Share

Dosenku Calon Suamiku
Dosenku Calon Suamiku
Author: Atma Anatya

Rasa Dejavu

Author: Atma Anatya
last update Huling Na-update: 2023-11-21 16:54:33

"Eh dengar nggak katanya maba akan dididik dosen baru loh?"

"Iya nih, by the way pada tahu wajah dosennya nggak?"

"Yah kagak. Tapi kalau dari namanya cakep sih."

"Emang siapa dah?"

"Umur berapa? Paling kayak dosen peyot yang lain."

"Heh! Kabarnya awet muda bahkan dijuluki vampire tahu. Namanya Pak Ari kalau nggak salah."

"Ya elah Ari mah pasaran. Tukang sayur, daging,bengkel juga banyak namanya Ari."

"Yang gue inget itu doang tapi lupa nama lengkapnya gila sih akan keren, ganteng, kece penampilannya gue jamin."

Pak Ari-- Begitulah para mahasiswa dan mahasiswi akan memanggilnya. Arion Prakasa atau akrab disapa Ari, pria berusia 43 tahun telah berstatus duda sejak 22 tahun yang lalu dikarenakan kematian sang istri. Yaps, seperti yang para mahasiswi tadi bahas, walau telah menginjak usia 40 ke atas tak membuat keriput menghampirinya.

Bahkan penampilan Arion tak sekuno bayangan orang-orang. Dia berpenampilan sesuai jaman. Hal tersebut terbukti dengan dirinya yang baru turun dari mobil berwarna putih. Para mahasiswi yang peka dengan aroma orang tampan, seketika bergegas menepi demi melihat Arion. Layaknya pemangsa melihat umpan, tatapan penuh pujaan diberikan untuk Arion dari kejauhan.

Pria yang dijadikan atensi tetap fokus melangkah hingga ruang dosen. Tempat bekerjanya selama beberapa tahun ke depan. Kaki jenjang mengenakan pantofel coklat, kemeja satin menutupi dada bidangnya, dan celana yang terbalut membuat paha dan tubuh Ari kian menambah kesan sempurna. Sungguh definisi lelaki fiksi, apabila bagi gadis-gadis penggemar novel dan komik.

"Woy gila ternyata lebih dari ekspetasi!"

"Fiks selera gue!"

"Heh! Selera gue ya!"

"Gils inimah beruntung banget maba."

"Balik semester awal bisa nggak sih?"

"By the way Pak Ari mata kuliah apa dan jurusan apa?"

"Gue jadi semangat kejar nilai demi tuh dosen deh."

Walaupun telah duduk di kursi ruang dosen, tak membuat telinga Arion yang sangat jelas mendengar pembicaraan para mahasiswi. Dia hanya menghela nafas membayangkan hari dan ketenangannya selama mengajar.

"Wah Pak Ari udah jadi primadona aja nih," puji salah satu dosen pria berusia 40 tahun.

Arion terkekeh bingung hendak membalas bagaimana. Dosen muda berusia 30 tahun ikut bergabung ke meja Arion.

"Waktu jaman saya jadi mahasiswi di sini aja dosennya gak sebening dan awet muda Pak Ari."

"Benar, andai saya tak berkeluarga pasti saya menggoda Pak Ari. Pak Ari lajang bukan? Suka yang berusia 35 tahun nggak, Pak?"

Arion kembali dibuat terkekeh dengan pujian berbalut candaan dan pertanyaan para dosen yang lain. Dia melirik jam tangan, tampaknya dia tak bisa berlama-lama bercengkrama menikmati hari pertama. Jam telah menunjukkan pukul sebelas siang, dimana dia harus menampu materi untuk para maba semester pertama.

"Maafkan saya tapi mari lanjutkan pembicaraan tanpa saya."

"Semangat mengajar Mas Rion."

"Semangat Pak Ari."

"Ditunggu waktu senggangnya, Sayang."

Netra setajam elang, ujung mata bak kucing, dan hidung mancung mampu dijadikan panjat pinang itu kini tampak jelas tampak dihadang kacamata berlensa hitam lagi. Rahang dengan jenis j-line dan potongan dagu bak idol, menambah pesona Arion dalam berjalan menuju kelas. Mahasiswa bahkan menatap paras Arion, sembari berharap kelak saat tua tetap rupawan layaknya Arion bukan bak Spongebob kekeringan.

Pemilik sepatu pantofel cokelat tersebut berhenti, kala netranya berhenti tepat sebrang ruang dimana dirinya membimbing hingga jam makan siang. Dia menghela nafas terlebih dahulu, sekadar menyembunyikan perasaan kelabu karena kenangan bersama sang istri kala kuliah.

"Selamat siang dan salam kenal anak-anak."

"Selamat siang suamiku!"

"Selamat siang pacarku!"

"Siang sayangku, cintaku, calon tulang punggungku!"

"Selamat siang calon masa depan!"

Wanita maupun pria, ada yang bening maka sudah pasti ada penggodaan bukan? Arion hanya menggelengkan kepala samar-samar. Dalam hati bersuara, dasar anak muda.

"Dikarenakan ini masih hari pertama, bagaimana bila kita awali dengan perkenalan terlebih dahulu?" tawar Arion.

"Setuju Sayang!"

"Setuju, Pak!"

Beda gender, beda jawaban. Para mahasiswi merasa akan selalu berkobar semangat, apabila dosen tiap mata kuliah dan semester seperti Arion.

"Baiklah mulai dari--"

Vierra Azelina Clarissa-- Gadis akrab disapa Zelin, mahasiswi semester baru yang juga akan merupakan salah satu didikan Arion. Gadis tersebut tergopoh-gopoh setelah turun dari ojek motor online. Sepanjang jalan lisannya tak henti mengumpat untuk sang Kakak yang semester akhir. Katanya mereka memiliki jadwal kelas yang sama pada siang hari, tetapi realita Zelin seketika mengumpat kala batang hidung kakaknya tak di rumah.

Pemilik sepatu sport bermerek adidas tersebut, seketika berlari sembari mengedarkan pandangan ke sana kemari. Netra dan otaknya cepat-cepat bekerjasama, mencari ruang kelas sembari berharap dosen belum tiba. Ledakan ekspetasi dan realita berbanding terbalik, setibanya Zelin di depan ruang kelas.

Arion spontan bak diguyur satu truk semen, tubuhnya memaku sempurna. Paras tersebut tak asing, bahkan sangat tak asing di hati maupun netra. Arion meneguk ludah kasar, dengan tatapan datar, jantungnya berdegup secara gila-gilaan. Andai ruangan ini tak ada mahasiswa-mahasiswi, maka sudah pasti Arion melangkah lalu menarik Zelin.

"Pe--permisi?" tegur Zelin ketakutan dengan Arion. Apakah itu tatapan dirinya dimusuhi di hari pertama? Apakah dirinya nanti akan mendapatkan hukuman? Bagaimana hari-harinya setelah ini?

Arion berdeham membuat seluruh pasang mata menatap curiga sang dosen, lalu berganti menatap curiga Zelin. Apa-apaan ini, apakah benih-benih perasaan atau hubungan rahasia?. Arion mengalihkan fokusnya dari Zelin, berganti menatap jendela. "Masuklah dan perkenalkan namamu!" perintah Arion.

Zelin menganggukkan kepala, melangkah perlahan, setelah sempat meneguk ludah kian ketakutan. "Hai teman-teman? Perkenalkan nama saya Vierra Azelina Clarissa. Kalian bisa memanggil saya Zelin, Lina, maupun Clarissa."

Netra Arion kembali terbelalak dibarengi dengan degup yang kembali menggila. Nama itu... Mengapa bisa tak hanya paras yang duplikat, melainkan nama juga menyerupai Azalea Marissa yang tak lain sang istri. Takdir macam apa yang menghampiri Arion? Mengapa alur pertama sebagai dosen pindahannya seperti ini?

Zelin menatap kagum sang dosen. Tampan dan termasuk dalam list lelaki idaman, hanya saja mungkin dirinya tak termasuk tipe idaman sang dosen. Ditambah tak mungkin pria matang seperti Pak Ari, menyukai gadis 22 tahun semester pertama. Tetapi melihat tatapan mata Pak Ari membuatnya berpikir bila menaruh rasa, dan ntah hanya perasaan penuh kepercayaan diri atau realita. Zelin merasa pernah melihat Arion, tetapi tak mengingat pastinya.

"Pak, apakah hanya Zelin yang berkenalan saja?" celetuk salah satu mahasiswa, berhasil memecahkan lamunan Azelina dan Arion.

Arion menatap datar Zelin. Jangan sampai degup jantung, isi otak, dan arti tatapan kerinduannya tersampaikan. Arion yakin ini hanyalah kebetulan, yang membuat deja vu sesaat. Dirinya harus fokus dan profesional.

"Kau duduklah!" perintah Arion tanpa menyebutkan nama Zelin.

Azelina menoleh ke sana kemari, dirinya memiliki nama dan telah memperkenalkan diri. Lantas mengapa hanya disebut 'kau'?

"Saya, Pak?"

Arion tak menjawab apapun. Pria tersebut hanya menatap garang Zelin, lalu menunjuk kursi kosong dengan tatapan. Arion mencekal tangan Zelin sebelum melewatinya, "Temui saya apabila tak sibuk karena ada pembicaraan penting."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Dosenku Calon Suamiku    Bak Remaja Pubertas

    Tubuh Arion rasanya bak kayu yang digerogoti rayap. Seluruh tubuhnya lelah tanpa terlewat walau seujung kuku bayi baru lahir. Lisan dan otaknya tak berhenti bekerja sejak kerakusan menyandang Arion. Sudah menjadi CEO tetapi dengan gila masih menyetujui penawaran sang sahabat. Dimana penawaran tersebut Ari setujui, berujung pada hari pertama perasaannya dibuat kaku. Paras, postur tubuh, dan nama yang duplikat membuat Arion seketika teringat mendiang belahan hatinya. Otaknya gatal menuntut perihal kejanggalan. Tetapi waktu tak lelah-lelah menjadi konflik kehidupan. Arion menatap cahaya rembulan yang menyerupai netra sang mahasiswi. Tak begitu bersinar tetapi membius Arion. Konon kata orang bila merindukan seseorang, maka tataplah langit malam. Bisa jadi seseorang tersebut menjelma menjadi bintang. Sedangkan kala siang katanya seseorang tersebut bersembunyi di balik gumpalan awan. Arion memutar kenangan dalam benak. Badan yang dipasangi oleh aneka kabel rumah sakit, dada yang disisipk

    Huling Na-update : 2023-11-21
  • Dosenku Calon Suamiku    Ternyata Memiliki Kekasih

    Berapapun jumlah angka yang menjadi status jawaban kala pertanyaan 'berapakah umurmu?', orang-orang merasa bahagia mengerubungi kala kepadatan sehari tersisihkan. Contohnya saat ini dimana seluruh gedung fakultas merasakan pesta dadakan. Bukan dikarenakan suatu perayaan di masing-masing jurusan, ulang tahun dosen, ataupun teman sekelas. Melainkan kampus mengadakan rapat merata yang wajib dihadiri seluruh dosen.Mahasiswa-mahasiswi rasanya dibuat menangis bahagia, karena akhirnya masa dirindukan kala sekolah kembali terjadi di universitas. Kemerdekaan mahasiswa-mahasiswi dan murid adalah waktu pulang awal yang tentunya selain jam kosong. Jam memang baru menunjukkan saat makan siang. Sedangkan rapat akan berlangsung dari jam 12 hingga jam 3 sore. Lama? Ya itulah alasan kelas yang dimulai pukul 12 siang hingga 3 sore diganti jadwal.Beberapa kursi aula yang dijadikan ruang rapat telah diisi beberapa dosen. Tak seperti dosen lain yang menunggu dengan tenang, sembari bermain handphone me

    Huling Na-update : 2023-11-21
  • Dosenku Calon Suamiku    Tanpa Hubungan Darah

    Pagar besi semula menjulang tinggi dari kejauhan, bahkan menutupi megah dan indahnya rumah berhasil Arion lewati. Rumah dengan tipe model klasik bergaya Perancis, kembali berada di depan mata Arion. Tak ingat berapa lama waktu pastinya kaki Arion menapaki rumah masa kecil almarhumah istri. Masih sama tanpa perubahan spesial selain pergantian cat saja.Arion menekan bel yang tak jauh keberadaan dari posisi tempat berpijak. Salah satu pekerja di rumah sang mertua membukakan pintu. Lama tak bertemu dengan pria di hadapannya, membuat netra sang pekerja hampir saja terlepas dari posisi. Mengamati dari atas hingga bawah penampilan Arion, karena merasa tak berubah walau berpuluh-puluh tahun tak berkunjung.Sebuah karakter di film dan buku-buku mitologi kuno membuatnya seketika teringat. Vampir-- Karakter mitologi legenda yang tak asing di ingatan karena kebiasaan menghisap darah. Tampaknya mulai saat ini pekerja itu akan percaya, dengan film-film fantasi yang melibatkan karakter vampir. Dia

    Huling Na-update : 2023-11-21
  • Dosenku Calon Suamiku    Ada Apa Di Kerumunan?

    Tinggi, kekar, tampan, pintar, kaya, mapan di usia muda. Rasanya bukankah rentetan kalimat tadi cukup menjabarkan kesan kesempurnaan, lelaki dengan setelan jeans yang di dalamnya dirangkap kaos putih polos? Bahkan dimanapun berada lelaki ini mendapatkan perlakuan sama kala di tempat ini. Tak sebatas sepasang dia pasang netra saja yang memandang, puluhan mahasiswi menatap kagum dan lapar. Berbeda dengan tatapan diberikan mahasiswi, para mahasiswa justru menatap iri pesona lelaki bersetelan jeans.Tak memberi tahu kabar kebahagiaan ini pada sang kekasih yang telah menunggu. Xavier berhasil menyelesaikan acara studinya di London, lebih cepat dari target yang diberikan. Tenang saja walau dikerjakan secara cepat-cepatan, bukan berarti hasil pekerjaan mahasiswa cerdas ini dikatakan tak memuaskan. Walau dengan sedikit dorongan dana orang tua, juga bukan berarti membuat Xavier manja. Kini tugas di kampus ini hanya beberapa langka lagi hingga kelulusan.Menatap rindu bangunan bertingkat telah b

    Huling Na-update : 2023-11-21
  • Dosenku Calon Suamiku    Menjadi Pusat Perhatian

    Mobil mewah audi A8 L berwarna hitam telah terparkir di rumah hampir 30 menit. Gugup karena sekian lama tak melakukan interaksi, dengan penghuni-penghuni rumah tempatnya parkir membuat ragu melangkah. Bangunan mewah bernuansa ala Italia karena ketertarikan pemilik rumah, kembali Xavier pijak dalam waktu yang ntah kapan terakhir kali karena dirinya pun lupa. Hanya saja rumah ini masih tak menumpulkan kenangan di benaknya. Bayangan sang gadis dia kenal sedari kecil, kakak sang gadis, dan sahabat lelaki sang gadis selalu mengelilingi benak setiba di rumah Zelin.Posisi yang tak beranjak walau secentipun membuat objek pandang Xavier terbatas. Gerbang menjulang tinggi dengan sisi kanan, secara semu-semu dedaunan tanaman pucuk merah sedikit menyumbul efek lama tak dipotong. Senyumnya terpatri kala mengingat kepingan masa kecil. Ketiganya pernah menemani wanita pemilik rumah, berkebun karena ketertarikan pada tanaman tak sirna. Tawa riang Zelin rela renyah walau terselip isakan, d

    Huling Na-update : 2023-12-09
  • Dosenku Calon Suamiku    Lama Tak Mengunjungi Sang Wanita

    Kala hidup netra tak henti-henti mengamati kesenjangan sosial. Tetapi kala bukan selimut tebal membalut kulit kala dingin, tidak juga selimut dengan lubang-lubang membungkus. Maka netra tertutup sempurna dengan kemustahilan kembali ke dunia, justru memukul telak pemikiran orang-orang. Kala hidup kau berbeda dan direndahkan.Tetapi bagaimana kabar kala seluruh tubuh tanpa terlewat terbalut tanah? Bukankah status kala nisan menghias suatu lahan tanah kosong, itu cukup menjadi definisi antonim kesenjangan sosial? Harta kau perjuangan di kehidupan tetapi kala menjadi penghuni liang tanah, tak mungkin rasanya tumpukan harta ikut masuk menemani. Tubuh terbujur kaku hanya menanti waktu mengikis menyisakan tulang.Tempat penghuni bergelar almarhum dan almarhum telah dapat Arion lihat. Tanjakan menuju pemakaman telah aman terlewati, walau sekian lama tak bermain kemari. Kumpulan bunga segar kesukaan penghuni hati menemani samping kursi kemudi. Tak lagi sesak kala tanah mula

    Huling Na-update : 2023-12-10
  • Dosenku Calon Suamiku    Mulut-Mulut Orang

    Layaknya perkataan orang-orang mencibirnya aneh, yang sejak melihat pertengkaran dengan sang kekasih beberapa hari lalu. Ntah mengapa kian hari dia sendiri juga merasa bahwa memang kian aneh. Perasaan aneh dan tak asing ntah mengapa seakan terkurung demi menetap. Tak ada dorongan bisikan apalagi keinginan alami, langkahnya kala menahan pergerakan sang dosen juga bahkan tak dia sadari.Dia tak lupa statusnya apabila masih kekasih Xavier, hanya saja sang dosen ntah mengapa tampaknya memiliki tempat rahasia. Tempat yang tak Azelin atur, harap, apalagi menginginkan. Lucunya lagi adalah... Kunci hatinya digenggam oleh Xavier selaku kekasih, tetapi mengapa hatinya terasa janggal tiap menatap bahkan melirik Arion. Rasa asing tetapi tak asing selalu mendesak menjungkir balikkan isi otak.Melupakan status telah sekian lama berpacaran dengan Xavier. Menulikan rentetan kalimat curiga sang kakak, dan teguran Jala selaku sang sahabat. Azelina menatap ragu bangunan bertingkat ti

    Huling Na-update : 2023-12-11
  • Dosenku Calon Suamiku    Kegeraman Xavier

    Berbeda orang maka berbeda prinsip mengenai konsep kesabaran. Katanya kesabaran itu ananta. Ia adalah sang infinity. Bagai kartu yang unlimited. Bak angka delapan juga, atau seperti sebuah roda yang melingkar tanpa batas. Sabar itu tak terbatas dan tak berujung.Tidak-tidak pengenggam prinsip itu tak sepenuhnya salah dan bodoh. Orang yang bersumbu pendek, juga bukanlah kesalahan karena sukar mengontrol emosi. Emosi itu lebih unik dari air. Mengapa? Karena air mampu kau pandang di wadah, tetapi tak mampu dirasa kecuali diteguk. Sedangkan emosi hanya dirasa tetapi mampu dilihat orang. Menatap nyalang pemandangan dari dalam sana. Selaku lelaki dia tidaklah sebuta itu mengartikan tatapan Arion, memang tak sejelas kala semasa dia hendak memacari Azelina. Tetapi dia juga penasaran kala tatapan kerinduan diberikan pada sang kekasih. Kecurigaan ditambah desas-desus dipercikkan mahasiswa-mahasiswi, membuat emosi terpenjara perlahan mulai tak tahan di tempat.Mengu

    Huling Na-update : 2023-12-12

Pinakabagong kabanata

  • Dosenku Calon Suamiku    Asisten Dosen Baru

    Suasana kelas Azelina hari ini terlihat memanas. Ada umpan ada mangsa begitulah perumpamaan judul kelas hari ini. Desas-desus beredar membuat semua penasaran membuncah. Penasaran fisik, paras yang menjadi sebagai asisten dosen. Sekaligus mengapa dosen wanita itu dengan jenaka, baru beberapa saat pergantian semester tapi telah mengajukan cuti.Tak sebatas mengambil cuti ntah sampai kapan. Tetapi mengapa bisa dosen itu langsung mendapatkan, gambaran asisten dosen menggantikan selagi tak mengajar. Tak bisakah diganti dengan jam kosong atau tugas semata? Ntah mengapa pernyataan seseorang di internet yang pernah berkata 'Semakin jauh semester mahasiswa atau mahasiswi, mereka sering dibuat merasa salah pilih jurusan. Tetapi saat selesai skripsi barulah merasa bangga.'"Hari ini beneran udah diganti si dosen pengganti, Bu Ketu?" Berganti semester maka kelas Azelina juga sepakat, mengganti ketua kelas jadi perempuan."Kabarnya s

  • Dosenku Calon Suamiku    Pergantian Semester

    Suasana sarapan terkesan membosankan bagi gadis itu. Dia rasa lebih baik makan berdua saja dengan sang pria, tetapi hari terasa indah dan bersemangat sebangun tidur. Daripada demikian sudah hari ini pergantian semester, Arion tak bisa mengantar harus mengambil dokumen walau akan bertemu di kampus, sang kakak sibuk bekerja di perusahaan papa mereka. Uh, rasanya dia sangat ingin sekali melompati hari ini saja."Dek lo sakit, ya?"Azelina yang membisu walau diberi pertanyaan Valko, seketika membuat sang kepala keluarga meletakkan sejenak sendok dan garpunya untuk menyentuh dahi Azelina. "Kamu lagi ada masalah, Vi?"Masih membisu semata membuat ayah dan anak itu kompak saling pandang. Sang Mama menepuk lengan putrinya. "Nak, kamu kenapa? Sakitkah? Atau lagi ada masalah?"Bahkan walau sebatas lirikan pun tak terjadi. Azelina sebatas menatap hidangan sarapannya masih utuh. Dia menunduk tanpa merasakan pega

  • Dosenku Calon Suamiku    Kerja Kelompok

    "Jangan lupa ya hari ini ada kerja kelompok di rumahnya Bu Arion!""Loh jadinya di rumah si Azel?"Kelompok dibentuk dengan masing-masing terdiri dari lima orang. Tak ada yang memilih sendiri, melainkan dosen memilih secara acak sehingga tak terjadi pengasingan. Tak sebatas kelompok saja dibentuk, tetapi masing-masing ketua kelompok juga sang dosen yang menentukan. Protes dalam hati sebatas terpendam di masing-masing mahasiswa-mahasiswi semata.Gadis semula sibuk menghubungi kakaknya untuk meminta dijemput, apabila tengah di kampus seketika terhenti mengetikkan pesan. Atensi pada benda kotak pipih itu berganti menjadi, menatap kedua lelaki dan dua gadis di depannya. Ekspresi menyebalkan mampu Azelina baca dengan jelas. Sepertinya api akan membakar, apabila melihat jenis minyak dipegang Azelina.Gadis itu menghela nafas. Sebenarnya dia malas apabila status tetangga dan kekasih dirinya dan Arion terkua

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Bersama

    Bagaikan semut dan makanan, orang-orang itu seketika berkerumun. Perumpamaan layaknya semut saja terasa kurang, karena lisan itu menjelma bak hewan rayap. Rayap memakan kayu, dan orang-orang memakan orang secara hidup-hidup. Tidak-tidak dengan membunuh memakai senjata tajam, tetapi lisan dan netra mengalahkan senjata tajam dan racikan racun menjadi senjata."Eh, itu yang baru parkir bukannya mobil Pak Ari?""Loh bukannya keluar udah nggak jadi dosen, ya?""Ngarang lo kata adik gue sekelas sama Azel cuma cuti soalnya dinas kerjaan.""Eh, tapi bukannya pas kemarin kapan itu wajah Pak Ari yang masuk berita kota?""Kayaknya kalau gue nggak salah ingat sih iya. Tapi masak keliatan nggak sadar sama darah gitu tapi masih hidup?""Heh! Namanya juga tangan Tuhan siapa yang tahu?""Bisa aja kemarin itu bukan wajah Pak Ari.""Ma

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuliah dan Kerja

    Gadis itu menatap datar dan malas layar handphone-nya. Rentetan kalimat rayuan itu terasa hambar, terkalahkan dengan pahitnya akhir kalimat. Helaan nafas berat dia lakukan. Ntah salah ekspetasi atau kejamnya realita pun membingungkan diri.WhatsApp notifikasiPak Ari-Arion off| Gadisku.| Apakah masih memilih pakaian?| Perlu bantuan memilih?| Menurutku kamu memesona dalam pakaian apapun.| Dua tiga ikan lele, jangan kelamaan le. Nanti malam kita kemalaman buat makan lele.| Canda Neng. Ya kali bidadari dikasih makan lele sama raja.| Ayo cepat sedikit Zel, keburu kelasmu di mulai. Aku tidak bisa memaklumi loh apalagi aku masih cuti dan akan sibuk bekerja di perusahaan.Singkat, padat, mengesalkan sekali jelasnya. Masih cuti... Dua kata utama sukses membuat harinya terasa memburuk. Wajah gadis itu semula cerah seketika kembali masam. Padahal perkiraannya adalah tumpukan tu

  • Dosenku Calon Suamiku    Kuraslah Uang Saya, Nona!

    Bak remaja tengah mengalami pubertas, pria berusia 40-an itu juga merasakan demikian. Judul lebih tepatnya adalah pubertas kedua kalinya. Sorot garang lelaki itu hilang dengan senyum tak kunjung luntur walau tak menggunakan formalin. Bau obat-obatan tak lagi tercium digantikan dengan parfum kesukaannya.Lelaki itu tak henti senyum-senyum sembari mengawasi penampilannya. Tak jauh berbeda dari sang pria, si gadis jauh lebih parah dengan bimbang memilih busana. Ya, pandangan buram serta membayang, tubuh lemas, gemetar, wajah pucat, halusinasi datang tak menentu semua sirna dalam sekedip. Seakan-akan berita hari kemarin tak pernah rilis, pertengkaran kemarin pun tak pernah terjadi.Mengabaikan kewajiban telah berhari-hari tak disentuh. Melupakan waktu dan tempat yang seharusnya ditapaki, kini keduanya lebih sepakat mengunjungi suatu tempat. Gedung bertingkat dengan tingkat kedinginan tak perlu diragukan. Aneka busana dan hidangan lokal maupun lu

  • Dosenku Calon Suamiku    Maukah Kamu?

    Tubuhnya masih terasa kaku keseluruhan. Semu-semu kebiruan juga belum pudar sebagai pembuktian beberapa hari lalu. Wajahnya berangsur tak begitu pucat, sejak indra penciuman menerima aroma semu-semu kedatangan Arion berada di apartemen. Terkesan lucu dan konyol memang bagi orang lain, tetapi bagi orang sekitar Azelina itu semua bukan masalah selagi gadis itu hendak kembali makan.Kewarasan sempat hilang dimakan berita kini perlahan kembali. Gadis itu menoleh ke sana kemari lalu menoleh ke bawah, tepatnya mengamati sang kakak rela tidur tidur di kasur bawah. Tatapannya terkunci menatap lamat-lamat Valko. Aneka pemikiran menghias benak, tak tahan minta diungkapkan namun sang penjawab masih terlelap lelah.Tak ingin menganggu tidur sang Kakak Azelina berniat ke luar kamar. Suara bising dibuat Azelina membuat Valko terbangun walau masih dalam mata tertutup. Senyum miring terukir kala kaki Azelina hendak melewati tubuhnya, beruntung dia memilih tidur tak jauh dari pin

  • Dosenku Calon Suamiku    Kejutan Atau Halusinasi?

    Wajah ayunya yang kini telah berubah bak mayat hidup, yang kian terasa buruk. Beberapa memar dan luka memang berujung memperburuk keindahan kulitnya. Tak sebatas semburat kebiruan, melainkan beberapa luka dengan darah juga muncul. Tak ada perih atau keram dirasa oleh gadis itu, selain hatinya yang terasa perih dan dingin.Sorot matanya masih terasa hampa tanpa hidup dan harapan. Langkahnya tak sekokoh tanaman di taman. Bibirnya tak sesegar buah baru dipetik. Dinginnya suhu tubuh tak sedingin lemari pendingin memang, tetapi tak sehangat suhu manusia pada umumnya. Pandangan gadis itupun tak begitu jelas, tak seperti kala mengurung diri di kamar.Ntah berapa lama dirinya tak sadarkan diri. Bahkan dia juga penasaran bagaimana bisa terbangun dengan indera penciuman dipenuhi oleh obat? Apakah dia sehabis menyusul Pak Arion? Apabila iya dimana dan bagaimana kabar terbaru prianya itu kini?Kening gadis tersebut berulang ka

  • Dosenku Calon Suamiku    Mengiris Hati

    Rumah kembali terasa sunyi walau masih terdapat Azelina sebagai penghuni. Tetapi gadis itu menjadi lebih sangat pendiam. Tak ada sepatah dua patah kata sejak kejadian lari pagi kapan hari. Keresahan tak surut dirasa seluruh penghuni rumah.Bahkan asisten rumah tangga dan supir tak tahu awal mula pun heran. Mereka hanya diberi tugas untuk mengirim makanan ke kamar Azelina, merayu gadis itu agar mau makan walau hanya bisu di dapat. Ruang tamu diisi oleh ketiga orang yang melakukan kegiatan kompak. Mereka tengah memijat kepala bingung harus bagaimana, agar Azelina kembali seperti sediakala."Mi, dulu si adek gini juga nggak sih pas sama temennya Abang yang siapa itu namanya?""Xavi bukan, Bang?" jawab Mami duo A mengingat-ingat.Valko melirik sekitar walaupun terkesan mustahil dengan kemunculan pelaku. Yakin dengan pelaku benar menjelma batu, dia membalas tebakan sang Mama dengan anggukan kepala.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status