Share

Dosenku Calon Suamiku
Dosenku Calon Suamiku
Author: Aquarius_Girl

Rasa Dejavu

Author: Aquarius_Girl
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Eh dengar nggak katanya maba akan dididik dosen baru loh?"

"Iya nih, by the way pada tahu wajah dosennya nggak?"

"Yah kagak. Tapi kalau dari namanya cakep sih."

"Emang siapa dah?"

"Umur berapa? Paling kayak dosen peyot yang lain."

"Heh! Kabarnya awet muda bahkan dijuluki vampire tahu. Namanya Pak Ari kalau nggak salah."

"Ya elah Ari mah pasaran. Tukang sayur, daging,bengkel juga banyak namanya Ari."

"Yang gue inget itu doang tapi lupa nama lengkapnya gila sih akan keren, ganteng, kece penampilannya gue jamin."

Pak Ari-- Begitulah para mahasiswa dan mahasiswi akan memanggilnya. Arion Prakasa atau akrab disapa Ari, pria berusia 43 tahun telah berstatus duda sejak 22 tahun yang lalu dikarenakan kematian sang istri. Yaps, seperti yang para mahasiswi tadi bahas, walau telah menginjak usia 40 ke atas tak membuat keriput menghampirinya.

Bahkan penampilan Arion tak sekuno bayangan orang-orang. Dia berpenampilan sesuai jaman. Hal tersebut terbukti dengan dirinya yang baru turun dari mobil berwarna putih. Para mahasiswi yang peka dengan aroma orang tampan, seketika bergegas menepi demi melihat Arion. Layaknya pemangsa melihat umpan, tatapan penuh pujaan diberikan untuk Arion dari kejauhan.

Pria yang dijadikan atensi tetap fokus melangkah hingga ruang dosen. Tempat bekerjanya selama beberapa tahun ke depan. Kaki jenjang mengenakan pantofel coklat, kemeja satin menutupi dada bidangnya, dan celana yang terbalut membuat paha dan tubuh Ari kian menambah kesan sempurna. Sungguh definisi lelaki fiksi, apabila bagi gadis-gadis penggemar novel dan komik.

"Woy gila ternyata lebih dari ekspetasi!"

"Fiks selera gue!"

"Heh! Selera gue ya!"

"Gils inimah beruntung banget maba."

"Balik semester awal bisa nggak sih?"

"By the way Pak Ari mata kuliah apa dan jurusan apa?"

"Gue jadi semangat kejar nilai demi tuh dosen deh."

Walaupun telah duduk di kursi ruang dosen, tak membuat telinga Arion yang sangat jelas mendengar pembicaraan para mahasiswi. Dia hanya menghela nafas membayangkan hari dan ketenangannya selama mengajar.

"Wah Pak Ari udah jadi primadona aja nih," puji salah satu dosen pria berusia 40 tahun.

Arion terkekeh bingung hendak membalas bagaimana. Dosen muda berusia 30 tahun ikut bergabung ke meja Arion.

"Waktu jaman saya jadi mahasiswi di sini aja dosennya gak sebening dan awet muda Pak Ari."

"Benar, andai saya tak berkeluarga pasti saya menggoda Pak Ari. Pak Ari lajang bukan? Suka yang berusia 35 tahun nggak, Pak?"

Arion kembali dibuat terkekeh dengan pujian berbalut candaan dan pertanyaan para dosen yang lain. Dia melirik jam tangan, tampaknya dia tak bisa berlama-lama bercengkrama menikmati hari pertama. Jam telah menunjukkan pukul sebelas siang, dimana dia harus menampu materi untuk para maba semester pertama.

"Maafkan saya tapi mari lanjutkan pembicaraan tanpa saya."

"Semangat mengajar Mas Rion."

"Semangat Pak Ari."

"Ditunggu waktu senggangnya, Sayang."

Netra setajam elang, ujung mata bak kucing, dan hidung mancung mampu dijadikan panjat pinang itu kini tampak jelas tampak dihadang kacamata berlensa hitam lagi. Rahang dengan jenis j-line dan potongan dagu bak idol, menambah pesona Arion dalam berjalan menuju kelas. Mahasiswa bahkan menatap paras Arion, sembari berharap kelak saat tua tetap rupawan layaknya Arion bukan bak Spongebob kekeringan.

Pemilik sepatu pantofel cokelat tersebut berhenti, kala netranya berhenti tepat sebrang ruang dimana dirinya membimbing hingga jam makan siang. Dia menghela nafas terlebih dahulu, sekadar menyembunyikan perasaan kelabu karena kenangan bersama sang istri kala kuliah.

"Selamat siang dan salam kenal anak-anak."

"Selamat siang suamiku!"

"Selamat siang pacarku!"

"Siang sayangku, cintaku, calon tulang punggungku!"

"Selamat siang calon masa depan!"

Wanita maupun pria, ada yang bening maka sudah pasti ada penggodaan bukan? Arion hanya menggelengkan kepala samar-samar. Dalam hati bersuara, dasar anak muda.

"Dikarenakan ini masih hari pertama, bagaimana bila kita awali dengan perkenalan terlebih dahulu?" tawar Arion.

"Setuju Sayang!"

"Setuju, Pak!"

Beda gender, beda jawaban. Para mahasiswi merasa akan selalu berkobar semangat, apabila dosen tiap mata kuliah dan semester seperti Arion.

"Baiklah mulai dari--"

Vierra Azelina Clarissa-- Gadis akrab disapa Zelin, mahasiswi semester baru yang juga akan merupakan salah satu didikan Arion. Gadis tersebut tergopoh-gopoh setelah turun dari ojek motor online. Sepanjang jalan lisannya tak henti mengumpat untuk sang Kakak yang semester akhir. Katanya mereka memiliki jadwal kelas yang sama pada siang hari, tetapi realita Zelin seketika mengumpat kala batang hidung kakaknya tak di rumah.

Pemilik sepatu sport bermerek adidas tersebut, seketika berlari sembari mengedarkan pandangan ke sana kemari. Netra dan otaknya cepat-cepat bekerjasama, mencari ruang kelas sembari berharap dosen belum tiba. Ledakan ekspetasi dan realita berbanding terbalik, setibanya Zelin di depan ruang kelas.

Arion spontan bak diguyur satu truk semen, tubuhnya memaku sempurna. Paras tersebut tak asing, bahkan sangat tak asing di hati maupun netra. Arion meneguk ludah kasar, dengan tatapan datar, jantungnya berdegup secara gila-gilaan. Andai ruangan ini tak ada mahasiswa-mahasiswi, maka sudah pasti Arion melangkah lalu menarik Zelin.

"Pe--permisi?" tegur Zelin ketakutan dengan Arion. Apakah itu tatapan dirinya dimusuhi di hari pertama? Apakah dirinya nanti akan mendapatkan hukuman? Bagaimana hari-harinya setelah ini?

Arion berdeham membuat seluruh pasang mata menatap curiga sang dosen, lalu berganti menatap curiga Zelin. Apa-apaan ini, apakah benih-benih perasaan atau hubungan rahasia?. Arion mengalihkan fokusnya dari Zelin, berganti menatap jendela. "Masuklah dan perkenalkan namamu!" perintah Arion.

Zelin menganggukkan kepala, melangkah perlahan, setelah sempat meneguk ludah kian ketakutan. "Hai teman-teman? Perkenalkan nama saya Vierra Azelina Clarissa. Kalian bisa memanggil saya Zelin, Lina, maupun Clarissa."

Netra Arion kembali terbelalak dibarengi dengan degup yang kembali menggila. Nama itu... Mengapa bisa tak hanya paras yang duplikat, melainkan nama juga menyerupai Azalea Marissa yang tak lain sang istri. Takdir macam apa yang menghampiri Arion? Mengapa alur pertama sebagai dosen pindahannya seperti ini?

Zelin menatap kagum sang dosen. Tampan dan termasuk dalam list lelaki idaman, hanya saja mungkin dirinya tak termasuk tipe idaman sang dosen. Ditambah tak mungkin pria matang seperti Pak Ari, menyukai gadis 22 tahun semester pertama. Tetapi melihat tatapan mata Pak Ari membuatnya berpikir bila menaruh rasa, dan ntah hanya perasaan penuh kepercayaan diri atau realita. Zelin merasa pernah melihat Arion, tetapi tak mengingat pastinya.

"Pak, apakah hanya Zelin yang berkenalan saja?" celetuk salah satu mahasiswa, berhasil memecahkan lamunan Azelina dan Arion.

Arion menatap datar Zelin. Jangan sampai degup jantung, isi otak, dan arti tatapan kerinduannya tersampaikan. Arion yakin ini hanyalah kebetulan, yang membuat deja vu sesaat. Dirinya harus fokus dan profesional.

"Kau duduklah!" perintah Arion tanpa menyebutkan nama Zelin.

Azelina menoleh ke sana kemari, dirinya memiliki nama dan telah memperkenalkan diri. Lantas mengapa hanya disebut 'kau'?

"Saya, Pak?"

Arion tak menjawab apapun. Pria tersebut hanya menatap garang Zelin, lalu menunjuk kursi kosong dengan tatapan. Arion mencekal tangan Zelin sebelum melewatinya, "Temui saya apabila tak sibuk karena ada pembicaraan penting."

Related chapters

  • Dosenku Calon Suamiku    Bak Remaja Pubertas

    Tubuh Arion rasanya bak kayu yang digerogoti rayap. Seluruh tubuhnya lelah tanpa terlewat walau seujung kuku bayi baru lahir. Lisan dan otaknya tak berhenti bekerja sejak kerakusan menyandang Arion. Sudah menjadi CEO tetapi dengan gila masih menyetujui penawaran sang sahabat. Dimana penawaran tersebut Ari setujui, berujung pada hari pertama perasaannya dibuat kaku. Paras, postur tubuh, dan nama yang duplikat membuat Arion seketika teringat mendiang belahan hatinya. Otaknya gatal menuntut perihal kejanggalan. Tetapi waktu tak lelah-lelah menjadi konflik kehidupan. Arion menatap cahaya rembulan yang menyerupai netra sang mahasiswi. Tak begitu bersinar tetapi membius Arion. Konon kata orang bila merindukan seseorang, maka tataplah langit malam. Bisa jadi seseorang tersebut menjelma menjadi bintang. Sedangkan kala siang katanya seseorang tersebut bersembunyi di balik gumpalan awan. Arion memutar kenangan dalam benak. Badan yang dipasangi oleh aneka kabel rumah sakit, dada yang disisipk

  • Dosenku Calon Suamiku    Ternyata Memiliki Kekasih

    Berapapun jumlah angka yang menjadi status jawaban kala pertanyaan 'berapakah umurmu?', orang-orang merasa bahagia mengerubungi kala kepadatan sehari tersisihkan. Contohnya saat ini dimana seluruh gedung fakultas merasakan pesta dadakan. Bukan dikarenakan suatu perayaan di masing-masing jurusan, ulang tahun dosen, ataupun teman sekelas. Melainkan kampus mengadakan rapat merata yang wajib dihadiri seluruh dosen.Mahasiswa-mahasiswi rasanya dibuat menangis bahagia, karena akhirnya masa dirindukan kala sekolah kembali terjadi di universitas. Kemerdekaan mahasiswa-mahasiswi dan murid adalah waktu pulang awal yang tentunya selain jam kosong. Jam memang baru menunjukkan saat makan siang. Sedangkan rapat akan berlangsung dari jam 12 hingga jam 3 sore. Lama? Ya itulah alasan kelas yang dimulai pukul 12 siang hingga 3 sore diganti jadwal.Beberapa kursi aula yang dijadikan ruang rapat telah diisi beberapa dosen. Tak seperti dosen lain yang menunggu dengan tenang, sembari bermain handphone me

  • Dosenku Calon Suamiku    Tanpa Hubungan Darah

    Pagar besi semula menjulang tinggi dari kejauhan, bahkan menutupi megah dan indahnya rumah berhasil Arion lewati. Rumah dengan tipe model klasik bergaya Perancis, kembali berada di depan mata Arion. Tak ingat berapa lama waktu pastinya kaki Arion menapaki rumah masa kecil almarhumah istri. Masih sama tanpa perubahan spesial selain pergantian cat saja.Arion menekan bel yang tak jauh keberadaan dari posisi tempat berpijak. Salah satu pekerja di rumah sang mertua membukakan pintu. Lama tak bertemu dengan pria di hadapannya, membuat netra sang pekerja hampir saja terlepas dari posisi. Mengamati dari atas hingga bawah penampilan Arion, karena merasa tak berubah walau berpuluh-puluh tahun tak berkunjung.Sebuah karakter di film dan buku-buku mitologi kuno membuatnya seketika teringat. Vampir-- Karakter mitologi legenda yang tak asing di ingatan karena kebiasaan menghisap darah. Tampaknya mulai saat ini pekerja itu akan percaya, dengan film-film fantasi yang melibatkan karakter vampir. Dia

  • Dosenku Calon Suamiku    Ada Apa Di Kerumunan?

    Tinggi, kekar, tampan, pintar, kaya, mapan di usia muda. Rasanya bukankah rentetan kalimat tadi cukup menjabarkan kesan kesempurnaan, lelaki dengan setelan jeans yang di dalamnya dirangkap kaos putih polos? Bahkan dimanapun berada lelaki ini mendapatkan perlakuan sama kala di tempat ini. Tak sebatas sepasang dia pasang netra saja yang memandang, puluhan mahasiswi menatap kagum dan lapar. Berbeda dengan tatapan diberikan mahasiswi, para mahasiswa justru menatap iri pesona lelaki bersetelan jeans.Tak memberi tahu kabar kebahagiaan ini pada sang kekasih yang telah menunggu. Xavier berhasil menyelesaikan acara studinya di London, lebih cepat dari target yang diberikan. Tenang saja walau dikerjakan secara cepat-cepatan, bukan berarti hasil pekerjaan mahasiswa cerdas ini dikatakan tak memuaskan. Walau dengan sedikit dorongan dana orang tua, juga bukan berarti membuat Xavier manja. Kini tugas di kampus ini hanya beberapa langka lagi hingga kelulusan.Menatap rindu bangunan bertingkat telah b

  • Dosenku Calon Suamiku    Menjadi Pusat Perhatian

    Mobil mewah audi A8 L berwarna hitam telah terparkir di rumah hampir 30 menit. Gugup karena sekian lama tak melakukan interaksi, dengan penghuni-penghuni rumah tempatnya parkir membuat ragu melangkah. Bangunan mewah bernuansa ala Italia karena ketertarikan pemilik rumah, kembali Xavier pijak dalam waktu yang ntah kapan terakhir kali karena dirinya pun lupa. Hanya saja rumah ini masih tak menumpulkan kenangan di benaknya. Bayangan sang gadis dia kenal sedari kecil, kakak sang gadis, dan sahabat lelaki sang gadis selalu mengelilingi benak setiba di rumah Zelin.Posisi yang tak beranjak walau secentipun membuat objek pandang Xavier terbatas. Gerbang menjulang tinggi dengan sisi kanan, secara semu-semu dedaunan tanaman pucuk merah sedikit menyumbul efek lama tak dipotong. Senyumnya terpatri kala mengingat kepingan masa kecil. Ketiganya pernah menemani wanita pemilik rumah, berkebun karena ketertarikan pada tanaman tak sirna. Tawa riang Zelin rela renyah walau terselip isakan, d

  • Dosenku Calon Suamiku    Lama Tak Mengunjungi Sang Wanita

    Kala hidup netra tak henti-henti mengamati kesenjangan sosial. Tetapi kala bukan selimut tebal membalut kulit kala dingin, tidak juga selimut dengan lubang-lubang membungkus. Maka netra tertutup sempurna dengan kemustahilan kembali ke dunia, justru memukul telak pemikiran orang-orang. Kala hidup kau berbeda dan direndahkan.Tetapi bagaimana kabar kala seluruh tubuh tanpa terlewat terbalut tanah? Bukankah status kala nisan menghias suatu lahan tanah kosong, itu cukup menjadi definisi antonim kesenjangan sosial? Harta kau perjuangan di kehidupan tetapi kala menjadi penghuni liang tanah, tak mungkin rasanya tumpukan harta ikut masuk menemani. Tubuh terbujur kaku hanya menanti waktu mengikis menyisakan tulang.Tempat penghuni bergelar almarhum dan almarhum telah dapat Arion lihat. Tanjakan menuju pemakaman telah aman terlewati, walau sekian lama tak bermain kemari. Kumpulan bunga segar kesukaan penghuni hati menemani samping kursi kemudi. Tak lagi sesak kala tanah mula

  • Dosenku Calon Suamiku    Mulut-Mulut Orang

    Layaknya perkataan orang-orang mencibirnya aneh, yang sejak melihat pertengkaran dengan sang kekasih beberapa hari lalu. Ntah mengapa kian hari dia sendiri juga merasa bahwa memang kian aneh. Perasaan aneh dan tak asing ntah mengapa seakan terkurung demi menetap. Tak ada dorongan bisikan apalagi keinginan alami, langkahnya kala menahan pergerakan sang dosen juga bahkan tak dia sadari.Dia tak lupa statusnya apabila masih kekasih Xavier, hanya saja sang dosen ntah mengapa tampaknya memiliki tempat rahasia. Tempat yang tak Azelin atur, harap, apalagi menginginkan. Lucunya lagi adalah... Kunci hatinya digenggam oleh Xavier selaku kekasih, tetapi mengapa hatinya terasa janggal tiap menatap bahkan melirik Arion. Rasa asing tetapi tak asing selalu mendesak menjungkir balikkan isi otak.Melupakan status telah sekian lama berpacaran dengan Xavier. Menulikan rentetan kalimat curiga sang kakak, dan teguran Jala selaku sang sahabat. Azelina menatap ragu bangunan bertingkat ti

  • Dosenku Calon Suamiku    Kegeraman Xavier

    Berbeda orang maka berbeda prinsip mengenai konsep kesabaran. Katanya kesabaran itu ananta. Ia adalah sang infinity. Bagai kartu yang unlimited. Bak angka delapan juga, atau seperti sebuah roda yang melingkar tanpa batas. Sabar itu tak terbatas dan tak berujung.Tidak-tidak pengenggam prinsip itu tak sepenuhnya salah dan bodoh. Orang yang bersumbu pendek, juga bukanlah kesalahan karena sukar mengontrol emosi. Emosi itu lebih unik dari air. Mengapa? Karena air mampu kau pandang di wadah, tetapi tak mampu dirasa kecuali diteguk. Sedangkan emosi hanya dirasa tetapi mampu dilihat orang. Menatap nyalang pemandangan dari dalam sana. Selaku lelaki dia tidaklah sebuta itu mengartikan tatapan Arion, memang tak sejelas kala semasa dia hendak memacari Azelina. Tetapi dia juga penasaran kala tatapan kerinduan diberikan pada sang kekasih. Kecurigaan ditambah desas-desus dipercikkan mahasiswa-mahasiswi, membuat emosi terpenjara perlahan mulai tak tahan di tempat.Mengu

Latest chapter

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Bersama

    Waktu menampar membawa perubahan tak lagi menit, jam, dan detik lampau, belaian suhu alam telah berubah juga ikut berusaha menyadarkan. Kedinginan malam tak lagi menggerayangi membelai tiap inci kulit. Gelapnya malam terusir setelah mentari terbit. Nyamuk-nyamuk mulai menepi juga. Burung-burung bertengger terlelap telah kembali memulai hari dengan berkicau. Hening jalanan mulai diisi dengan aneka kendaraan. Polusi udara mulai mengepul di angkasa. Polusi suara juga tak kalah memekikkan telinga sekaligus melatih emosi. Mentari telah terbit walau belum menyengat, sinarnya masih aman menyapa tak hingga menembus tulang. Dangkalnya alam mimpi terasa telah seluruhnya diselami oleh nyenyaknya tidur semalam. Mata telah terpejam selama beberapa jam mulai merasa cukup. Salah satu dari penghuni balkon terlebih dahulu menyesuaikan cahaya. Kedua telapak tangannya spontan membekap mulut sendiri. Kala hampir saja hendak menggantikan tugas ayam berkokok dengan memekik t

  • Dosenku Calon Suamiku    Pembicaraan Panjang Di Malam Hari

    Masih dengan handuk melilit rambut basahnya, sang gadis bergeming menatap kosong dinding pembatas unit di hadapannya. Bak pemanah salah membidik angka. Bak penghubung panggilan dengan jemari terpleset memilih nomer kontak. Bagai peracik masak salah menuang antara garam dan gula.Begitupula degup dengan janggal bersarang di hati Azelina sedari putus dengan sang mantan. Keliru atau tepatnya saja bahkan gadis pemilik hati ini pun bingung. Dia memang pemilik hati seharusnya tahu menahu. Dia jugalah tokoh utama dari kisahnya sendiri, lantas mengapa juga dirinya menjelma bagai kompas tanpa jarum panah? Pemilik netra teduh mengalahkan keteduhan langit hujan tanpa rintik. Paras ayu dengan potongan dagu kecil dan bulu mata lentik, sangat larut dalam lamunan melalang topik hingga tak sadar suatu hal. Senyuman hangat sebenarnya hendak terlengkung secara spontan di wajah tegasnya. Tetapi kala mengingat potongan kecil, kala dia tak sengaja menguping pembicaraan sang mahasiswi

  • Dosenku Calon Suamiku    Berangkat Terlebih Dahulu

    Gelapnya malam mulai berubah menjadi orange berpadu langit biru. Bukan karena egois atau diculik, melainkan birunya langit belum secerah pukul delapan pagi. Terik mentari belum menyengat. Bahkan layaknya menggoreng dengan minyak panas, sang mentari masih malu-malu di sebelah timur. Dia masih mengintip kecil dan merangkak perlahan ke angkasa. Jam masih menunjukkan pukul lima dini hari. Mentari masih malu-malu menampakkan kilauan menyengatnya. Aspal jalanan masih hening tanpa bercak debu terjatuh. Heningnya kemacetan padat merayap kendaraan juga masih sangat hening.Gelungan selimut masih membungkus hangat. Alam mimpi masih terasa jauh untuk diselami ke garis finish. Liur membentuk pulau pribadi pun masih sibuk dibentuk. Tetapi berbeda dengan Azelina telah tiba di depan pagar universitas."Ini Pak, kembaliannya ambil aja buat sarapan.""Tapi Neng, ini lebih 50 ribu.""Udah Pak, buat makan, minum, rokok, dan jajan. Terima kasih, Pak."

  • Dosenku Calon Suamiku    Tak Sengaja Menguping

    Tegang keseharian mengalahkan tegangan listrik. Kepadatan pada suatu tempat memang mampu dengan mudah berganti tempat lalu melupakan. Tetapi ini mengenai ruang pada suatu wadah, melainkan padatnya kehidupan. Padatnya interaksi dengan dosen dan mahasiswa-mahasiswi di kampus, seakan-akan tak ingin mengalahkan jadwal padat kantor. Matahari telah kian menyembunyikan cahayanya. Kegelapan kian berselimut tebal. Angin terasa bak senjata tajam membelai indera perasa, lalu menusuk hingga ke tulang. Tak hingga mengeluarkan cairan merah ataupun tanda memang, tetapi ngilu dan nyeri membuat mulut mengadu.Sayang seribu sayang bukan aduan dibalas penenang bak candu dari yang terkasih. Melainkan angin merasa kesallah membalas aduan. Terasa bak pusaran puting beliung tak terlihat, angin kian kencang terasa hendak menerpa tubuh. Perubahan cuaca dadakan tanpa melihat perkiraan cuaca, membuat Arion bergidik setiba di unit apartemennya.Sayang seribu sayang kembali dilambungkan. Bukan dekapan dari sepa

  • Dosenku Calon Suamiku    Melihat Ketiduran Di Balkon

    Umur telah menginjak 43 tahun lebih beberapa bulan, membuat angka menuju usia puluhan terasa mendekat. Lucu dan terkesan konyol memang. Kau merasakan umur puluhan hanya dalam setahun, sedangkan menanti untuk hingga puluhan harus melewati 9 tahun agar bertemu si genap. Tujuh tahun mungkin terkesan cukup lama di dengar, tapi tidak untuk dirasa.Waktu tidaklah sebersahabat itu dengan makhluk hidup. Tidak ini tidaklah sebatas datang dan pergi, melainkan arti waktu secara keseluruhan. Netra setajam elang itu tampak masih mempesona belum dimakan umur. Tak seterang cahaya netra burung hantu di tengah gelapnya malam. Tak begitu tajam juga indera penciuman pemangsa bertemu umpan, tetapi aroma segarnya malam dengan air hujan dan parfum gadis tetangga telah tak asing menjalankan seluruh indera."Hei kau di sana!""Siapa kau?!""Menyingkirlah dari sana!""Pergilah dari rumah tetanggaku!"Layaknya orang dalam gangguan jiwa yang berdialog pada

  • Dosenku Calon Suamiku    Penawaran Menarik

    Tak ada lagi si hobi menyengat menusuk kulit yang mengintip di cakrawala. Tak ada si bulat tanpa sisi, identik warna orange serta kuning di fantasi anak-anak. Si biru telah berganti menjadi si gelap tanpa sedikit kecerahan. Jam telah bercumbu bertemu jarum sama di tengah, membuat sunyi kian bersandang.Tak ada musik semu-semu mengisi sunyi. Tak ada jua percakapan agar tak segersang ini. Bak sungai tengah dilanda kekeringan. Sunyinya area balkon dihiasi dengan lembar-lembar tugas mandiri maupun kerja kelompok, sampah-sampah berceceran berbaur secara abstrak tanpa arah. Bubuk micin berbaik hati tak melirik mulusnya tugas, sehingga tak panik. Semut belum berteriak mengundang atensi pasukan kawannya. Bubuk dijaga salah satu pelaku tersisa tampaknya belum menggoda semut. Ntah belum tergoda atau telah tergoda namun takut tepatnya. Sang penjaga tengah celana setengah paha, dan lengan tebal dari sweater dikenakan tampak masih asyik terlelap.Ntah telah memasuki l

  • Dosenku Calon Suamiku    Hai Tetangga

    Waktu itu layaknya lautan air di tengah pantai. Tampak tenang tapi memiliki peluang tak tenang. Ombak bisa menerjang sewaktu-waktu. Air yang pasang tak abadi, ia bisa dimakan pergantian waktu menjadi surut lalu kembali.Ibaratnya bagai waktu dan kesibukan. Waktu tak sejatinya tenang, dia terdapat kerikil, batu koral besar, lumut bak lendir, rumput laut menggelitik, ataupun badai. Semua imbang sesuai waktu, porsi, dan rencana dititahkan kuasa. Layaknya kesibukan terjadi.Kesibukan tak selamanya terjadi, tetapi kesibukan selalu terjadi. Dia netral bisa menjadi kerikil, koral, lumut, rumput laut, atau badai. Tergantung bagaimana cara mengikis, menanggapi dan membaginya. Keputusan dadakan kala memasuki awal semester tengah, membuat banyak mahasiswa-mahasiswi mulai menjauh dari rumah asli mereka kala semester awal.Yang berkantong memilih membeli apartemen atau rumah. Sedangkan yang sederhana memilih kontrak atau ngekos, dan sederhana ke bawah beberapa memilih bertempur dengan kesibukan da

  • Dosenku Calon Suamiku    Kegeraman Xavier

    Berbeda orang maka berbeda prinsip mengenai konsep kesabaran. Katanya kesabaran itu ananta. Ia adalah sang infinity. Bagai kartu yang unlimited. Bak angka delapan juga, atau seperti sebuah roda yang melingkar tanpa batas. Sabar itu tak terbatas dan tak berujung.Tidak-tidak pengenggam prinsip itu tak sepenuhnya salah dan bodoh. Orang yang bersumbu pendek, juga bukanlah kesalahan karena sukar mengontrol emosi. Emosi itu lebih unik dari air. Mengapa? Karena air mampu kau pandang di wadah, tetapi tak mampu dirasa kecuali diteguk. Sedangkan emosi hanya dirasa tetapi mampu dilihat orang. Menatap nyalang pemandangan dari dalam sana. Selaku lelaki dia tidaklah sebuta itu mengartikan tatapan Arion, memang tak sejelas kala semasa dia hendak memacari Azelina. Tetapi dia juga penasaran kala tatapan kerinduan diberikan pada sang kekasih. Kecurigaan ditambah desas-desus dipercikkan mahasiswa-mahasiswi, membuat emosi terpenjara perlahan mulai tak tahan di tempat.Mengu

  • Dosenku Calon Suamiku    Mulut-Mulut Orang

    Layaknya perkataan orang-orang mencibirnya aneh, yang sejak melihat pertengkaran dengan sang kekasih beberapa hari lalu. Ntah mengapa kian hari dia sendiri juga merasa bahwa memang kian aneh. Perasaan aneh dan tak asing ntah mengapa seakan terkurung demi menetap. Tak ada dorongan bisikan apalagi keinginan alami, langkahnya kala menahan pergerakan sang dosen juga bahkan tak dia sadari.Dia tak lupa statusnya apabila masih kekasih Xavier, hanya saja sang dosen ntah mengapa tampaknya memiliki tempat rahasia. Tempat yang tak Azelin atur, harap, apalagi menginginkan. Lucunya lagi adalah... Kunci hatinya digenggam oleh Xavier selaku kekasih, tetapi mengapa hatinya terasa janggal tiap menatap bahkan melirik Arion. Rasa asing tetapi tak asing selalu mendesak menjungkir balikkan isi otak.Melupakan status telah sekian lama berpacaran dengan Xavier. Menulikan rentetan kalimat curiga sang kakak, dan teguran Jala selaku sang sahabat. Azelina menatap ragu bangunan bertingkat ti

DMCA.com Protection Status