Beranda / Romansa / Editor Dingin Bikin Bucin / Bab 15: Jadi Editor Isabella

Share

Bab 15: Jadi Editor Isabella

Penulis: Nikma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-24 12:00:31

Nathaniel tidak bisa menyembunyikan keberatannya. “Tapi, Pak, saya tidak yakin saya dapat menangani naskah Dark Aurora dengan baik. Tolong biarkan saya menyelesaikan pekerjaan saya sebelumnya.”

Andreas menggeleng tegas. “Saya tidak mau tahu, Nate. Ini adalah keputusan akhir. Dark Aurora adalah proyek besar dan kesempatan ini tidak boleh dilewatkan.”

Nathaniel terdiam, merasa tertekan dengan keputusan yang harus dihadapinya.

Isabella yang sejak tadi hanya diam, diam-diam tersenyum melihat Nathaniel tersudutkan oleh keputusan Andreas. Ketika Nathaniel tanpa sengaja meliriknya, dia menangkap senyuman itu. Nathaniel melotot padanya dengan tatapan tajam yang langsung disambut dengan ekspresi serius dari Isabella.

Nathaniel merasa tidak nyaman dengan tatapan Isabella yang berubah begitu cepat, tetapi dia juga merasa ada sesuatu yang tidak biasa dalam senyum diamnya. Ia merenung sejenak, mencoba mengerti apa yang ada di balik ekspresi Isa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 16: Kenangan

    Nathaniel bangkit dari kasurnya dan melangkah menuju rak buku. Di sana, dia melihat tumpukan novel yang ia print sendiri. Naskah-naskah lama Isabella Rossi yang ia dapatkan dari komunitas literasi di kampus. Dulu saat masih kuliah, Nathaniel dan Isabella tergabung dalam satu komunitas yang sama— tiap minggunya, tiap anggota diharuskan mengirimkan tulisan mereka untuk kemudian dibahas bersama. Saat itulah Nathaniel pertama kali membaca tulisan Isabella—tulisan pertama yang ia sukai, tulisan yang membuatnya menyukai dunia literasi hingga kini, tulisan yang membuat Nathaniel merasa sangat menyukai dan mengagumi seseorang untuk pertama kali.Dia meraih salah satu dari tumpukan itu, membukanya dengan lembut, dan mulai membacanya dengan penuh perhatian. Setiap halaman membawanya ke masa lalu, mengingatkan Nathaniel pada kenangan-kenangan indah dan emosi yang terdalam.Nathaniel tampak termenung saat membaca kembali naskah-naskah lama itu, seperti terhipn

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 17: Makan Malam Romantis

    Nathaniel mengemudi dengan lambat saat menyadari jika ia memasuki jalanan yang tenang di depan rumah Isabella. Rumah itu terlihat megah, berdiri dengan gagah di tengah halaman yang ditumbuhi beberapa tanaman hias. Nathaniel menghentikan mobilnya tepat di tengah halaman yang luas.Setelah mematikan mesin mobil, Nathaniel segera keluar dari mobil lalu melangkah menuju pintu depan rumah Isabella. Langkahnya terasa berat, sejak awal Nathaniel memang enggan berurusan dengan Isabella jika Andreas tidak memaksanya.Sesampainya di depan pintu, Nathaniel menarik napas dalam-dalam. Dia sudah hampir menekan bel ketika pintu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, membuatnya terkejut.Isabella muncul di balik pintu dengan senyuman manis di wajahnya. Dia menyambut Nathaniel dengan sikap yang cukup formal, membuat Nathaniel semakin terkejut.“Selamat datang, Mr. Nathaniel. Kau terlihat tampan sekali malam ini,” sapa Isabella dengan ramah, lalu dia membungkuk l

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-26
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 18: Penagih Utang

    Nathaniel melangkah tanpa memerhatikan sekelilingnya. Ketika ia hampir mencapai ruang tamu, kakinya tersandung undakan yang tidak disadari sebelumnya, membuatnya hampir terjatuh ke depan.Isabella yang menyaksikan kejadian itu dengan cepat bereaksi. Tanpa berpikir panjang, ia meraih pinggang Nathaniel, menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.Posisi mereka pun menjadi dekat, Isabella berdiri di belakang Nathaniel dengan tangannya melingkar di sekitar pinggangnya. Nathaniel merasakan sentuhan hangat tangan Isabella di pinggangnya. Nathaniel tercekat, merasa tubuhnya membeku sesaat. Ia tidak bisa menahan denyut berdebar di dadanya ketika Isabella dengan lembut meletakkan dagunya di pundak Nathaniel lalu berbisik, “Kenapa kau selalu ceroboh?”Kaget, Nathaniel mencoba mengatasi perasaan malunya. Dengan gerakan cepat, ia berusaha melepaskan diri dari pegangan Isabella, lalu berbalik menatapnya dengan kesal. “Harusnya kau tidak perlu melakukannya,&rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-27
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 19: Cerita Isabella

    Hugo terdiam sejenak, namun ekspresinya tidak berubah. Dia tampak tidak peduli dengan perasaan Isabella. Hugo menatap putrinya, lalu menegaskan, “Bagaimana pun, aku adalah ayahmu.”Isabella membalas tatapan itu penuh kebencian. “Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan, apalagi dari orangtua sepertimu, yang egois dan brengsek!” suaranya gemetar, terisak oleh amarah yang terpendam selama bertahun-tahun.Wajah Hugo memerah, kemarahan memuncak saat ia mendengar kata-kata Isabella. Tanpa berpikir panjang, ia mengangkat tangannya, siap untuk menampar Isabella. Namun, sebelum tangan Hugo bisa menyentuh wajah Isabella, tiba-tiba Nathaniel menahannya.Hugo menoleh tajam pada Nathaniel, “Siapa kau?”“Nathaniel, saya teman Isabella.”Hugo mengerutkan keningnya, “Tidak ada tempat bagimu dalam masalah ini. Jadi, jangan ikut campur.”Namun sebelum Nathaniel bisa menjawab, Hugo mendadak menarik

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-28
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 20: Mengantar Pulang

    “Pertemuan dengan ayah, membuat ibuku merasa cukup tertekan. Bahkan tak jarang ibuku mengalami mimpi buruk, dia takut jika ayahku datang untuk mengganggu kami lagi. Hingga akhirnya ibu memutuskan untuk kembali ke kampung halaman nenek— Lavenham. Aku membelikan ibu rumah di sana, agar dia bisa hidup tenang tanpa gangguan ayah,” jelas Isabella yang membuat Nathaniel terenyuh, tidak menyangka jika perempuan itu juga mengalami kehidupan yang berat.“Kau sudah mengalami hidup yang sulit, Isabella,” ucap Nathaniel dengan penuh empati. “Tapi kau bisa menjalaninya, kau kuat sekali,” puji Nathaniel tulus.“Yah, aku harus kuat demi ibuku. Ibu adalah segalanya bagiku. Aku tidak akan membiarkan ayahku merusak hidupnya lagi,” ucap Isabella. Nathaniel mengangguk, merasa tersentuh dengan kedekatan Isabella dengan ibunya. Entah kenapa hal itu membuat Nathaniel sedikit merasa iri, selama ini dia tidak dekat— atau tidak akan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-29
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 21: Deadline

    Isabella duduk tegak di depan laptopnya, matanya terfokus pada layar yang penuh dengan kata-kata yang terpampang. Jarinya bergerak dengan lincah di atas keyboard, mengetikkan kata-kata yang membentuk sinopsis baru untuk calon novel barunya. Meskipun dia sudah menjadi penulis terkenal dengan beberapa penerbit besar, namun bisa dibilang jika Isabella justru paling bersemangat saat bekerjasama dengan BelleVue Books— tentu saja karena Nathaniel yang menjadi editornya. Nathaniel yang menjadi alasan tunggal bagi Isabella untuk segera menyelesaikan sinopsis hari ini juga, karena ia sudah tidak sabar ingin mendiskusikan ide ceritanya dengan gebetannya itu.Semangatnya berkobar-kobar karena dia tahu bahwa di BelleVue Books, dia akan memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan Nathaniel. Setiap kali dia mengetik, bayangan wajah Nathaniel dan kemungkinan mendiskusikan ide-ide kreatif bersamanya membuatnya semakin termotivasi.Namun, di tengah keseriusannya, suara hp-

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 22: Pengaruh Media Sosial

    Isabella merasa lega saat ia mengetik kata terakhir dari bab terakhir novelnya 'The Labyrinth of Lies'. Saat itu matahari telah meredup, menggantikan cahayanya dengan kegelapan malam, Isabella merasa kelelahan mulai menyusup ke seluruh tubuhnya. Otot-ototnya terasa kaku dan tegang akibat berjam-jam menatap layar laptop.Segera setelah menyelesaikan bab tersebut, Isabella menggeliat untuk meregangkan tubuhnya yang lelah. Dia memperhatikan ruangan yang mulai memudar dalam cahaya senja yang redup. Namun, sorot matanya seketika terpaku pada sosok Eleanor yang ternyata sudah meringkuk di atas bean bag, terlelap dalam tidurnya yang nyenyak.Isabella merasa kesal melihat Eleanor yang tampak begitu nyaman tidur di sana, sementara dirinya sendiri berjuang keras menyelesaikan naskahnya. Hatinya dipenuhi oleh kekecewaan karena tak mendapat dukungan dari rekan kerjanya yang seharusnya membantu.Dengan langkah mantap, Isabella mendekati Eleanor, lalu menariknya deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 23: Pesta Penyambutan

    “Dulu aku sempat mengira jika Isabella adalah penulis yang sombong, terlebih aku pernah diusir dari rumahnya. Tapi ternyata Isabella sangat baik. Dia bahkan bersedia untuk membuat postingan yang menandai penerbit kita, yang tentunya membuat kita dikenal oleh banyak orang,” seru Clara antusias.“Apa yang aku lakukan adalah saran dari Nathaniel.” Tiba-tiba terdengar suara Isabella merayap masuk ke ruangan.Semua menoleh ke arah pintu, terkejut melihat Isabella yang tiba-tiba muncul di ruangan. Isabella melangkah masuk ke ruangan dengan senyum cerah di wajahnya, Andreas dan yang lain— kecuali Nathaniel segera menyambut kedatangan Isabella dengan hangat. Senyum Isabella berubah saat pandangannya jatuh pada Nathaniel yang masih duduk termenung di kursi kerjanya dengan wajah datar. Isabella mencoba menenangkan dirinya saat melihat reaksi dingin Nathaniel.Isabella melangkah mendekati Nathaniel. “Maaf, aku terlambat,” ucapnya I

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01

Bab terbaru

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 139. Ending

    Sore itu, Nathaniel melangkah keluar dari kantor dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan jelas kemarahan dan frustrasi. Pertengkarannya dengan Isabella tadi masih terasa panas di benaknya. Ketika Isabella mencoba mengikutinya, Nathaniel berusaha untuk tidak memperdulikannya.“Nate, tunggu!” panggil Isabella sambil mempercepat langkahnya untuk mengejar Nathaniel yang sudah berada di depan pintu utama.Nathaniel menghentikan langkahnya sejenak, namun tidak berbalik. “Apa?” suaranya terdengar dingin dan tegang.Isabella mendekat, meraih lengan Nathaniel. “Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya kesal karena kau terus menerus menerima pesan dari Olivia,” katanya, suaranya merendah, berusaha menenangkan suasana.Nathaniel menatap Isabella dengan tajam, melepaskan tangannya dari genggaman Isabella. “Olivia yang mengirimiku pesan, Isabella. Bukan aku. Kenapa kau harus cemburu karena hal itu?”Isabella menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Karena aku merasa dia hanya mencari alasan

  • Editor Dingin Bikin Bucin   138. Kerjasama Lagi

    Nathaniel dan Isabella duduk berdampingan di ruang kerja mereka, suasana penuh dengan semangat dan produktivitas. Mereka telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan bekerja keras, dan kini Isabella baru saja menulis penutup untuk novelnya. Ia merasa lega dan antusias untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada Nathaniel.“Nate, bagaimana menurutmu?” Isabella bertanya, suaranya penuh harap sambil menatap layar komputer yang menampilkan paragraf akhir dari novelnya.Nathaniel yang sedang sibuk dengan catatannya, menggeser kursinya lebih dekat ke layar Isabella. Ia membaca dengan cermat setiap kata, matanya fokus pada kalimat-kalimat terakhir yang menggambarkan penyelesaian cerita.Isabella tersenyum, menikmati momen ini karena posisi Nathaniel yang sekarang sangat dekat dengannya. Kehangatan tubuhnya terasa nyaman di sebelahnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Melihat peluang yang tak ingin dilewatkan, Isabella perlahan melin

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 137. Kejutan

    Nathaniel kesal mendengar ucapan Gabriel. “Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Kau tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan Isabella. Kita harus mencari solusi, bukan menambah masalah.”Isabella yang duduk mendengarkan pertengkaran itu dengan cemas, akhirnya berdiri. Hatinya terasa campur aduk, antara perasaan bersalah dan keinginan untuk mendukung Nathaniel. Dia berjalan mendekat, menatap Nathaniel dengan tatapan lembut.“Nate, tenanglah,” katanya dengan suara lembut, meski berusaha keras menahan emosinya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan bertengkar seperti ini.”Nathaniel menatap Isabella. Perlahan, dia menghela napas dan menurunkan suaranya. “Maafkan aku,” katanya dengan nada lebih tenang, mencoba meredam emosinya.Gabriel masih tampak tegang, wajahnya kaku dengan emosi yang bergolak. Nathaniel kembali duduk di samping Isabella, yang segera mengg

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 136. Meminta Maaf

    Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis jendela kamar Isabella, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Udara pagi yang segar merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, menambah semangat baru untuk hari yang penting. Isabella berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan gaun putih sederhana yang dipilihnya. Gaun itu memberikan kesan elegan namun rendah hati, sesuai dengan niatnya hari ini.Di sisi lain rumah, Emilia sedang merapikan rambutnya di depan cermin di kamar tidur. Wajahnya kini tampak sedikit tegang. Hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya: meminta maaf kepada keluarga selebriti. Emilia tahu jika mungkin ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan, tapi setidaknya dia akan berusaha demi putrinya.“Ibu, kau sudah siap?” Suara Isabella memecah keheningan, membawa Emilia kembali dari lamunannya. Isabella berdiri di ambang pintu, menatap ibunya dengan senyum lembut namun penuh doronga

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 135. Membersihkan Nama

    Di salah satu sudut tenang café yang berada tidak jauh dari jantung kota, Nathaniel duduk sendirian di meja kecil yang dikelilingi oleh dekorasi kayu dan lampu-lampu hangat yang menambah nuansa damai. Sambil menunggu kedatangan Olivia, ia meraih ponselnya dari saku, melihat layar penuh dengan pesan dari Isabella. Senyum tipis mengembang di wajahnya ketika ia membaca pesan-pesan itu yang kebanyakan tak begitu penting itu.Isabella, kau masih sakit. Harusnya banyak istirahat. Jangan melulu menggunakan ponselmu.Nathaniel mengirim pesan tersebut. Tak lama kemudian balasan dari Isabella masuk.Aku merasa bisa cepat sembuh jika aku terus terhubung denganmu.Sebelum Nathaniel sempat membalas pesan itu, terdengar suara dering keras dari ponselnya. Ia melihat nama Isabella muncul di layar sebagai panggila

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 134. Rindu Suaramu

    Isabella baru saja berbaring— siap untuk tidur setelah hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Nada dering yang familiar membuatnya meraih ponsel di meja samping tempat tidur, dan melihat nama Nathaniel yang terpampang di layar membuat kantuknya sirna seketika.Isabella segera menjawab telepon itu, senyum terbentuk di wajahnya. “Halo, Nate,” sapanya semangat. “Halo, Isabella,” suara Nathaniel terdengar agak ragu. “Apa aku mengganggumu? Sudah larut.”Isabella tertawa kecil. “Tentu tidak, Sayang. Aku selalu rindu mendengar suaramu.”Nathaniel tertawa pelan, suara tawanya terdengar sedikit lega.“Aku serius, Nate,” lanjut Isabella dengan nada setengah menggoda. “Jangan tertawa.”“Baiklah, aku tidak akan tertawa lagi,” jawab Nathaniel dengan nada yang lebih serius, meski senyuman masih terasa dalam suaranya.

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 133. Tidak Salah Menerima Bantuan

    Nathaniel menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Isabella dan aku... kami saling mencintai, dan kami berhak mendapatkan kesempatan.”Elena menggigit bibirnya, tampak bimbang sejenak sebelum menegakkan punggungnya lagi. “Cinta tidak selalu cukup, Nate. Kadang ada hal-hal yang lebih penting dari perasaan itu.”“Apa yang lebih penting?” Nathaniel menatap Elena.Tepat saat itu, beberapa wartawan muncul, mengelilingi mereka di parkiran. Kilatan kamera dan rentetan pertanyaan yang mendesak membuat suasana semakin kacau.“Bagaimana kelanjutan hubungan Anda dengan Isabella setelah kecelakaan sebelumnya?”“Nathaniel, bukankah hubunganmu dengan keluarga Isabella sedang tidak baik?”“Nathaniel, bagaimana tanggapan Anda tentang situasi ini?”“Apakah ini terkait dengan skandal sebelumnya?”

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 132. Konflik

    Emilia mengingat bagaimana kelakuannya hingga membuat berita di media makin panas, menambahkan api ke situasi yang sudah kacau. Dia tahu bahwa dia paling merugikan Nathaniel, yang sebenarnya tidak pernah berbuat salah apa pun padanya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti, Emilia melangkah mendekat, wajahnya menunduk, merasa tak berdaya di hadapan dua orang muda yang telah dia sakiti.Nathaniel dan Isabella melepaskan pelukan mereka dengan perasaan hangat namun canggung. Nathaniel menoleh ke arah Emilia yang terus menatapnya dengan ekspresi serius.“Nate, bisa kita bicara sebentar?” tanya Emilia dengan ekspresi agak ragu. Nathaniel terkejut oleh permintaan itu, merasa resah, mengingat penolakan Emilia sebelumnya. Ia ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “Kita bicara di luar?”Emilia mengangguk. Isabella, yang memperhatikan mereka, memberikan senyuman yang meyakinkan kepada Nathaniel, mencoba menenangkannya. “Semuanya akan baik-baik s

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 131. Kerinduan Terobati

    Hugo memandang Emilia dengan mata penuh kebencian. “Aku tidak akan pergi kecuali kau mentransfer uang padaku sekarang. Aku butuh uang itu, dan aku tahu kalian bisa memberikannya.”Emilia tersentak, hampir tidak percaya dengan sikap Hugo yang tidak tahu malu. “Uang? Kau datang ke sini untuk meminta uang? Ini rumah sakit, Hugo! Isabella sedang sakit, dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Hugo menyeringai sinis, melipat tangan di dadanya. “Ya, aku butuh uang itu. Dan aku tidak akan pergi sampai kau memberikannya.”Isabella menatap ayahnya penuh kebencian. “Kau benar-benar tidak punya hati, Ayah. Aku tidak akan memberikan apa pun padamu. Keluar dari sini!”Emilia akhirnya bangkit dari tempat duduknya, tubuhnya gemetar karena marah. “Keluar, Hugo. Sekarang juga!” teriak Emilia, matanya menyalak dengan kemarahan yang tertahan terlalu lama.Wajah Hugo berubah merah karena marah, pria itu mela

DMCA.com Protection Status