi lain, Qin Qin bersama anggota topeng merah langsung pergi menjauh dari tempat pertempuran setelah melihat keganasan jurus Iblis Putih, begitu pula dengan prajurit Yuan, mereka tidak mau mati konyol terkena imbas dari jurus sang pemimpin.Setelah tahu pedang pusaka racun merah terkunci oleh bongkahan es, Thian Sin kibaskan tangan ke arah Iblis Putih, lalu melesat ke arah pedang pusaka racun merah.Sinar merah dari jurus Ban Tok Ciang melesat cepat menyerang Iblis putih.Bibir Iblis putih tersenyum penuh ejekan melihat jurus lawan menyerang dirinya, sambil lalu sang Iblis kerahkan tangan untuk menahan pukulan sambil lompat, berusaha menghalangi niat Thian Sin.Iblis Putih tahu jika Thian Sin ingin menghancurkan bongkahan es yang membekukan pedang agar bisa ia gunakan, karena jurus s

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 149Jurus Pamungkas Iblis Es

    “Sungguh hebat nama jurus mu, apa jurus itu mampu membunuhku? Tanya Thian Sin dengan nada penuh ejekan.“Jangan sombong anak muda, aku tahu racun Raja ular merah tidak tahan terhadap hawa dingin, itu sebanya waktu itu kau hampir mampus di tangan Ong Thian,” Iblis putih membalas perkataan Thian Sin, kemudian tertawa.Ha Ha Ha“Memang ku akui kalau pukulan beracun serta racun di dalam tubuhku mempunyai kelemahan terhadap tenaga dalam berhawa dingin, itu sebabnya aku mempelajari jurus selain pukulan beracun untuk menghadapi orang-orang sepertimu,” Thian Sin menanggapi perkataan Iblis putih, kemudian lanjut berkata.“Kau mau coba?”Raut wajah Iblis putih tampak kelam mendengar perkataan Thian Sin, tetapi dalam hati sang Iblis ragu, apa benar perkataan pemuda yang sudah membunuh saudaranya tersebut.“Kalian mundur dan beritahu Panglima Arkun agar bergegas karena musuh sudah berada tidak jauh,” Iblis Putih beri perintah kepada prajurit Yuan yang ikut bersamanya.Seorang perwira anggukan kep

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 148 Bertemu Musuh Di Hutan Liu

    Setelah Ban Tok Kui Bo bersama Tabib Yok pergi, Thian Sin langsung mengambil alih pimpinan anggota topeng merah yang menunggu pasukan Panglima Arkun di pintu masuk hutan Liu.Tidak ada satu pun dari anggota topeng merah yang menolak kepemimpinan Thian Sin, karena mereka tahu kapasitas dari anak Pek I Siancu.Maling sakti di perintahkan oleh Thian Sin pergi ke telaga Liu dan memberitahu kalau mereka akan menyerang Pasukan Panglima Arkun, Thian Sin juga menyampaikan pesan agar semua pasukan berkumpul untuk menghabisi pasukan Yuan dan membebaskan Tayli dari ancaman.Maling sakti bersama Mi Xue tanpa banyak bicara langsung bergerak menuju telaga dimana sang ketua berada untuk menyampaikan pesan Thian Sin.Setelah Maling sakti serta cucunya pergi, Qin Qin tidak mau jauh dari Thian Sin sehingga membuat Jendral Zhou Chu bertanya tanya siapa sebenarnya Qin Qin dan ada hubungan apa antara gadis itu dengan suami dari putri Lie Hwa, untuk bertanya Jendral Zhou Chu tidak berani, akhirnya sang Jen

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 147 Jangan Malu Untuk Katakan Cinta

    Thian Sin hentikan larinya ketika melihat dan mendengar suara yang ia kenal.“Nek! Mana ibuku? Tanya Thian Sin ketika sudah berhadapan dengan Ban Tok Kui Bo.“Ibumu sedang berada di telaga Liu bersama kedua orang istri mu,” jawab Ban Tok Kui Bo.Thian Sin tersenyum mendengar perkataan sang nenek.“Apa kau tahu dimana Yok Kwi gege? Tanya Ban Tok Kui Bo.Thian Sin menjawab dengan gelengkan kepala.“Sesudah menewaskan Sepasang Badai Utara aku langsung pergi mengambil jalan lain agar tidak di ketahui oleh pasukan Panglima Arkun, jadi aku tidak tahu dimana kakek Yok, karena beliau berangkat lebih dulu bersama pasukan Tayli,” jawab Thian Sin.“Aku tahu itu dari cerita salah seorang istrimu, tetapi menurut mertua mu, Yok Kwi gege pergi bersama Jendral Zhou Chu mengawasi pergerakan pasukan Panglima Arkun,” balas Ban Tok Kui Bo.“Rupanya begitu,” ucap Thian Sin mendengar perkataan Ban Tok Kui Bo, kemudian lanjut berkata.“Apa di telaga Liu, Ibu bersama anggota Topeng merah?“Tidak, hanya aku

  • Elmaut Berwajah Merah   Bab : 146 Bersatu Melawan Pasukan Yuan

    “Tidak peduli kau Dewi berbaju putih, hitam atau merah, kau harus mati karena telah membunuh prajurit Tayli,” Lie Hwa berkata dengan raut wajah penuh nafsu membunuh.“Kurang ajar! Anak masih ingusan berani memaki, kau ingin mati dengan cara apa? Tanya Ban Tok Kui Bo dengan nada gusar sambil melotot ke arah Lie Hwa.“Nenek peot! Aku lihat wajah serta penampilan mu seram, tetapi apa ilmu yang kau miliki sama menyeramkan? Balas Lie Hwa sambil tersenyum mengejek.Raut wajah Ban Tok Kui Bo berubah kelam mendengar ejekan Lie Hwa, tongkat kepala setan di tangan kanan terangkat naik dan siap menyerang.Kim Hwa yang diam karena berusaha mengingat tokoh bergelar Pek I Siancu, ketika teringat kembali kalau anak buahnya sering berkata bahwa ketua kelompok topeng merah adalah wanita yang selalu memakai pakaian putih, langsung bergerak maju dan berkata.“Anak Lie, jaga bahasamu!“Maaf kan kami yang tidak tahu tingginya gunung dan dalamnya lautan,” ucap Kim Hwa sambil memberi hormat, kemudian lanjut

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status