Beranda / Romansa / Editor Dingin Bikin Bucin / Bab 40: Rencana Henrik

Share

Bab 40: Rencana Henrik

Penulis: Nikma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-06 14:00:19

Nathaniel mengabaikan ledekan Isbalela, lalu membuka penutup obat krim yang akan ia gunakan untuk mengobati Isabella. “Mendekatlah,” ucap Nathaniel setelah mengeluarkan sedikit krim pada ujung jari telunjuknya.

Isabella tanpa ragu langsung mendekatkan wajahnya pada Nathaniel, begitu dekat hingga seperti orang yang hendak mencium.

Nathaniel menahan muka Isabella dengan sebelah tangannya, “Jangan sedekat ini, bodoh. Jika kau masih saja mengerjaiku, lebih baik obati lukamu sendiri.”

Isabella tersentak kaget, “Tidak! Tidak! Oke, maafkan aku. Aku ingin kau saja yang mengobatiku.”

Akhirnya, Isabella sedikit menjauhkan wajahnya dari Nathaniel, memperhatikan ekspresi wajahnya yang serius. Nathaniel mulai mengoles obat krim di wajah Isabella, mencoba menyelesaikan tugasnya dengan serius meskipun masih merasakan kekesalan dalam hatinya.

Nathaniel terus mengobati luka memar di wajah Isabella dengan hati-hati. Saat obat krim

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 41: Sudah Baik Baik Saja

    Henrik menatap Hugo dengan dingin. “Apa maumu?” tanyanya tanpa ekspresi.“Beri aku uang! Sebelumnya kau menjanjikan hal itu,” desak Hugo dengan nada memaksa.“Aku tidak akan memberimu apa pun. Kau juga tidak berhasil membuatku jadi pahlawan bagi Isabella,” tegas Henrik, tanpa sedikit pun merasa bersalah.Hugo merasa semakin kesal. “Aku sudah melakukan apa yang kau suruh! Aku sudah jadi ayah bajingan yang mengancam putriku sendiri!” bentaknya dengan nada marah.“Bukankah sejak dulu kau memang bajingan?” sindir Henrik dengan nada mengejek, sebelum akhirnya meninggalkan Hugo.“Brengsek kau, Henrik! Awas saja, jika kau butuh bantuanku lagi, aku tidak akan sudi membantumu!” teriak Hugo dengan nada penuh amarah, namun Henrik berniat tidak memedulikan teriakan kesal itu. Namun setelah beberapa langkah meninggalkan Hugo, Henrik mulai berubah pikiran. Pria muda itu menghampiri Hugo samb

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 42: Masalah dari Ayah, lagi!

    Nathaniel makin bingung harus bersikap bagaimana, hingga akhirnya memutuskan untuk mengalihkan perhatian. “Lebih baik kita berangkat ke kantor sekarang.”Nathaniel berjalan lebih dulu ke depan, dan Isabella segera mengejar langkahnya. "Tunggu aku, Nate. Kenapa kau terburu-buru sekali?"Julian hanya bisa menatap kepergian mereka sambil menggeleng-geleng kepala.Beberapa saat kemudian Nathaniel dan Isabella duduk di ruangan mereka, fokus membahas proyek novel Isabella. Mulai hari ini, Isabella dan Nathaniel memang menempati ruangan khusus yang hanya ditempati oleh mereka saja— hingga mereka bisa bekerja lebih fokus tanpa suara riuh Felix dan yang lain. Setelah menulis beberapa poin outline yang baru ia buat, Isabella menunjukkannya pada Nathaniel. “Bagaimana menurutmu?” tanyanya pada Nathaniel.Nathaniel membacanya dengan seksama sebelum memberikan masukan. “Isabella, menurutku opening ini sangat menarik

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 43: Nathaniel Cemburu

    “Aku tidak ingat memiliki kenangan manis itu denganmu, yang aku ingat hanya pengkhianatanmu,” Isabella mengatakan itu tanpa menatap Henrik, seolah ia muak hanya dengan menatap wajah pria yang pernah menjadi kekasihnya itu.“Aku akan menebusnya dengan cara apa pun asal kau memberiku kesempatan,” Henrik memandang Isabella dengan penuh kesungguhan. Isabella mengabaikan ucapan itu, ia terlalu lelah untuk berdebat dengan tema yang sama seperti sebelum-sebelumnya.Melihat kediaman Isabella, Henrik mulai melancarkan aksinya memberikan perhatian-perhatian yang mungkin dibutuhkan oleh Isabella.“Kau sepertinya sedang banyak pikiran? Apa kau sedang ada masalah?” tanya Henrik dengan ramah. “Kau bisa menceritakannya padaku, Bella. Aku pasti akan membantumu.”“Siapa kau hingga aku harus menceritakan masalahku padamu?” sindir Isabella dengan nada dingin.Henrik tetap tenang dan berkata, “Setidakny

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 44: Perdebatan Nate dan Isabella

    Felix hendak duduk di bangku terdekat, namun Isabella segera menunjuk ke dalam cafe. “Bagaimana jika kita duduk di dalam saja? Ku rasa di sana lebih sejuk,” usulnya. Luciana dan Clara dengan cepat setuju dengan saran Isabella. Isabella merasa lega ketika semua orang setuju dengan sarannya. Sejatinya, ia hanya tidak ingin terus menjadi pusat perhatian Henrik. Keberadaannya di sana membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Setelah masuk ke dalam cafe dan duduk di salah satu sudut, Isabella mulai mengedarkan pandangannya, mencari sosok Nathaniel. Beberapa saat mencari, akhirnya Isabella melihat Nathaniel yang sedang berbicara pada salah seorang pelayan. Tak lama kemudian, Nathaniel seolah selesai memesan dan meninggalkan pelayan tersebut. Isabella mengangkat tangannya agar Nathaniel tahu di mana mereka duduk. Nathaniel melihat Isabella dan berjalan menghampiri mereka, lalu duduk bergabung di meja mereka. “Aku tadi hanya memesan beef wrap untuk kalian, apa kalian tidak keberatan?” tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 45: Panggilan dari Elena

    Tak lama setelah Nathaniel menolak panggilan itu, nyatanya beberapa saat kemudian ponselnya kembali berdering. Nathaniel terdiam, dadanya berdenyut cepat menyadari jika kemungkinan besar seseorang yang menghubunginya adalah Elena. Isabella yang masih berdiri di hadapan Nathaniel melihat kegelisahan di wajah pemuda itu.“Kenapa kau tidak mengangkatnya? Siapa tahu penting,” saran Isabella pada akhirnya. Meski pemuda itu sempat menolak panggilan itu, entah kenapa Isabella merasa jika sebenarnya Nathaniel sangat ingin menjawabnya.“Tidak penting,” sahut Nathaniel cepat, namun suaranya tidak yakin.Setelah ponselnya berhenti berdering, Nathaniel memutuskan pergi meninggalkan Isabella. Namun sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, ponselnya berdering lagi. Ini membuatnya berhenti, ekspresinya terlihat ragu, seolah ingin mengangkat panggilan itu.“Angkatlah, Nate. Aku tahu kau ingin melakukannya,” ucap Isabella, membaca kebimban

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 46: Bertemu Keluarga

    Mobil berhenti di depan parkiran rumah sakit. Nathaniel dan Isabella segera turun dari mobil. Nathaniel yang cemas dengan keadaan Camilia, melangkah terburu-buru menuju pintu masuk rumah sakit. Dalam kecepatannya, dia tidak menyadari seorang pengunjung rumah sakit yang berjalan di hadapannya. Tubuh mereka bertabrakan dengan keras, menyebabkan barang-barang pengunjung itu berserakan di lantai. Nathaniel kaget melihat itu.“Apa kau tidak memakai matamu saat berjalan? Kau membuat barang-barangku berantakan!” bentak pria paruh baya di hadapan Nathaniel dengan wajah murka.“Maafkan aku,” ucapnya dengan cepat, berusaha membantu mengumpulkan barang-barang yang berserakan di lantai.Pria di hadapannya masih mencurahkan kekesalan meski Nathaniel sudah minta maaf. “Kau adalah pria dewasa, kenapa kau tidak paham sopan santun saat berada di tempat umum?”Isabella yang menyaksikan kejadian itu, jadi kesal dengan sikap pengunjung rum

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 47: Bukan Sebatas Teman

    Elena keluar dari ruang rawat Camilia dengan langkah gontai. Wajahnya terlihat basah oleh airmata. Berusaha untuk menenangkan diri, Elena bersandar di dinding lorong rumah sakit sembari mengusap jejak airmata di pipinya. Bahunya sedikit bergetar, dan airmatanya tak berhenti meleleh di wajahnya. Gabriel menyusul keluar dari ruang rawat, melihat Elena dengan wajah iba. Ia mendekati Elena, lalu menghebuskan napas berat. “Elena,” panggil Gabriel. Elena tak menanggapi panggilan itu, namun Gabriel cukup tahu jika Elena mendengarkannya. “Bukankah kau merindukan putramu? Kenapa kau malah keluar?” Elena terdiam sejenak, sibuk mengeringkan sisa airmata di wajahnya. Setelah memastikan wajahnya bersih dari airmata, Elena mengangkat pandangannya ke arah Gabriel, berusaha terlihat tegar di depan ayahnya. “Aku hanya tidak ingin merusak suasana,” jawab Elena. Gabriel mengusap lembut bahu Elena sebagai bentuk dukungan. “Sudah lima belas tahun, Elena. Hubunganmu dan Nate

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 48: Waktu Berdua

    Elena dan Isabella masih duduk bersisian di ruang tunggu rumah sakit, dibayangi oleh keheningan yang menggelayuti ruangan itu. Elena menunduk menatap lantai keramik rumah sakit dengan tatapan kosong, sementara Isabella duduk di sampingnya dengan ekspresi bingung. “Lima belas tahun ini, aku jarang bisa bertemu dengan Nate. Dia selalu menghindariku,” ucap Elena dengan suara lirih, memecah keheningan. Isabella terdiam, ia tidak tahu harus menanggapinya bagaimana. Isabella bisa merasakan kesedihan Elena, tapi ia juga memahami luka dan kekecewaan yang dirasakan Nathaniel. “Jika kau memang dekat dengan Nate, kemungkinan besar kau sudah tahu hubunganku dengan Nate,” tebak Elena yang dijawab dengan anggukan oleh Isabella. “Aku mengetahuinya secara tidak sengaja,” jawab Isabella. Masih terbayang jelas dalam ingatan Isabella, saat ia dan Nathaniel tanpa sengaja bertemu dengan Harry— seorang wartawan dari salah satu media infotaiment, wartawan yang membe

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09

Bab terbaru

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 139. Ending

    Sore itu, Nathaniel melangkah keluar dari kantor dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan jelas kemarahan dan frustrasi. Pertengkarannya dengan Isabella tadi masih terasa panas di benaknya. Ketika Isabella mencoba mengikutinya, Nathaniel berusaha untuk tidak memperdulikannya.“Nate, tunggu!” panggil Isabella sambil mempercepat langkahnya untuk mengejar Nathaniel yang sudah berada di depan pintu utama.Nathaniel menghentikan langkahnya sejenak, namun tidak berbalik. “Apa?” suaranya terdengar dingin dan tegang.Isabella mendekat, meraih lengan Nathaniel. “Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya kesal karena kau terus menerus menerima pesan dari Olivia,” katanya, suaranya merendah, berusaha menenangkan suasana.Nathaniel menatap Isabella dengan tajam, melepaskan tangannya dari genggaman Isabella. “Olivia yang mengirimiku pesan, Isabella. Bukan aku. Kenapa kau harus cemburu karena hal itu?”Isabella menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Karena aku merasa dia hanya mencari alasan

  • Editor Dingin Bikin Bucin   138. Kerjasama Lagi

    Nathaniel dan Isabella duduk berdampingan di ruang kerja mereka, suasana penuh dengan semangat dan produktivitas. Mereka telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan bekerja keras, dan kini Isabella baru saja menulis penutup untuk novelnya. Ia merasa lega dan antusias untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada Nathaniel.“Nate, bagaimana menurutmu?” Isabella bertanya, suaranya penuh harap sambil menatap layar komputer yang menampilkan paragraf akhir dari novelnya.Nathaniel yang sedang sibuk dengan catatannya, menggeser kursinya lebih dekat ke layar Isabella. Ia membaca dengan cermat setiap kata, matanya fokus pada kalimat-kalimat terakhir yang menggambarkan penyelesaian cerita.Isabella tersenyum, menikmati momen ini karena posisi Nathaniel yang sekarang sangat dekat dengannya. Kehangatan tubuhnya terasa nyaman di sebelahnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Melihat peluang yang tak ingin dilewatkan, Isabella perlahan melin

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 137. Kejutan

    Nathaniel kesal mendengar ucapan Gabriel. “Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Kau tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan Isabella. Kita harus mencari solusi, bukan menambah masalah.”Isabella yang duduk mendengarkan pertengkaran itu dengan cemas, akhirnya berdiri. Hatinya terasa campur aduk, antara perasaan bersalah dan keinginan untuk mendukung Nathaniel. Dia berjalan mendekat, menatap Nathaniel dengan tatapan lembut.“Nate, tenanglah,” katanya dengan suara lembut, meski berusaha keras menahan emosinya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan bertengkar seperti ini.”Nathaniel menatap Isabella. Perlahan, dia menghela napas dan menurunkan suaranya. “Maafkan aku,” katanya dengan nada lebih tenang, mencoba meredam emosinya.Gabriel masih tampak tegang, wajahnya kaku dengan emosi yang bergolak. Nathaniel kembali duduk di samping Isabella, yang segera mengg

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 136. Meminta Maaf

    Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis jendela kamar Isabella, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Udara pagi yang segar merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, menambah semangat baru untuk hari yang penting. Isabella berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan gaun putih sederhana yang dipilihnya. Gaun itu memberikan kesan elegan namun rendah hati, sesuai dengan niatnya hari ini.Di sisi lain rumah, Emilia sedang merapikan rambutnya di depan cermin di kamar tidur. Wajahnya kini tampak sedikit tegang. Hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya: meminta maaf kepada keluarga selebriti. Emilia tahu jika mungkin ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan, tapi setidaknya dia akan berusaha demi putrinya.“Ibu, kau sudah siap?” Suara Isabella memecah keheningan, membawa Emilia kembali dari lamunannya. Isabella berdiri di ambang pintu, menatap ibunya dengan senyum lembut namun penuh doronga

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 135. Membersihkan Nama

    Di salah satu sudut tenang café yang berada tidak jauh dari jantung kota, Nathaniel duduk sendirian di meja kecil yang dikelilingi oleh dekorasi kayu dan lampu-lampu hangat yang menambah nuansa damai. Sambil menunggu kedatangan Olivia, ia meraih ponselnya dari saku, melihat layar penuh dengan pesan dari Isabella. Senyum tipis mengembang di wajahnya ketika ia membaca pesan-pesan itu yang kebanyakan tak begitu penting itu.Isabella, kau masih sakit. Harusnya banyak istirahat. Jangan melulu menggunakan ponselmu.Nathaniel mengirim pesan tersebut. Tak lama kemudian balasan dari Isabella masuk.Aku merasa bisa cepat sembuh jika aku terus terhubung denganmu.Sebelum Nathaniel sempat membalas pesan itu, terdengar suara dering keras dari ponselnya. Ia melihat nama Isabella muncul di layar sebagai panggila

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 134. Rindu Suaramu

    Isabella baru saja berbaring— siap untuk tidur setelah hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Nada dering yang familiar membuatnya meraih ponsel di meja samping tempat tidur, dan melihat nama Nathaniel yang terpampang di layar membuat kantuknya sirna seketika.Isabella segera menjawab telepon itu, senyum terbentuk di wajahnya. “Halo, Nate,” sapanya semangat. “Halo, Isabella,” suara Nathaniel terdengar agak ragu. “Apa aku mengganggumu? Sudah larut.”Isabella tertawa kecil. “Tentu tidak, Sayang. Aku selalu rindu mendengar suaramu.”Nathaniel tertawa pelan, suara tawanya terdengar sedikit lega.“Aku serius, Nate,” lanjut Isabella dengan nada setengah menggoda. “Jangan tertawa.”“Baiklah, aku tidak akan tertawa lagi,” jawab Nathaniel dengan nada yang lebih serius, meski senyuman masih terasa dalam suaranya.

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 133. Tidak Salah Menerima Bantuan

    Nathaniel menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Isabella dan aku... kami saling mencintai, dan kami berhak mendapatkan kesempatan.”Elena menggigit bibirnya, tampak bimbang sejenak sebelum menegakkan punggungnya lagi. “Cinta tidak selalu cukup, Nate. Kadang ada hal-hal yang lebih penting dari perasaan itu.”“Apa yang lebih penting?” Nathaniel menatap Elena.Tepat saat itu, beberapa wartawan muncul, mengelilingi mereka di parkiran. Kilatan kamera dan rentetan pertanyaan yang mendesak membuat suasana semakin kacau.“Bagaimana kelanjutan hubungan Anda dengan Isabella setelah kecelakaan sebelumnya?”“Nathaniel, bukankah hubunganmu dengan keluarga Isabella sedang tidak baik?”“Nathaniel, bagaimana tanggapan Anda tentang situasi ini?”“Apakah ini terkait dengan skandal sebelumnya?”

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 132. Konflik

    Emilia mengingat bagaimana kelakuannya hingga membuat berita di media makin panas, menambahkan api ke situasi yang sudah kacau. Dia tahu bahwa dia paling merugikan Nathaniel, yang sebenarnya tidak pernah berbuat salah apa pun padanya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti, Emilia melangkah mendekat, wajahnya menunduk, merasa tak berdaya di hadapan dua orang muda yang telah dia sakiti.Nathaniel dan Isabella melepaskan pelukan mereka dengan perasaan hangat namun canggung. Nathaniel menoleh ke arah Emilia yang terus menatapnya dengan ekspresi serius.“Nate, bisa kita bicara sebentar?” tanya Emilia dengan ekspresi agak ragu. Nathaniel terkejut oleh permintaan itu, merasa resah, mengingat penolakan Emilia sebelumnya. Ia ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “Kita bicara di luar?”Emilia mengangguk. Isabella, yang memperhatikan mereka, memberikan senyuman yang meyakinkan kepada Nathaniel, mencoba menenangkannya. “Semuanya akan baik-baik s

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 131. Kerinduan Terobati

    Hugo memandang Emilia dengan mata penuh kebencian. “Aku tidak akan pergi kecuali kau mentransfer uang padaku sekarang. Aku butuh uang itu, dan aku tahu kalian bisa memberikannya.”Emilia tersentak, hampir tidak percaya dengan sikap Hugo yang tidak tahu malu. “Uang? Kau datang ke sini untuk meminta uang? Ini rumah sakit, Hugo! Isabella sedang sakit, dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Hugo menyeringai sinis, melipat tangan di dadanya. “Ya, aku butuh uang itu. Dan aku tidak akan pergi sampai kau memberikannya.”Isabella menatap ayahnya penuh kebencian. “Kau benar-benar tidak punya hati, Ayah. Aku tidak akan memberikan apa pun padamu. Keluar dari sini!”Emilia akhirnya bangkit dari tempat duduknya, tubuhnya gemetar karena marah. “Keluar, Hugo. Sekarang juga!” teriak Emilia, matanya menyalak dengan kemarahan yang tertahan terlalu lama.Wajah Hugo berubah merah karena marah, pria itu mela

DMCA.com Protection Status