Dokter Cinta sang Mafia Sadis

Dokter Cinta sang Mafia Sadis

last updateLast Updated : 2024-04-19
By:  Mamika  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
44Chapters
884views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Tolong biarkan aku pergi, jangan bunuh aku kumohon" pinta Rayna dengan sendu. Axel dengan wajah datar dan sikap dinginnya hanya menatap Rayna tajam untuk sesaat. "Apa kau benar ingin tetap hidup?" tanya Axel dengan dingin. "Ya, ya apapun akan kulakukan asal kau membiarkanku tetap hidup" kata Rayna dengan bernafas lega. Ada secercah harapan dalam dirinya. "Menikahlah denganku" kata Axel dengan ringan tanpa beban sedikitpun. Rayna menatap Axel tidak percaya, bagaimana mungkin bisa terlontar kalimat itu dari bibir pria yang baru ditemuinya. Rayna seorang dokter bedah profesional harus terlibat dengan Axel yang merupakan seorang mafia pembunuh bayaran. Karena kesalahpahaman mengharuskan rayna harus menikah dengan Axel demi untuk menyelamatkan nyawanya dan kakaknya, satu-satunya keluarga yang dia miliki. Bagaimanakah kehidupan Rayna setela jih menikah dengan Axel? Akankah cinta bersemi diantara mereka dengan perbedaan yang mereka miliki? Ikuti perjalanan sang dokter dan mafia...

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1–Pertemuan tak Sengaja

"Dokter, ayo ikut aku?" perintah Axel menarik tangan Rayna begitu saja, membawanya masuk ke sebuah rumah sederhana. "hei, apa yang kau lakukan, temanku bilang ada kecelakaan. Kenapa aku dibawa kemari?" tanya Rayna dengan banyak pertanyaan."simpan energimu untuk nanti dokter! kau terlalu banyak bicara!" kata Axel dengan dingin.Sesampainya di dalam, Rayna semakin terkejut mendapati seorang pria paruh baya terbaring diatas tempat tidur pasien. "Astaga, apa-apaan ini! tanya Rayna sembari mengibaskan tangannya kasar agar lepas dari tangan Axel."Operasi dia sekarang, selamatkan dia jangan sampai dia mati" perintah Axel dengan tatapan elangnya."Bawa dia kerumah sakit, dia akan mati" kata Rayna dengan kesal sembari memeriksa Teddy yang tergolek lemah."Aku tidak bisa, ayo bawa dia kerumah sakit sekarang!" kata Rayna sembari melangkahkan kakinya hendak pergi.Axel menodongkan pistol kearah Rayna. "Hentikan dokter Misyel! lakukan apa yang kuperintahkan atau,–" mata Axel beralih menatap pri

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
44 Chapters

Bab 1–Pertemuan tak Sengaja

"Dokter, ayo ikut aku?" perintah Axel menarik tangan Rayna begitu saja, membawanya masuk ke sebuah rumah sederhana. "hei, apa yang kau lakukan, temanku bilang ada kecelakaan. Kenapa aku dibawa kemari?" tanya Rayna dengan banyak pertanyaan."simpan energimu untuk nanti dokter! kau terlalu banyak bicara!" kata Axel dengan dingin.Sesampainya di dalam, Rayna semakin terkejut mendapati seorang pria paruh baya terbaring diatas tempat tidur pasien. "Astaga, apa-apaan ini! tanya Rayna sembari mengibaskan tangannya kasar agar lepas dari tangan Axel."Operasi dia sekarang, selamatkan dia jangan sampai dia mati" perintah Axel dengan tatapan elangnya."Bawa dia kerumah sakit, dia akan mati" kata Rayna dengan kesal sembari memeriksa Teddy yang tergolek lemah."Aku tidak bisa, ayo bawa dia kerumah sakit sekarang!" kata Rayna sembari melangkahkan kakinya hendak pergi.Axel menodongkan pistol kearah Rayna. "Hentikan dokter Misyel! lakukan apa yang kuperintahkan atau,–" mata Axel beralih menatap pri
Read more

Bab 2– Pilihan Sulit

'Sial, aku akan kesana! pastikan Rayna jangan sampai melihatku!!'Deris mematikan panggilan teleponnya begitu saja. Setelah itu Axel kembali masuk ke dalam. Dia meraih tangan Rayna membawanya menuju ke gudang tempat kuda peternakan berada. "Kau gila!! aku tidak mau disini! kau samakan aku dengan kuda-kuda itu heh?! sungguh tidak berperasaan" caci Rayna pada Axel.Axel tidak bergeming, dia melempar tubuh Rayna masuk kemudian menutup pintu besinya dan menguncinya disana. "Tidurlah dengan nyenyak, sebentar lagi makanan akan datang! nikmatilah hidupmu disini dokter!!" kata Axel dengan nada mengejek."Dasar pria jahat! tidak berperasaan, biarkan aku keluar sekarang, kembalikan ponselku!!" teriak Rayna sembari menendang tumpukan yang berada dibawah kakinya dengan kesal.Sementara itu, di luar Deris tengah sampai di peternakan. Begitu mobil berhenti dia segera keluar, dan bergegas masuk ke dalam. Dia ingin memastikan sendiri kondisi Teddy, dan juga memaksanya untuk membuka mulutnya dimana bu
Read more

Bab 3– Menjadi Tawanan

"Baiklah, aku akan menikah denganmu" jawab Rayna dengan berat hati. Tidak ada pilihan lain, Rayna seperti buah simalakama. Jika dia menolak nyawanya akan melayang, dia masih ingin menikmati hidup masih banyak impian yang belum tercapai. Namun, jika Rayna menerima tawaran Axel, meskipun tidak tahu kehidupannya nanti seperti apa, setidaknya dia masih bisa hidup.Rayna mengehembuskan nafas berat setelah menyetujuinya. Dia berjongkok sembari membenamkan kepalanya diatas lutut. Dia begitu frustasi. 'Ya Tuhan, aku bisa gila jika seperti ini' gumamnya dalam hati mencoba pasrah.Axel menatap tajam Rayna dengan mata elangnya, wajahnya selalu terlihat dingin dan tegas. "Kau terikat perjanjian denganku Rayna. Perjanjian kita adalah perjanjian darah, hidup dan mati. Setelah kita menikah nanti kau harus hidup dibawah aturanku. Apakah kau mengerti?!" kata Axel dengan tegas.Rayna mengangkat kepalanya terkejut, mulutnya menganga tidak percaya. "Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini" ujarnya lirih."Itu seba
Read more

Bab 4- Cemburu

Sepeninggal Axel, Rayna memasuki kamar mandi dia butuh untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah itu dia mencoba untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjaga dirinya jika ada hal buruk yang terjadi. Rayna membuka lemari dapur dan menemukan sebuah pisau kecil, lalu ia simpan di bawah bantal.Rayna menghembuskan nafas lega lalu duduk di sofa sembari membuka gawainya. Tidak lama kemudian ada panggilan masuk dari ponselnya. Rayna menggeser tombol hijau dengan ragu. 'Rayna, kau kemana saja! aku berulang kali menelpon dan mengirimkan pesan, tetapi tidak satupun kau balas''Maafkan aku Luc!''Sekarang, kau ada dimana? kita bicara dan jelaskan padaku sekarang!''Maafkan aku Luc, aku tidak bisa bertemu lagi denganmu. Jangan hubungi aku lagi' 'Tapi,–'Rayna segera mematikan panggilan teleponnya begitu saja, tanpa memperdulikan Lucas. Baginya itu sudah cukup. Ia tidak ingin membawa nama Lucas ke dalam permasalahannya saat ini dan membahayakannya. Rayna terlihat begitu gelisah dan frustas
Read more

Bab 5– Rumah Mewah

Rayna duduk disamping Arthur begitu saja tanpa menunggu tanggapan dari Arthur. "Jika tidak keberatan aku akan mengobati lukamu" kata Rayna sembari membuka kotak obat.Axel menatap tajam Rayna tanpa bersuara tetapi dia segera membuka kaos yang dikenakannya. Axel tersenyum kecut, lalu memalingkan wajahnya. "Kau sungguh aneh, dokter" ucapnya penuh dengan teka teki.Rayna mendongakkan kepalanya keatas sembari menatap Axel tidak mengerti. Dia menghela nafas berat, "maafkan aku" ucapnya lirih sembari membersihkan luka Axel.Setelah selesai Rayna memberikan obat untuk Axel. "Minumlah obat ini" perintah Rayna sembari memberikan obat menyodorkannya kepada Axel.Axel menatap obat itu sesaat lalu mengalihkan pandangannya. "Tidak!! tidak perlu!" balas Axel dengan dingin."Aku memaksa tuan Axel, ambil!! dan minumlah" pinta Rayna sekali lagi dengan tegas.Axel berdecih lalu berkata dengan sinis,"kau belajar banyak dariku ternyata" ujarnya sembari meraih obat dari tangan Rayna dengan terpaksa. Denga
Read more

Bab 6– Meratapi Nasib

Letisya berjalan dengan langkah kaki lebar dengan rasa penasaran. Natasya kebetulan sedang menuruni tangga melihat dengan tatapan ingin tahu."Ada apa? kenapa mommy berjalan dengan tergesa-gesa begitu?" ujar Tasya lirih. Dia menghentikan langkahnya sebentar berpikir sejenak, lalu kembali melangkah menyusul Letisya.Rayna memasuki rumah mewah itu dengan ragu. Dalam hatinya takjub dengan kemewahan yang ada, tetapi kalah dengan rasa harap-harap cemas apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidupnya setelah ini. Sesampainya di ruang tengah, bertepatan dengan Letisya. Dia melangkah dengan senyum ramah menyambut kedatangan putra kesayangannya."Hei, sayang aku sangat merindukanmu" ujarnya sembari merentangkan kedua tangannya tersenyum hangat. Axel hanya diam berdiri kaku dengan ekspresi datarnya. Sementara Rayna berdiri mematung menatap interaksi antara ibu dan anak yang tampak tidak harmonis dalam pandangannya.Letisya melepaskan pelukannya, pandangan matanya beralih menatap Rayna tajam. "
Read more

Bab 7– Kabur

Axel keluar beranjak keluar bertepatan dengan Letisya. "Kau mau kemana?" tanya Letisya menatap Axel penasaran."Ada sesuatu yang harus aku urus! Kau jaga dia baik-baik, jangan sampai dia keluar tanpa izinku" kata Axel sembari menyerahkan kunci pintu pada Letisya.Letisya mengambil alih kunci dari tangan Axel, seraya menganggukkan kepalanya. Setelah itu Axel beranjak pergi begitu saja dengan wajah dinginnya. Tepat ketika menuruni anak tangga dua langkah dia berhenti kalau berbalik dan berkata, "Bersiaplah, setelah aku kembali kita akan mencari gaun pengantin untuk calon menantumu itu" ujarnya sembari menatap tajam pintu kamarnya."Ah, ide yang bagus. Aku setuju denganmu sayang. abiar aku yang memilihkan gaun yang cocok untuk ratumu itu" katanya tersenyum senang dengan mata berbinar.Letisya berjalan kearah pintu dengan tubuh tegap begitu bangga. Memperlihatkan jika dia adalah sosok yang angkuh dan tidak mau kalah. Dengan sigap dibukanya pintu di hadapannya, lalu melangkah dengan mantap.
Read more

Bab 8– Usaha yang Sia-sia

Rayna memejamkan matanya sembari berdoa dalam hati agar Hulya tidak menemukannya. Di belakangnya Hulya berjalan dengan mengendap-endap semakin mendekat. Rayna tidak berani melihat kebelakang kecuali hanya terpejam."Bught....!" terdengar bunyi benda jatuh diikuti dengan suara kucing mengalihkan pandangan Hulya ke sumber suara hingga membuatnya akhirnya berbalik badan. 'Astaga, hanya kucing ternyata' gumamnya sembari berjalan meninggalkan tempatnya berada.Beberapa saat kemudian setelah terdiam beberapa detik, Rayna melihat ke belakang lalu terdengar helaan nafas lega dari bibirnya. "Owh, huft untung saja. Terima kasih Tuhan" ujarnya lirih pada diri sendiri sembari mengusap dahinya yang berkeringat.Rayna mencoba untuk berdiri tetapi lututnya agak terasa sakit hingga ia harus berjalan dengan sedikit tertatih. Dengan hati-hati dia mulai berjalan perlahan dengan mengendap-endap, mengedarkan seluruh pandangan matanya dengan awas. Dia harus waspada karena banyak orang di rumah ini berikut
Read more

Bab 9– Bukan Pernikahan Impianku...

Letisya duduk menghampiri Rayna, lalu hendak mengobati lukanya, tetapi Rayna menjauhkan lututnya enggan. Seolah ia tidak mau disentuh."Biar aku sendiri!" ujarnya sembari merebut obat dari tangan Letisya. Letisya menjauhkan tangannya sehingga Rayna tidak mampu menggapainya. Letisya menatap tajam Rayna, sementara Natasya menatap tidak suka pada Rayna sembari mencebikkan mulutnya dan memutar bola matanya malas."Diam dan menurutlah!! kau seorang dokter bukan? harusnya seorang berpendidikan dan terlatih sepertimu bisa menghormati orang lain!" kata Letisya demagntegas membuat Rayna semakin meradang."Ck, anda berbicara Maslah kehormatan, tetapi anda sendiri apakah mempunyai rasa hormat kepada anak anda sendiri nyonya?" ujar Rayna dengan kesal. Dia merasa tidak terima dengan penuturan Letisya."Dengar, aku akan menghormati orang jika orang itu pantas dihormati" ujarnya dengan melirik sinis lalu memalingkan wajahnya dengan acuh. Rayna tidak ingin lagi melihat wajah Letisya. Mendengar ucapan
Read more

Bab 10– Keberanian Rayna

Rayna menangis tersedu-sedu melupakan perasaanya, hingga dirinya luruh ke lantai. Bukannya diantidak menerima takdir, hanya saja dia masih butuh waktu untuk menyusun puzzle demi puzzle apa yang sedang Tuhan berikan untuk dirinya. Rayna menumpahkan tangisnya, agar setelah dia keluar dari ruangan ini tidak ada lagi tangisan. Rayna harus kuat, dia tidak boleh lemah. Dia harus menghadapinya dengan tubuh yang tegap, dengan senyuman.Setelah puas meluapkan beban dihatinya, perlahan Rayna berdiri. Dia melihat pantulan dirinya di depan cermin. Dirapikan rambut dan bajunya yang nampak berantakan, lalu dia seka air matanya. Rayna menarik nafas dalam lalu dihembuskannya perlahan hingga beberapa kali. "Dimana dokter itu?" tanya Axel dengan wajah datarnya kepada Calvin. "Ada di dalam, bersama Tante" jawab Calvin.Tanpa menunggu lama Axel berjalan masuk ke dalam. Melihat kedatangan putranya Letisya menghampiri. "Ah, kau sudah datang. Rayna ada di dalam sedang kuminta mencoba gaunnya, tetapi sedari
Read more
DMCA.com Protection Status