Ken melepas jubah putihnya menyisakan kaos hitam ketat dan di bagian belakang kaosnya itu ada sebuah gagang pedang dan gelang yang berwarna merah tua. Ia mengambil gagang pedang itu seketika memunculkan laser berwarna biru tua.
Ia juga memakai gelangnya—di tangan kiri—mendadak rambutnya berubah menjadi warna putih dan matanya menjadi biru muda. Luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya juga mendadak sembuh tanpa menyisakan satu goresan pun.“Oh, kau salah satu ‘Dokter’ alam itu, ya? Dari matamu saja sudah terlihat. Itu sama sekali tidak akan merubah keadaan sedikit pun dan kau tam—”Sring!“Aku berikan kau satu kesempatan untuk keluar dari tubuhnya, jika tidak.” Ken mengacungkan pedangnya di leher Sera—sudah dirasuki.Bukannya takut karena kecepatannya yang tinggi, Sera malah sengaja melukai lehernya membuat Ken harus menjauh darinya. Sera menghela napas lega lalu memanggil roh-roh jahat labu serta memunculkan lima tangan hitam.Tidak hanya itu, ia juga memunculkan sebuah palu dan paku di kedua telapak tangannya. Sera memasukkan paku-paku itu ke sela-sela jarinya dan menggigit palunya di mulutnya.Ken menutup mata, mengambil kuda-kuda, dan mengambil napas yang dalam. Ia memfokuskan pikirannya lalu meneriakkan,”KELUAR!” Dengan sangat keras hingga membuat roh-roh labu itu terbang tak beraturan.Tapi sayangnya, roh jahat tersebut tidak keluar dari tubuh Sera. Merasa tak punya pilihan lain, ia akan menggunakan cara kekerasan untuk mengusirnya. Ia menggerakkan sedikit jari-jarinya seketika memunculkan perisai bening di gelangnya.“SERANG!”“MAJULAH!”Pertarungan kembali dilanjutkan. Kali ini Ken lebih unggul dari roh jahat, dia bergerak secepat kilat lalu menebas mereka dengan sangat akurat.Sementara di dalam jiwa Sera, ia masih berada di lautan gelap tapi di tengah tenggelamnya Sera, muncul sesosok yang bermata merah dengan postur tubuh gelap sehingga sulit dilihat.Sosok itu memotong tangan-tangan yang menarik Sera seraya tersenyum seringai. Sosok itu menggandengnya berenang ke atas permukaan."Semakin menyenangkan, semakin menarik."…Ting! Ting! Ting!Ken menangkis serangan paku-paku dengan pisau bedahnya. Meski ia terkena beberapa paku dan hantaman palu yang sangat kuat hingga membuat kepalanya berdengung keras seakan akan pecah.Ken terhenti sejenak sebelum kemudian dikepung tangan-tangan hitam. Ia menebas tangan-tangan itu, dari arah belakang gelombang suara muncul, dengan cepat Ken menggunakan perisainya untuk menahannya.Tapi tidak lama kemudian, salah satu tangan hitam menggenggam perisai itu lalu mencoba meremukkannya. Ken menghilangkan perisainya lalu memotong tangan itu dan di saat bersamaan pundak kirinya tertancap sebuah paku.“Merepotkan!"“Ha ha ha! Menurutmu jika terus bertarung seperti itu, kau akan menang?”Roh-roh jahat labu muncul kembali setelah tadi dikalahkan kali ini mereka mengeluarkan suara amarah serta mata mereka menjadi merah menyala.Ken tampak muram, baru kali ini ia menghadapi roh jahat yang kuatnya minta ampun jika dihadapi sendiri. Meski begitu, Ken tetap tidak menyerah jika menyerah maka ia sudah melakukannya sedari dulu tapi digagalkan oleh seseorang."Menghabisi mereka semua itu sungguh merepotkan tapi …Sudah saatnya mengakhiri ini," ucapnya dalam hati."Maju!"Sera dan roh-roh labu langsung menerjang Ken yang tampak percaya diri. Roh-roh jahat terbang ke atas lalu membuat gelombang suara yang amat keras dan hujan paku yang kali ini lebih besar dan runcing dari yang tadi.“Sekarang!”"Berikan aku, kekuatanmu!"Sring!Ken memotong roh-roh jahat hingga tak bisa muncul lagi. Dia juga memotong jiwa roh jahat yang ada didalam tubuh Sera tanpa melukai fisiknya.“Si*l. Aku tidak akan kalah secepat itu. Tapi hebat juga kau bisa bertahan setelah terkena itu semua, tapi itu takkan kubiarkan terjadi untuk kedua kalinya.”Mereka langsung berhadapan dan bertarung menggunakan kemampuan mereka yang luar biasa serta tak ada yang mau mengalah sedikitpun, hingga pada akhirnya ...Sring!Ken berhasil membuatnya kewalahan. Sera mundur ke belakang sambil mengusap pipinya yang tergores, ia melemparkan semua paku-paku yang ada di sela-sela jarinya, tetapi semuanya di tangkis menggunakan pedangnya.Ken menangkap salah satu tangan Sera lalu membantingnya ke bawah dan di saat bersamaan pedangnya berusaha direbut oleh tangan-tangan hitam. Ia berusaha menariknya tetapi pedangnya hancur berkeping-keping akibat saling tarik-menarik.Meski begitu, ia tak berputus asa. Ia mengambil serpihan pedangnya lalu menikam perut Sera setelah ia terbanting, ia berteriak kesakitan lalu menendang Ken hingga terpental ke belakang.“KAU SANGAT BR****EK! BERANINYA KAU MELAKUKAN INI! APA KAU TIDAK PEDULI PADA GADIS INI?” bentak Sera seraya menatap Ken yang penuh amarah.“Apa pun akan kulakukan untuk mengusir roh jahat sepertimu. Aku tidak terlalu peduli padanya ditambah aku juga tidak kenal, silakan saja jika kau mau membunuhnya,” balasnya.“Heh, ‘tidak terlalu peduli’ katamu? Dari tadi kau melindunginya. He he he ...Kalau begitu,” seringai Sera.Sera memunculkan tangan-tangan tapi tidak untuk menyerang Ken melainkan menyerang dirinya sendiri. Tangan-tangan itu meremukkan tangan, kaki, serta badannya yang membuat Ken menjadi geram tidak main.Ia segera menolongnya, tetapi, roh jahat yang ada di dalam Sera tiba-tiba saja berteriak kesakitan serta terbakar hebat. Ken terhenti, ia bingung dengan apa yang baru saja terjadi di tambah api itu berasal dari mana?“Terkadang ...Yang menarik itu langsung dicoba tanpa tahu yang membuatnya menarik apa? Jika merasuki tubuh orang, perhatikan dulu siapa yang duluan!” suara yang sangat mengancam serta penuh dengan nafsu membunuh terdengar.Roh jahat itu langsung terpental keluar dan di saat yang sama Ken berlari menuju ke roh jahat tersebut sambil mengambil pisau bedahnya yang tergeletak di mana-mana. Ia melempar pisaunya lalu menusuk mata roh jahat tersebut.“AAAAAAH!” Roh jahat itu langsung kesakitan tidak main seperti mata yang di tusuk jarum tapi jarumnya besar serta runcing.Setelah itu, roh jahatnya pun menghilang layaknya kayu yang habis terbakar. Ken dengan cepat menghampiri Sera yang keadaannya sangat parah dan nyawanya sudah hampir tak tertolong.Dengan keraguan yang berat, ia memberikan pertolongan pertama kepadanya seraya memeriksa detak jantung dan nadinya. Merasa sudah mencapai batasnya ia melakukan teknik terakhir dalam menyelamatkan nyawa yaitu ...Cup!Cup! Ken mencium dahinya dengan lembut serta penuh dengan kerinduannya seakan kangen dengan seseorang—ia memberikan sedikit kehidupannya. Ketika ia menatap wajah Sera ia tiba-tiba teringat kembali dengan bayangan seseorang. Dengan sedikit menghela napas ia mengendong Sera untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Di sepanjang perjalanan yang amat sepi ia hanya melihat kekacauan dan kerusakan serta jerit tangis dari orang-orang yang kehilangan keluarganya. Sebenarnya, di dalam lubuk hati Ken sendiri ia benar-benar marah karena ketidakmampuannya dalam menolong orang lain. Ken serasa di neraka setiap kali kehilangan pasiennya ataupun gagal melakukan tugasnya. “Kenapa? Kenapa? KENAPAAAA?” jeritnya dalam hati. Tanpa sadar sudah sampai di rumah sakit, ia tambah menjerit dalam hati karena banyak suara tangisan yang membuat telinganya sakit. Ia melewati beberapa pasien sebelum kemudian memanggil salah satu suster di sana untuk menolong Sera, tetapi tidak ada satu pun yang peduli padanya.
“Ini milik kekasihku, bagaimana bisa kau mendapatkannya?” tanya Ken seraya menunjukkan gelangnya meski dari jauh tidak terlalu kelihatan. Sera menatap tajam seraya mengeram karena kesal akibat masalah tadi. Ia menegaskan bahwa gelang itu sudah ia miliki sejak lama dan yang punya gelang seperti itu bukan hanya dia saja melainkan banyak orang memilikinya. Namun, Ken yang sudah terbutakan oleh amarah langsung menghampiri lalu menampar pipinya hingga ia terhuyung. Ken tidak sudi gelang kekasihnya itu dimiliki atau bahkan di pakai oleh orang lain apalagi orang seperti Sera. Dengan mata yang penuh amarah dan mulut yang seakan mengeluarkan api, ia tidak percaya pada Sera sebab gelang perak seperti itu memang banyak di jual di mana-mana tapi gelang ini memiliki nama kekasihnya. Ken terus bertanya-tanya mengenai keberadaan kekasihnya itu di tambah ia tidak sudi jika Sera adalah kekasihnya yang sebenarnya sebab dirinya selalu terbayang sebagai kekasihnya. Mereka berbeda tapi bayangan kekasih
Dalam perjalanan pulang, Sera memikirkan banyak hal mengenai gelang perak dan Ken tapi ia mencoba mengabaikannya tanpa sadar ia telah sampai di rumah. Wajah Sera yang tadinya kesal kini berubah menjadi wajah takut dan khawatir saat ia hendak membuka pintu. Dan benar saja, baru membuka pintu ia langsung terkena lemparan botol tepat di kepalanya. Lemparan botol itu membuat pendarahan di kepalanya terbuka yang membuatnya menjerit kesakitan di dalam hatinya hingga membuat kedua matanya bergetar."DARI MANA SAJA, KAU? INI SUDAH MALAM! DASAR ANAK TIDAK PATUH ATURAN," bentak sang ayah seraya menikmati alkoholnya. "Ma–maaf, tadi a–ada kejadian di ja—" "JANGAN BANYAK ALASAN!" Sang ayah mendatangi Sera lalu menyeretnya masuk ke dalam kamar yang sangat berantakan bahkan terdengar suara tikus-tikus yang sedang berlarian kesana-kemari. Sang ayah yang tampak mabuk langsung memukul Sera dan menendang Sera karena ia tak patuh aturan yang sudah dibuat. Sang ayah juga melampiaskan amarahnya akibat
30 kilometer jalan kaki … Hanya dengan berbekal peta ia menginjakkan kaki ke daerah asing yang belum pernah ia datangi atau yang pernah ia lihat sebelumnya.Sambil melihat peta ia memulai perjalanan panjangnya itu seorang diri, tapi ia tak gentar dan terus berjalan diiringi udara sejuk dan kicauan burung. Di pagi yang sangat cerah itu, Sera sesekali melihat beberapa orang berkeliling sambil membawa hewan peliharaannya serta keramaian yang tiba-tiba datang dari arah belakangnya. Keramaian itu mendorongnya menuju ke kota yang cukup padat dengan suara klakson berbunyi di mana-mana serta suara keributan orang-orang yang sedang menelpon di pinggir jalan."Per …Permisi saya mau lewat!" ucapnya.Ia terdesak hingga akhirnya ia masuk ke gang sepi yang dipenuhi dengan tumpukan sampah. Sera melihat petanya kembali lalu masuk ke gang lebih dalam lagi, Di gang itu benar-benar sangat sepi bahkan suara langkahnya menggema begitu juga dengan suara tetesan air dari selang yang tampak sedikit bocor.
"Tam …Tampan," gumam Sera. Seorang pria berambut pirang pendek dengan mata merah—mirip seperti pangeran—muncul di hadapan Sera. Sera yang sangat kagum dengan ketampanannya itu sampai berpikir bahwa dia adalah malaikat yang turun dari surga untuk dirinya yang selalu menderita. Bahkan pusingnya menghilang seketika tergantikan dengan senyum tipis di mulutnya."Kau baik-baik saja?" tanyanya seraya menatapnya dengan penuh kelembutan. "I–iya," Pria itu memeriksa Sera dan menemukan berbagai luka di sekujur tubuhnya. Pria itu menatap kesal—dia berpikir bahwa luka itu di sebabkan oleh roh jahat tersebut. Dia juga merasa bersalah karena datang terlambat padahal Sera tadi sudah meminta tolong sesaat sebelum ia terjatuh. BRAK! "BUNUH!" jerit roh jahat. Sera kembali ketakutan dan reaksinya itu membuat pria itu bingung. Kenapa Sera bisa melihat roh jahat? karena hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihatnya.Sambil memikirkan jawaban tersebut, ia mengeluarkan pulpen tinta hitam. Keti
"Ada apa?" tanya wali kelas bingung. "Ma–maaf, nama sa–saya Se–Sera." Sera bergetar akibat shock. Wali kelas—laki-laki dengan rambut sedikit botak serta terlihat berumur 45 tahun—minta Sera untuk duduk di kursi paling depan pojok kiri dekat dengan jendela luar. Dengan gerakan tubuh kaku ia melangkah menuju ke tempat duduknya dan meletakkan tasnya seraya mengambil buku tulis dan pulpen. "Baik. Berhubung guru mapel(mata pelajaran) biologi tidak ada maka jam 7 sampai jam 9 kosong, kalian jangan buat ribut!" suruh wali kelas lalu pergi ke kelas lain. "Baik, pak." Baru ditinggal sebentar, Sera langsung dikerumuni oleh teman-teman barunya yang tampak antusias dengan kedatangannya. Antusias itu membuatnya tidak nyaman bahkan matanya berkaca-kaca mengingat kejadian yang ia alami di sekolah lamanya.Mereka menanyakan begitu banyak hal—mulai dari alamat, makanan kesukaan, tempat karaoke, dan masih banyak lagi—tanpa tahu trauma Sera kembali muncul."Ola, murid baru yang bersinar bagaikan b
Ken langsung menyeret Sera—menarik tangan kanannya—menuju ke tempat yang ia maksud sepi meninggalkan Emi yang tampak bingung begitu juga dengan suasana kelas.Emi tidak mempermasalahkannya setelah menerima perlakuan tadi dari Ken. Selama ia berada di sisinya, Emi sama sekali tidak peduli tindakan Ken terhadapnya.Saat akan keluar kelas, Alaric menghalangi mereka di depan pintu keluar. Ia menunjuk Ken dengan gagah berani sambil mengucapkan kata tantangan kepadanya."Beraninya kau!""Mau apa?" tanya Ken.Dengan wajah serius dan marah Alaric menanyakan hubungan Ken dan Sera hingga mereka mau pergi berduaan ke tempat yang sepi, hal itu pun mengundang banyak kecurigaan dan skandal. "Itu tidak ada kaitannya denganmu! Jangan urusi urusan orang lain! Lebih baik bayar dulu hutangmu," bisik Ken. Deg! Wajah Alaric langsung pucat. Kegagahannya sirna begitu saja seakan sudah terhempas angin. Ia pun membiarkan mereka berdua lewat begitu saja,"Tidak berguna," sindir Elica.Jleb!"Uhuk, Eli. Seper
"TERIAK SEKARANG JUGA!" Sera menggenggam erat kedua tangannya di depan dada seraya melihat kebawah yang sangat jauh serta membuatnya pusing hingga mual. "Aku …Tidak bisa," gumamnya. Merasa tidak sabaran, Ken menghuyungkan tubuh Sera kedepan seketika membuatnya panik hingga memejamkan matanya akibat takut. "Hahaha! Kau pikir aku akan mendorongmu hingga jatuh? Aku bukan pria busuk seperti itu, pria yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jawaban," tawanya. Pernyataan itu sangat mengejutkan bagi Sera hingga membuat kedua matanya terbelalak lebar seakan pernyataan itu tidak nyata—atau salah dengar. Ken menarik Sera ke pelukannya lalu mengibaskan poninya itu lalu membuka kerah baju Sera. Tatapan Ken tampak serius, hal itu membuat hati Sera tidak karuan."Tenanglah!" "Kau mau apa? Tubuhku ramping," "Aku sama sekali tidak nafsu sama tubuh jelekmu. Luka di kepalamu terbuka kemarin dan perban baru di leher, apa lehermu dicekik hingga retak?" Pertanyaan itu seketika membuat Sera
Almin mengecek sekitaran lalu meminta mereka untuk bergegas pergi dari sini. Namun, belum sempat untuk berlari mereka semua tiba-tiba terjatuh tanpa sebab seakan ada yang menarik kaki mereka.Dari jauh, terdengar suara dedaunan yang amat sangat berisik. Secara mengejutkan, Almin terangkat ke atas, ia mencoba meraih dahan pohon tapi sayang belum sempat meraihnya sesosok bayangan hitam muncul dan menelannya."Almin? ALMIN! DASAR!" Repi berdiri lalu menerjang bayangan hitam itu.Bayangan itu juga ikut menerjang serta hendak melahap Repi, tetapi Embi dengan berani menarik Repi hingga jatuh ke belakang hingga terguling dengan begitu Embi yang di lahap.Tidak ingin perjuangan mereka sia-sia, Yuri langsung membantu mereka semua untuk berdiri lalu berlari sekencang mungkin kecuali Sera yang ketakutan hingga tak mampu mengerakkan kakinya.Yuri yang sangat kesal menyeret Sera tapi sayang bayangan hitam itu melemparkan kayu nan runcing ke arah mereka. Dengan sigap, Yuri langsung menjadi dinding
Semua menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan lalu memasukkannya ke dalam mobil sewa. Pada awalnya Sera sempat ragu tetapi dirinya mempercayai perkataan Repi bahwa semuanya akan baik-baik saja.Mereka berangkat pagi-pagi dengan suhu udara yang menusuk kulit hingga membuat mereka bersin-bersin karena sangat dingin. Meski begitu, mereka tetap melanjutkan perjalanan menuju ke tempat perkemahan.Selama perjalanan, Sera hanya bisa menatap luar jendela mobil dengan wajah gelisah dan bergumam tidak jelas. Repi yang duduk di sebelahnya langsung menenangkan Sera dengan berbagai candaan."Ikan ikan apa yang profesinya ngelawak tapi gak ngelawak?" "Ikan apa?""Ikan badut ...Ketawa sedikit aja meski gak lucu.""Sudah tahu tidak lucu." Sera lanjut menatap luar.Tanpa ia sadari, ia dan teman-temannya sedang di awasi dari jarak yang amat jauh seakan sudah menanti kedatangan mereka. Sesuatu itu juga tampak melirik Sera lalu menghilang ketika Sera menoleh ke arahnya meski jaraknya sangat
"Sera! Ayo bangun. Bukankah kita akan berkemah besok? Jika kamu terus-menerus tidur besok kamu kesulitan tidur." Suara nan lembut terdengar.Dengan membuka matanya perlahan, Sera yang masih muda—sekitar 13 tahun—terbangun dari mimpinya yang menurutnya cukup mengerikan.Perempuan yang memanggilnya adalah Jasmine—yang lebih tua 4 bulan dari Sera—dia berambut panjang serta selalu bersikap seperti seorang ibu."Dasar! Sera, memangnya kamu itu kukang? Setiap hari hanya bisa tidur?" kesal seorang perempuan yang tatapannya tajam serta rambutnya pendek tapi berantakan."Hei! Jangan terlalu kasar Repi! Sera itu masih kecil," bela Jasmine."Kecil? Sebaiknya kau cuci matamu dulu!" ejek Repi.Tidak lama setelah mereka berdebat muncul perempuan lainnya. Salah satunya Embi berambut pendek tapi lurus, Nami dengan kuncir kudanya, dan Almin yang bersanggul plus berkacamata.Almin seperti pemimpin, dia sangat tegas tapi tetap kalem. Almin meminta mereka untuk bergegas menyiapkan semua barang dan melihat
"Apa yang terjadi padanya? Apa dia …." Sera menahan ucapannya."Tidak mungkin. Dia sangat hebat dan kuat bahkan sekarang pun aku sama sekali tidak bisa menyainginya." Ken mengangkat kepalanya.Suasana dingin dan pemandangan nan asri terpampang di depan mereka. Sera menyadari sesuatu yaitu, hari sudah semakin larut bahkan jalanan menjadi gelap gulita.Dan juga Sera menyadari sesuatu yang lain yaitu bunga di taman bermekaran tanpa sinar matahari dan kupu-kupu yang berterbangan kesana kemari.Mungkin karena memiliki ciri khas khusus makanya hal seperti ini sudah biasa—itu yang dipikirkan Sera. Sambil berdiri, Sera meminta Ken untuk memberikannya senter jika punya."Ada." Ken berdiri lalu menggandeng Sera menuju ke rumahnya."Mana? Kok, kamu ikut?" tanyanya."Ada. Senternya aku biar kalau mataku menatapmu tidak silau. Bukankah ini senter paling keren?" gombalnya.Sera hanya bisa tersenyum malu. Di tengah jalan, Sera sempat gemetar akibat rasa takut yang menghantuinya sebab akhir-akhir ini
Melihat Ken yang antusias, Serei mengajaknya ke dalam hutan agar aman dari manusia-manusia lainnya yang menganggap Ken bukan manusia.Tentu saja, bahaya terus mengintai Ken di dalam hutan—roh jahat yang tidak menerima keberadaan Ken serta hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang berbahaya.Serei mengetahui hal tersebut tapi tetap membawa Ken kesana, tentu saja Serei akan melindunginya sepenuh hati hingga Ken siap pergi ke dunia luar."Pelajaran yang akan aku ajarkan dulu adalah bahasa, huruf, dan angka. Kita mulai bahasa dulu." Serei mengambil daun lebar yang dijadikan buku dan ranting untuk dijadikan pensil."Bagaimana kamu bisa memahami bahasaku, Serei? Dan juga aku bisa memahami bahasamu. Apa kamu juga berasal dari tempat tinggalku?" "Oh, itu …Kamu akan tahu suatu hari nanti," Sera mengelak.Mereka pun melanjutkan pelajaran dengan suasana riang. Hingga tanpa sadar malam telah tiba, mereka berdua menghentikan pelajaran dan mencari tempat untuk tidur.Biasanya Serei tidur di atas pohon t
Beberapa tahun yang lalu …"Tangkap, Tuan muda!" ucap seseorang dengan zirah lengkap.Seorang anak laki-laki—Ken—melarikan diri istana yang sangat teramat megah serta peradaban terlihat sangat maju berbeda dengan planet bumi yang manusia tinggali.Ken yang masih muda sekitar berumur 6 tahun menyadari bahaya yang sedang direncanakan oleh seseorang. Dia sadar bahwa keluar dari istana sangat sulit karena itu dia bertarung menggunakan tangan kosong.Meski sempat kalah, dia tidak menyerah dan terus melarikan diri hingga menemukan sebuah portal rahasia di ruang bawah tanah istana."Tuan muda ada di sana!" "Bertaruh atau tidak? Aku pilih bertaruh!" Ken memasuki portal itu seketika portal itu menghilang bersama Ken tanpa meninggalkan jejak.Para penjaga yang berbaju zirah berkumpul ke tempat itu seraya membongkar satu tempat ke tempat lain. Mereka sama sekali tidak bisa menemukan Ken."Mungkin dia pergi menggunakan portal yang aku buat." Muncul seseorang di belakang mereka."Hormat!" Semua p
Alaric yang merasa sedikit kesepian ingin mengajak Sera berjalan-jalan. Namun, malam sudah semakin larut di tambah besok masih masuk sekolah."Sera, apa hari sabtu kamu ada waktu? Kalau tidak ada boleh ikut denganku? Sebagai balas Budi yang belum kamu balas," senyum Alaric."Ihh, hari sabtu? Aah, Sabtu ini aku ada kegiatan," balasnya seraya sedikit memiringkan kepalanya.Alaric tak mampu berkata-kata lagi. Saat berjalan, Sera tak sengaja tersandung lalu di tangkap Alaric yang sangat sigap.Kedua tangan Sera memegang kedua pundak Alaric sedangkan Alaric memegang pinggang Sera agar dirinya tak jatuh ke tanah yang berdebu.Mereka berdua terlihat sangat jelas di mata Ken yang berada di belakang mereka. Ternyata, setelah membawa Emi ke ruang perawatan dirinya langsung mengejar Sera."Kalian tidak pacaran, kan?" tanya Ken sinis."Oh, Ken. Memangnya kalau pacaran kenapa? Kamu kan udah punya Serei kalau aku punya Sera tidak ada masalah, kan?" ejek Alaric."A—Bohong! Aku sama sekali tidak mau
Saat tiba, Ken langsung memanggil rekannya—Mely yang sedang ngopi sambil baca koran harian. Untungnya, Mely bertugas menjaga rumah sakit jadi dia mudah ditemui.Mely memuntahkan kopi yang baru saja ia teguk lalu menyiapkan kamar operasi. Ken membaringkan Emi di ranjang rumah sakit lalu mendorongnya bersama Elica menuju ruangan yang ditunjuk Mely.Di saat bersamaan, Alaric dan Sera sampai di rumah sakit. Mereka langsung mengejar Ken dan Elica, meski Sera sempat kesulitan berlari karena matanya masih tertutup."Kalian tunggu sini! Emi pasti akan aku selamatkan bagaimana pun caranya!" Ken masuk ke ruangan operasi bersama dengan Mely."Well, kita harus menunggu." Alaric menuntun Sera untuk duduk di kursi tunggu bersama dengan Elica."Emi …Aku mohon …Bertahanlah!" doa Elica seraya melipat kedua tangannya.Sera yang tidak tahu keadaan luar, ia ingin melepas penutup matanya tapi Alaric melarangnya karena yakin bahwa penglihatannya masih belum kembali.Elica menoleh ke arah Sera yang duduk di
Melihat benang-benang itu terus menarik Emi dari berbagai arah membuat mereka panik. Alaric dan Ken meloncat lalu memotong-motong benang itu dengan pisau bedah dan tinta pulpen yang berubah menjadi tombak."AAAAARG!" Emi mulai kesakitan."Emi bertahanlah!" Elica mencari cara memutuskan benang-benang itu.Karena serangan Ken dan Alaric sama sekali tidak membuat benang itu tergores sedikitpun. Mereka terus berusaha memotong benang yang sangat kuat bagaikan baja.Saat sedang berusaha, benang-benang itu terus menarik hingga membuat lengannya mulai mengeluarkan suara aneh.Pakaiannya mulai sobek perlahan, rasa perih yang amat sakit tidak bisa Emi tahan selamanya, dan benang-benang itu juga menarik lehernya ke depan yang membuat rasa sakit yang sangat luar biasa."Emi? Hah …Hah …." Sera tak mampu bergerak.Melihat Emi yang kesakitan serta badannya yang mulai terlihat akan terbelah mengingatkan Sera dengan salah satu sahabatnya yang meninggal akibat benang yang membelah badannya.Rasa sesak,