Tak ingin terlihat gugup, Zia mengalihkan perhatian ke arah luar di mana gedung-gedung tinggi berada, juga kios-kios kecil yang terlihat sedang sibuk melayani pelanggan. Pikirannya benar-benar kalut.Apa tujuan Sebastian menikahinya? Apakah pria itu mencintainya? Pertanyaan yang sama selalu saja mantul-mantul di tempurung kepalanya.Tapi ya sudahlah, apapun yang akan terjadi nanti, Zia harus siap menghadapinya. Yang terpenting saat ini, adik-adik di panti asuhan dapat terselamatkan."Mas, Zia boleh berhenti di toko roti itu gak?" Zia menunjuk ke arah plang roti. "Mau makan roti?" Tanya Sebastian."Iya, adik-adik di panti sangat suka roti, Zia mau beli untuk mereka. Di panti juga ada 2 orang yang sedang berulang tahun hari ini," jelas ZIa."Oh ya, siapa?" Tanya Sebastian yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Zia."Noval berusia 4 tahun dan Aisah ulang tahun yang ke tujuh. Sebenernya Noval ulta Minggu kemarin. Dia minta beli kue dan tiup lilin. Tapi belum kesampaian." Bibir Zia me
Gadis yang awalnya sok jual mahal mendadak mengatakan cinta setelah diberi rumah mewah. Jelas saja membuat Sebastian curiga.Zia mengusap air matanya dan kemudian tersenyum manis."Tentu saja karena mas kasih mahar rumah mewah. Apa lagi kalau maharnya ditambah uang, beserta seperangkat perhiasan berlian. Pasti cinta Zia akan semakin bertambah hingga penuh dan melimpah." Gadis imut itu tersenyum manis memandang wajah calon suaminya yang sudah masam."Mulut mu ya Zia, kamu sungguh tidak berperasaan."Sebastian mendorong tubuh Zia hingga pelukan gadis itu terlepas."Ha... Ha... Mas, Zia hanya berkata jujur, sejujur-jujurnya. Zia cinta mas, pakai banget. Apa lagi kalau maharnya ditambah. Makan di rumah makan Padang aja boleh tambuh ciek. Masak mahar gak boleh tambuh ciek." Zia tersenyum usil menjahili calon suami tuanya."Kamu matre." Sebastian memukul sayang kening calon istrinya. "Is pelit." Zia mengusap keningnya yang tidak sakit.Sebastian membalikan tubuhnya dan berjalan meninggalk
Setelah melihat rumah Sebastian dan juga Zia langsung menuju ke panti asuhan. Lama tidak bertemu dengan adik-adiknya membuat dia begitu sangat merindukan saudara-saudar senasib dengannya. "Mas mobilnya kenapa lambat ya?" Zia memandang wajah Sebastian yang saat ini duduk di sampingnya. Pria itu tampak begitu posesif dengan terus menggenggam tangannya. "Jalannya macet jawab Sebastian Andaikan ada mobil yang bisa terbang pasti mah sudah beli kan Zia tersenyum memandang wajah sang taipan."Sudah pasti, melewati kemacetan seperti ini membuat saya tidak sabar. "Sebastian memandang wajah dia dengan sedikit tersenyum. Semenjak mengenal Zia, Sebastian merasakan hidupnya mulai berwarna. Seperti saat ini, ia merasakan jantungnya berdegup cepat. Rasa bahagia melihat senyum yang terukir di bibir kecilnya calon istri kecilnya. Dan pastinya ada hasrat ke lelaki yang ingin dia telusuri lebih dalam. "Pantas saja saya tidak menikah-menikah sampai usia 40 tahun." Sebastian memandang Zia."Kenapa?"
Ibu panti tampak gugup ketika Zia menanyakan Aisyah. Agar tidak ada yang berbicara, wanita itu mengancam dengan sorot matanya."Aisyah sudah tidur, kasihan kalau di bangunkan." Ibu panti bernama Rita itu tersenyum. Matanya dengan genit melirik ke arah Sebastian. "Silakan duduk mas." Dengan centilnya janda tua meminta agar Bastian duduk di sampingnya. Melihat sosok pria ganteng dan mapan, sudah pasti membuat jantung janda itu berdetak dengan cepat. Agar penampilannya semakin memikat, Rita sedikit menurunkan leher bajunya agar dadanya yang besar dapat terlihat menarik. "Saya duduk di sini saja," kata Sebastian yang memilih duduk di samping Zia dan juga anak-anak panti."Kalau saja Zia memberi tahu akan datang ke sini, pasti saya sudah siapin makanan enak untuk kita santap bersama." Dengan mulut manisnya wanita itu berkata sangat lembut. Kelembutan yang jauh berbeda ketika dia berhadapan dengan anak-anak asuhnya. "Tidak apa-apa kami sudah membawa makanan." Sebastian memerintahkan aga
Jika ibu panti itu tidak perempuan, bisa dipastikan Sebastian sudah menghantamkan tendangan di mulutnya.Begitu banyak dana yang diluncurkannya untuk memberikan bantuan ke panti asuhan ini, namun nyatanya anak-anak di sini diperlakukan dengan tidak semestinya."Saya memberikan dana bantuan ke panti asuhan ini sejak tahun 2006, uang yang saya donasikan di sini, perbulan 25 juta. Untuk panti asuhan ini, saya mengeluarkan anggaran 300 juta pertahun. Saya rasa dengan uang donasi yang perusahaan berikan, anak-anak panti di sini tidak akan kelaparan." Tatapan kelem Sebastian membuat nyali wanita itu menciut.Zia terdiam ketika mendengar penjelasan dari Sebastian. Pantas saja dulu mereka tidak pernah kekurangan, meskipun tinggal di panti asuhan."Jangan sok ngaku mas, emangnya mas itu siapa, bisa memberikan donasi sebesar itu. Di sini yang memberikan donasi besar perusahaan-perusahaan besar. Salah satunya JS Grup." Rita tersenyum. "Sebastian Alio, salah satu pemilik JS Grup." Sebastian ters
Zia merasa lega karena sudah membawa adik-adiknya keluar dari rumah panti yang sudah membesarkannya. Akan tetapi hati Gadis itu tetap tidak tenang. Karena mengingat kondisi Aisyah ketika dilarikan ke rumah sakit."Mas, gimana ya kabarnya Aisyah?" Tanya Zia. Ada rasa tidak enak karena terlalu merepotkan Sebastian. Namun saat ini hanya Sebastian yang benar-benar bisa menolong adik-adiknya."Jam 2 dini hari dokter akan melakukan operasi," kata Sebastian."Operasi apa mas?" tanya Zia."Dengan terpaksa satu kakinya harus diamputasi." Sebastian mengusap kepala Zia. Ia berharap Zia bisa kuat ketika mendengar berita ini.Deg!Mendengar kata amputasi, jantung Zia seakan lepas dari tempatnya. Apakah kondisi Aisyah separah itu?Aisyah masih sangat kecil, bahkan hari ini dia ulang tahun yang ke tujuh, namun mengapa harus mendapatkan kado yang begitu sangat buruk?"Zia gak mau jika Aisyah kehilangan kakinya. Aisyah sangat aktif, dia suka lari. Bagaimana jika kakinya sudah gak ada." Zia menangis ke
Zia memandang ke luar jendela, ternyata benar mereka sudah sampai di rumah baru miliknya. Wajar jika Zia belum terlalu hafal tempat dan rumah barunya. Karena Zia baru pertama kali ke rumah ini.Zia tersenyum ketika pintu mobilnya sudah dibuka oleh Sebastian."Ayo turun," Sebastian memegang tangan calon istrinya.Diperlakukan dengan sangat baik, tentu membuat Zia bahagia."Iya mas," jawab Zia kemudian keluar dari dalam mobil.Zia tersenyum memandang adik-adiknya yang keluar satu persatu dari dalam bus. "Kak Nila, ini rumah siapa? "Tanya salah seorang anak panti. "Ini rumah kakak, dan kalian bakal tinggal di sini." Zia berkata dengan penuh kebahagiaan dan juga semangat. "Kak Zia punya rumah semewah ini?" tanya Ilham. "Kakak juga baru punya, dibeliin sama mas Sebastian." Zia tersenyum memandang cat suaminya. "Om yang belikan kakak Zia rumah mewah seperti ini?" tanya anak panti yang lain dengan mulut terbuka lebar "Iya tapi ini rumah kakak kalian," jawab Sebastian. "Om baik sekali s
Senyum penuh kebahagiaan terukir indah di wajah anak-anak malang tersebut. Apa yang terjadi, seakan mimpi bagi mereka. Selama ini mereka hanya berharap dapat makan dan memiliki tempat tinggal. Tidak pernah sekalipun memimpikan untuk tinggal di rumah mewah seperti ini."Tak Zia, aku harap ini nggak mimpi. Terus besok bangun tidur udah kena marah lagi sama bunda Rita." "Ini beneran gak mimpi." Zia tersenyum dan mencubit pipi gadis kecil itu dengan gemas."Aduh kakak, sakit." Gadis kecil itu mengusap pipinya. "Kalau terasa sakit, itu artinya nggak mimpi." Zia memeluk sang adik."Kakak Zia, Kami sayang kakak." Anak-anak itu memeluk sang kakak dengan berebutan."Kakak juga sayang kalian. Ingat ya kakak nggak tinggal di sini jadi kalian nggak boleh berantem. Kita semua bersaudara, karena itu harus rukun dan saling menjaga. Kalian juga nggak boleh males-males harus bantu bunda-bunda di sini.""Kami nggak akan malas kak kami janji Kami bakal jadi anak yang baik dan nurut," kata adik-adikn
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t