Share

Bab 4- Cemburu

Penulis: Mamika
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 14:43:54

Sepeninggal Axel, Rayna memasuki kamar mandi dia butuh untuk menyegarkan tubuhnya. Setelah itu dia mencoba untuk mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjaga dirinya jika ada hal buruk yang terjadi. Rayna membuka lemari dapur dan menemukan sebuah pisau kecil, lalu ia simpan di bawah bantal.

Rayna menghembuskan nafas lega lalu duduk di sofa sembari membuka gawainya. Tidak lama kemudian ada panggilan masuk dari ponselnya. Rayna menggeser tombol hijau dengan ragu.

'Rayna, kau kemana saja! aku berulang kali menelpon dan mengirimkan pesan, tetapi tidak satupun kau balas'

'Maafkan aku Luc!'

'Sekarang, kau ada dimana? kita bicara dan jelaskan padaku sekarang!'

'Maafkan aku Luc, aku tidak bisa bertemu lagi denganmu. Jangan hubungi aku lagi'

'Tapi,–'

Rayna segera mematikan panggilan teleponnya begitu saja, tanpa memperdulikan Lucas. Baginya itu sudah cukup. Ia tidak ingin membawa nama Lucas ke dalam permasalahannya saat ini dan membahayakannya. Rayna terlihat begitu gelisah dan frustasi. Dia beranjak berdiri berjalan kesana kemari berpikir. Sesekali ia menggigit kuku jadi tangannya.

Dia berjalan ke arah pintu, tetapi sayang pintu terkunci dari luar.

Sementara itu, dilobby apartemen Axel mendekati Calvin yang sudah menunggunya di bawah. "Aku akan pergi sebentar, kau awasi Rayna" perintahnya sembari menyerahkan kunci pintu apartemennya pada Calvin.

Calvin menganggukkan kepalanya sembari menyimpan kunci di saku jaketnya. Axel segera beranjak meninggalkan Calvin menuju mobilnya. Baru beberapa langkah ia berbalik lalu berkata, "Beli bahan makanan untuknya dan antarkan ke atas!" perintah Axel lagi sembari melempar beberapa lembar uang yang dia lipat.

Calvin menerima uang itu lalu segera beranjak ke minimarket seberang apartemen.

***

Lucas terlihat emosi memikirkan Rayna, sampai-sampai dia tidak bisa fokus dengan pekerjaannya.

"Dokter, pasien terakhir sudah menunggu Anda" kata perawat yang sudah berdiri di pintu.

Lucas mengusap wajahnya lalu menghembuskannya perlahan. "Suruh dia masuk" perintahnya sembari membetulkan posisi duduknya.

Perawat itu segera menutup pintu kembali, dan tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu, lalu terbuka. Seorang perempuan mudah berwajah ayu berjalan menghampiri Lucas, lalu segera duduk setelah dipersilahkan.

Lucas berkerja di rumah sakit yang sama dengan Rayna. Jika Rayna adalah dokter bedah, Lucas adalah dokter gigi rumah sakit tersebut.

"Maaf dengan nona Clara, ada keluhan apa?" tanya Lucas sembari memeriksa dua lembar kertas yang ada ditangannya.

"Maaf dokter! Apakah anda mengenal dokter Rayna?" tanya Clara dengan tersenyum misterius.

Mendengar nama kekasihnya disebut, Lucas segera meletakkan kertas ditangannya lalu mengangkat wajahnya menatap Clara.

"Ya, anda siapa ya? Apakah anda mengenal dokter Rayna?" tanya Lucas dengan penasaran.

Clara menganggukkan kepalanya dengan halus sembari tersenyum menyeringai.

***

Terdengar suara kunci diputar, Rayna segera bangkit dari duduknya. Pintu terbuka, terlihat Calvin melangkah masuk dengan beberapa papaer bag besar dikedua tangannya.

"Astaga! Apa yang kau lakukan!" tanya Rayna sembari membantu Calvin yang tampak kewalahan. Rayna mengambil beberapa paper bag yang menutupi wajah Calvin.

"Axel memintaku untuk membeli bahan makanan, agar kau tidak kelaparan" kata Calvin dengan tegas tetapi terlihat ramah.

"Hmm,,,letakkan saja disitu" jawab Rayna cuek tanpa melihat Calvin. Calvin menatap Rayna yang berjalan kembali menuju sofa sembari menggelengkan kepalanya. Rayna kembali duduk dengan malas sembari menyandarkan tubuhnya.

Baru satu detik dia mendaratkan tubuhnya di sofa, telepon apartemen berdering. Rayna segera menghampiri dan mengangkatnya. Sementara Calvin nampak tidak peduli, ia fokus pada bahan makanan yang sedang ia rapikan ke dalam lemari es dan lemari dapur.

'Halo'

'Maaf nona Rayna, ada yang mencari Anda seorang laki-laki'

Dahi Rayna berkerut, terlihat berpikir.

'Siapa yang mencariku?'

'Dia bilang Lucas, bisakah dia bertemu dengan anda?'

'Bisa saya bicara dengannya?

'Silahkan' jawab Security sembari memberikan gagang teleponnya pada Lucas.

'Apa yang kau lakukan disini Luc?! darimana kau tahu jika aku disini?'

'Itu tidak penting! Aku hanya ingin bicara denganmu, aku akan ke atas!'

'Tidak!!! jangan aku yang akan turun ke bawah menemuimu! diam dan jangan kemana-mana."

Rayna terlihat panik, dia melihat Calvin tidak memperhatikannya. Dengan cepat dia meraih mantelnya lalu segera berlari keluar dengan mengendap-endap. 'Sial! Apa yang dilakukannya disini! Bagaimana mungkin Lucas bisa tahu jika aku disini' gumamnya dalam hati sembari melangkah dengan terburu-buru.

Rayna mempercepat langkah kakinya dengan sedikit berlari. Sesampainya dibawah, dia segera mendekati Lucas lalu menarik lengannya seraya berkata, "Apa yang kau lakukan disini hah?! Cepat pergi dari sini! Aku akan menjelaskannya padamu tetapi tidak sekarang!" kata Rayna sembari membawa Lucas keluar apartemen.

"Tidak!! Aku butuh penjelasanmu sekarang Rayna" jawab Lucas sembari mencekal tangan Rayna agar melepaskan lengannya.

Rayna terlihat khawatir dan cemas bercampur takut. "Pergilah! Lucas pergilah" kata Rayna sembari mengatupkan kedua tangannya memohon.

Lucas semakin menatap tajam Rayna, tangannya mencengkeram lengan Rayna. "Kenapa kau lakukan ini hah?! Apakah kau akan menikah? dengan siapa kau akan menikah Rayna!!" bentak Lucas dengan menahan emosi.

"Tenanglah aku akan menjelaskan padamu, tapi setelah itu kau pergi dari sini" kata Rayna menyerah. Lucas mencoba untuk tenang, dia menatap Rayna lalu membawanya ke sebuah kursi yang berada di samping Apartemen.

Sementara itu, Calvin baru menyadari jika Rayna tidak ada di tempat, terlihat panik. "Sial!! kemana dia?" ujarnya panik sembari mencari ke seluruh penjuru ruangan. Calvin segera mengambil langkah seribu beranjak keluar. Matanya dia edarkan untuk mencari keberadaan Rayna. "Gawat bisa mati aku, jika sampai dia kabur" ujarnya pada diri sendiri.

Begitu sampai di bawah, Calvin melihat Rayna bersama dengan Lucas. Dengan sigap, dia segera meraih gawainya lalu menelpon Axel.

'Ada apa Cal?'

'Ax, maafkan aku. Aku melihat Rayna sedang berbicara dengan seorang pria di samping apartemen'

'Sial! apa yang kau lakukan hingga dia bisa keluar? Awasi terus!! Aku akan segera sampai!"

Calvin mematikan panggilan telepon sembari menatap tajam Rayna mengawasinya. Tidak berapa lama kemudian, mobil Arthur datang dan berhenti di samping apartemen. Dengan cepat, dia segera turun dengan wajah memerah menahan marah. Tanpa pikir panjang Axel menarik Rayna dengan kasar.

Rayna dan Lucas terperanjat. Rayna terlihat takut, sedang Lucas berusaha untuk menyelamatkan Rayna dengan meraih lengan Rayna yang bebas.

Axel menatap tajam Lucas dengan dingin. "Lepaskan dia" perintah Axel dengan tegas.

"Kau siapa? dia kekasihku! jangan berani menyakitinya!Lepaskan dia!!" kata Lucas sembari mengepalkan tangannya hendak memukul Axel.

"Pergilah Luc, kumohon cepat pergilah" pinta Rayna dengan khawatir.

Lucas melayangkan pukulan ke wajah Axel, tetapi berhasil di tangkis. Axel membalas memukul wajah Lucas beberapa kali pukulan hingga hidungnya berdarah. Rayna hanya bisa berteriak meminta Axel untuk berhenti. Air matanya tumpah, Rayna terlihat begitu khawatir melihat kondisi Lucas yang sudah rubuh ke lantai.

"Tolong, tolong panggil Ambulance" teriaknya kepada kerumunan orang yang kebetulan berada di sekitar karena penasaran melihat kegaduhan.

Axel dengan cepat menarik kasar Rayna membawanya kembali masuk ke apartemen. Sesampainya di sana, Axel segera melempar Rayna diatas ranjang lalu mengunci pintu. Dengan mata dan wajah yang memerah diselimuti amarah, Axel menindih tubuh Rayna. Tangannya memegang leher Rayna mencekiknya, "Kau berani bermain-main dengan ku dokter?!" bisiknya dengan tegas, membuat Rayna ketakutan.

Rayna berusaha berontak tetapi sayang, kekuatannya tidak bisa menandingi kekuatan Axel. Rahang Axel terlihat menegang karena emosi lalu berkata, "Kau adalah milikku, dokter!!"

Cengkeraman tangan Axel di leher Rayna semakin kuat, membuat Rayna panik karena susah bernafas. Axel terlihat hilang kendali akibat amarah hingga ia tidak menyadari apa yang dia lakukan menyakiti Rayna.

"Lepaskan Aku!!!" pinta Rayna dengan suara tercekat sembari berusaha untuk melepaskan diri tetapi percuma saja. Kekuatan Axel semakin kuat, Rayna semakin terjepit. Tidak ada pilihan lain, Rayna menggapai bantal mencari pisau kecil yang ia simpan di bawah bantal. Setelah, dengan susah payah akhirnya Rayna menemukannya dan tanpa pikir panjang ia menghunus pisau itu ke pinggang Axel.

Axel terperanjat tubuhnya pun luruh ke samping Rayna berbaring tetapi masih sadarkan diri.

Rayna segera berdiri menatap kedua tangannya yang berlumuran darah dengan ketakutan. Air matanya mulai menetes membasahi pipinya.

"Astaga,,,! Apa yang sudah ku lakukan?" rengek Rayna dengan frustasi.

Axel menatap Rayna tajam dengan disertai senyum sinis, lalu berusaha bangkit sembari memegang luka bekas tusukannya. "CK,,, kau sungguh hebat dokter?" ujarnya sembari berdiri lalu mendekati Rayna.

Axel masih bisa bangun berdiri mendekati Rayna. Tangannya mencekal pergelangan tangan Rayna yang masih memegang pisau. "Ayo, tusuk aku!! hmm?!" ujarnya sembari mengarahkan pisau ke bagian dada kirinya.

"Hentikan Axel, kumohon lepaskan" teriak Rayna sembari terisak dengan wajah ketakutan bercampur panik.

"Ada apa Rayna? apa kau takut?? hmm?!" cercah Axel menarik tangan Rayna agar menusuk dadanya.

"Tidak, tidak maafkan aku, maafkan aku! lepaskan aku Axel lepaskan." Rayna meronta sembari menarik tangannya, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Axel.

"Kamu hanya gelap mata dan kamu bisa membunuhku Rayna?! Ayo lakukan!! kau tidak takut bukan, ayo, selesaikan!!" perintah Axel dengan rahang mengeras matanya berkaca-kaca.

"Lepaskan Axel, lepaskan aku mohon" ujar Rayna dengan penuh permohonan tangisnya semakin terisak.

Axel melepas cengkeraman nya. Rayna menatap tangannya yang memegang pisau dengan penuh darah. Wajahnya panik ketakutan lalu segera membuang pisau ditangannya. "Ya Tuhan, Astaga apa yang kulakukan? maafkan aku Axel maafkan aku, tekan lukanya, ayo tekan lukanya." kata Rayna dengan bingung tampak frustasi.

Rayna meraih tangan Arthur lalu diarahkannya untuk menutup lukanya. "Ada apa Rayna? kau tidak ingin membunuhku?" tanya Axel menatap Rayna dengan sendu.

"Tidak, tidak aku hanya menjadi gelap mata dan tidak bisa mengendalikan diriku. Astaga, aku akan mengobati lukamu." ujarnya sembari beranjak ke dapur mencari kotak p3k membuka seluruh lemari yang ada.

"Apa yang kau lakukan Rayna? sekarang kau akan menolongku hmm?!" ujar Axel sembari meraih kembali tangan Rayna yang berlumuran darah Axel.

"Lihatlah, selangkah lagi kau akan menjadi seorang pembunuh Rayna. Saat seseorang menginjak ekormu, kau berubah menjadi singa sejati Rayna. Kau menyesuaikan diri dengan cepat." ujar Axel tersenyum kecut sembari berdecih.

Rayna menatap sendu mata Axel, terlihat wajahnya penuh rasa penyesalan. "Kau akan menjadi pembunuh Rayna, selamat datang di dunia ku, dunia kita Rayna" ujar Axel penuh percaya diri.

"Tidak, aku bukan kamu Axel, aku tidak sepertimu!!" elak Rayna sembari memalingkan tubuhnya berbalik memunggungi Axel.

Rayna mengusap air matanya, dia menarik nafas dalam lalu dihemmbuskannya perlahan. Kemudian, dia menyalakan westafel mencuci tangannya dengan kasar. Perkataan Axel baru saja masih terus terngiang di telinga Rayna.

'Tidak, aku bukan Axel, aku tidak sama dengannya. Itu tidak benar dan itu tidak akan berlaku untukku.' gumam Rayna dalam hati sembari menahan isakan tangisnya.

Rayna segera meraih kotak obat yang tadi dia ambil, lalu segera beranjak menghampiri Axel yang duduk di sofa. Wajahnya terlihat pucat. "Maafkan aku, biar aku obati lukamu" ujar Rayna lirih dengan raut wajah menyesal.

Axel tidak bergeming dia menatap tajam Rayna.

Bab terkait

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 5– Rumah Mewah

    Rayna duduk disamping Arthur begitu saja tanpa menunggu tanggapan dari Arthur. "Jika tidak keberatan aku akan mengobati lukamu" kata Rayna sembari membuka kotak obat.Axel menatap tajam Rayna tanpa bersuara tetapi dia segera membuka kaos yang dikenakannya. Axel tersenyum kecut, lalu memalingkan wajahnya. "Kau sungguh aneh, dokter" ucapnya penuh dengan teka teki.Rayna mendongakkan kepalanya keatas sembari menatap Axel tidak mengerti. Dia menghela nafas berat, "maafkan aku" ucapnya lirih sembari membersihkan luka Axel.Setelah selesai Rayna memberikan obat untuk Axel. "Minumlah obat ini" perintah Rayna sembari memberikan obat menyodorkannya kepada Axel.Axel menatap obat itu sesaat lalu mengalihkan pandangannya. "Tidak!! tidak perlu!" balas Axel dengan dingin."Aku memaksa tuan Axel, ambil!! dan minumlah" pinta Rayna sekali lagi dengan tegas.Axel berdecih lalu berkata dengan sinis,"kau belajar banyak dariku ternyata" ujarnya sembari meraih obat dari tangan Rayna dengan terpaksa. Denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 6– Meratapi Nasib

    Letisya berjalan dengan langkah kaki lebar dengan rasa penasaran. Natasya kebetulan sedang menuruni tangga melihat dengan tatapan ingin tahu."Ada apa? kenapa mommy berjalan dengan tergesa-gesa begitu?" ujar Tasya lirih. Dia menghentikan langkahnya sebentar berpikir sejenak, lalu kembali melangkah menyusul Letisya.Rayna memasuki rumah mewah itu dengan ragu. Dalam hatinya takjub dengan kemewahan yang ada, tetapi kalah dengan rasa harap-harap cemas apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidupnya setelah ini. Sesampainya di ruang tengah, bertepatan dengan Letisya. Dia melangkah dengan senyum ramah menyambut kedatangan putra kesayangannya."Hei, sayang aku sangat merindukanmu" ujarnya sembari merentangkan kedua tangannya tersenyum hangat. Axel hanya diam berdiri kaku dengan ekspresi datarnya. Sementara Rayna berdiri mematung menatap interaksi antara ibu dan anak yang tampak tidak harmonis dalam pandangannya.Letisya melepaskan pelukannya, pandangan matanya beralih menatap Rayna tajam. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 7– Kabur

    Axel keluar beranjak keluar bertepatan dengan Letisya. "Kau mau kemana?" tanya Letisya menatap Axel penasaran."Ada sesuatu yang harus aku urus! Kau jaga dia baik-baik, jangan sampai dia keluar tanpa izinku" kata Axel sembari menyerahkan kunci pintu pada Letisya.Letisya mengambil alih kunci dari tangan Axel, seraya menganggukkan kepalanya. Setelah itu Axel beranjak pergi begitu saja dengan wajah dinginnya. Tepat ketika menuruni anak tangga dua langkah dia berhenti kalau berbalik dan berkata, "Bersiaplah, setelah aku kembali kita akan mencari gaun pengantin untuk calon menantumu itu" ujarnya sembari menatap tajam pintu kamarnya."Ah, ide yang bagus. Aku setuju denganmu sayang. abiar aku yang memilihkan gaun yang cocok untuk ratumu itu" katanya tersenyum senang dengan mata berbinar.Letisya berjalan kearah pintu dengan tubuh tegap begitu bangga. Memperlihatkan jika dia adalah sosok yang angkuh dan tidak mau kalah. Dengan sigap dibukanya pintu di hadapannya, lalu melangkah dengan mantap.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 8– Usaha yang Sia-sia

    Rayna memejamkan matanya sembari berdoa dalam hati agar Hulya tidak menemukannya. Di belakangnya Hulya berjalan dengan mengendap-endap semakin mendekat. Rayna tidak berani melihat kebelakang kecuali hanya terpejam."Bught....!" terdengar bunyi benda jatuh diikuti dengan suara kucing mengalihkan pandangan Hulya ke sumber suara hingga membuatnya akhirnya berbalik badan. 'Astaga, hanya kucing ternyata' gumamnya sembari berjalan meninggalkan tempatnya berada.Beberapa saat kemudian setelah terdiam beberapa detik, Rayna melihat ke belakang lalu terdengar helaan nafas lega dari bibirnya. "Owh, huft untung saja. Terima kasih Tuhan" ujarnya lirih pada diri sendiri sembari mengusap dahinya yang berkeringat.Rayna mencoba untuk berdiri tetapi lututnya agak terasa sakit hingga ia harus berjalan dengan sedikit tertatih. Dengan hati-hati dia mulai berjalan perlahan dengan mengendap-endap, mengedarkan seluruh pandangan matanya dengan awas. Dia harus waspada karena banyak orang di rumah ini berikut

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 9– Bukan Pernikahan Impianku...

    Letisya duduk menghampiri Rayna, lalu hendak mengobati lukanya, tetapi Rayna menjauhkan lututnya enggan. Seolah ia tidak mau disentuh."Biar aku sendiri!" ujarnya sembari merebut obat dari tangan Letisya. Letisya menjauhkan tangannya sehingga Rayna tidak mampu menggapainya. Letisya menatap tajam Rayna, sementara Natasya menatap tidak suka pada Rayna sembari mencebikkan mulutnya dan memutar bola matanya malas."Diam dan menurutlah!! kau seorang dokter bukan? harusnya seorang berpendidikan dan terlatih sepertimu bisa menghormati orang lain!" kata Letisya demagntegas membuat Rayna semakin meradang."Ck, anda berbicara Maslah kehormatan, tetapi anda sendiri apakah mempunyai rasa hormat kepada anak anda sendiri nyonya?" ujar Rayna dengan kesal. Dia merasa tidak terima dengan penuturan Letisya."Dengar, aku akan menghormati orang jika orang itu pantas dihormati" ujarnya dengan melirik sinis lalu memalingkan wajahnya dengan acuh. Rayna tidak ingin lagi melihat wajah Letisya. Mendengar ucapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 10– Keberanian Rayna

    Rayna menangis tersedu-sedu melupakan perasaanya, hingga dirinya luruh ke lantai. Bukannya diantidak menerima takdir, hanya saja dia masih butuh waktu untuk menyusun puzzle demi puzzle apa yang sedang Tuhan berikan untuk dirinya. Rayna menumpahkan tangisnya, agar setelah dia keluar dari ruangan ini tidak ada lagi tangisan. Rayna harus kuat, dia tidak boleh lemah. Dia harus menghadapinya dengan tubuh yang tegap, dengan senyuman.Setelah puas meluapkan beban dihatinya, perlahan Rayna berdiri. Dia melihat pantulan dirinya di depan cermin. Dirapikan rambut dan bajunya yang nampak berantakan, lalu dia seka air matanya. Rayna menarik nafas dalam lalu dihembuskannya perlahan hingga beberapa kali. "Dimana dokter itu?" tanya Axel dengan wajah datarnya kepada Calvin. "Ada di dalam, bersama Tante" jawab Calvin.Tanpa menunggu lama Axel berjalan masuk ke dalam. Melihat kedatangan putranya Letisya menghampiri. "Ah, kau sudah datang. Rayna ada di dalam sedang kuminta mencoba gaunnya, tetapi sedari

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 11– Lagi-lagi Gagal

    Rayna menoleh kebelakang memastikan jika Axel tidak mengejarnya. Senyum merekah menghiasi bibirnya, Rayna menghembuskan nafas lega. "Terima kasih Tuhan, akhirnya sebentar lagi aku bisa pulang ke rumah. Kita lihat saja Axel, setelah ini apakah kau masih bisa bebas?" ujarnya lirih dengan percaya diri.Terdengar bunyi dering ponsel, sang pengemudi mengangkat panggilan teleponnya tampak berbicara dengan wajah serius. "Tolong menepi di rumah paling ujung" pinta Rayna dengan wajah sudah tidak sabar.Bertepatan dengan sang sopir menepikan mobilnya, ia memberikan ponselnya kepada Rayna. "Nona, ada yang ingin bicara denganmu" ujarnya sembari menyodorkan ponselnya.Rayna menatap heran pada sopir, ia menatap ponsel dengan bingung. "Hah?! untukku? kau mungkin salah orang" kata Rayna sembari mengerdikkan kedua bahunya."kau dokter Rayna bukan?" tanya sang sopir dengan yakin."ya itu aku, tapi,–" Rayna kembali menatap ragu ponsel.itu tetapi sejurus kemudian ia meraihnya."halo?" tanya Rayna sembari

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 12– Permainan Nasib

    Mark melajukan mobilnya dengan cepat, berharap bisa segera sampai di kantor Steve. Setibanya di sana, Steve sudah menunggunya di ruangannya."Mark, duduklah," ucap Steve seraya menunjuk ke kursi di depan meja kerjanya.Mark duduk, hatinya berdebar-debar. "Apa yang kamu temukan tentang Rayna, Steve?" tanyanya dengan nada penuh harap.Steve menarik napas dalam-dalam, "Kami menemukan mobil yang diduga digunakan oleh Axel. Tapi sayangnya, Rayna tidak ada di dalamnya."Mark merasa seakan dunia runtuh, "Lalu, Rayna di mana?""Kami masih mencari tahu, Mark. Tapi aku yakin kita akan menemukannya," jawab Steve dengan penuh keyakinan. ***Di tempat lain, Rayna duduk di belakang mobil Axel, menatap keluar jendela dengan rasa takut dan harap. Dia berharap Mark dan Steve bisa menemukannya.Axel, yang duduk di sebelahnya, tersenyum mengejek, "Kau tampak sangat takut, dokter. Apakah kau menyesal telah memilih untuk kembali padaku?"Rayna menatapnya dengan tajam, "Aku tidak pernah menyesal, Axel. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23

Bab terbaru

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 44– Operasi Bayangan

    Rayna dan Axel berjalan menjauh dari ruangan besar, kembali ke koridor yang gelap dan berliku. Meski kelelahan, mereka tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan. Adrenalin masih mengalir di tubuh mereka setelah pertarungan sengit, dan mereka tahu bahwa tugas mereka belum sepenuhnya selesai.Saat mereka menelusuri lorong-lorong yang sepi, mereka berbincang tentang temuan mereka dan kemungkinan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa menangkap sosok yang melarikan diri adalah langkah penting dalam memastikan keamanan wilayah tersebut."Kita harus membawa data ini ke pihak berwenang secepat mungkin," kata Rayna. "Informasi ini bisa membantu mereka menangkap anggota sindikat lainnya dan mencegah rencana berbahaya di masa depan."Axel setuju. "Kita harus bergerak cepat. Semakin lama kita menunggu, semakin besar risiko mereka bisa menyembunyikan jejak mereka."Rayna dan Axel segera menuju pintu keluar gudang, memastikan untuk tidak meninggalkan jejak yang bisa memberi tahu musuh b

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 43– Perangkap Terakhir

    Rayna dan Axel terkejut oleh kejadian yang tak terduga tersebut. Mereka tahu bahwa mereka telah terperangkap dalam situasi yang sangat berbahaya, dikhianati oleh seseorang yang dulunya adalah rekan mereka sendiri. Mereka harus segera menemukan jalan keluar dan menghentikan rencana berbahaya yang mungkin sedang dijalankan.Rayna dengan cepat meneliti ruangan tersebut, mencari cara untuk membuka pintu yang terkunci. "Axel, kita harus menemukan cara keluar dari sini," katanya dengan suara tegas.Axel bergabung dengannya, memeriksa pintu dan perangkat di sekitarnya. Mereka menemukan panel kontrol di dinding yang mengatur pintu-pintu gudang, tetapi semuanya telah diatur ulang untuk menjaga mereka tetap terkunci di dalam."Kita harus mematikan alarm dan membuka pintu ini," kata Axel. "Jika tidak, kita akan terjebak di sini."Rayna mengangguk setuju. Mereka bekerja sama untuk mematikan alarm dan mencoba membuka pintu, tetapi mereka menemukan sistem keamanan yang sangat canggih dan sulit dipe

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 42– Kebangkitan dari Bayangan

    Setelah menyerahkan dokumen-dokumen penting kepada agen Johnson dan tim penegak hukum, Rayna dan Axel bekerja sama dengan otoritas untuk memastikan penindakan terhadap sindikat berjalan lancar. Dengan bukti-bukti yang mereka kumpulkan, polisi berhasil menangkap beberapa anggota sindikat yang tersisa dan mengungkap jaringan kejahatan yang selama ini tersembunyi.Rayna dan Axel terus berkoordinasi dengan agen Johnson dan tim penegak hukum untuk merencanakan penindakan lebih lanjut. Mereka memastikan semua informasi yang mereka temukan digunakan untuk melindungi masyarakat dan menghindari potensi ancaman di masa depan.Setelah semua tindakan selesai dan keamanan terjamin, Rayna dan Axel menikmati momen tenang untuk merenung tentang perjalanan mereka yang penuh risiko. Mereka telah melalui banyak tantangan bersama, dan ikatan mereka semakin kuat.Axel memandang Rayna dengan senyuman lembut. "Kita telah berhasil mengungkap rahasia besar itu dan membawa keadilan kepada mereka yang membutuhk

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 41– Mengungkap Rahasia Besar

    Rayna dan Axel berdiri teguh untuk menghadapi musuh yang tidak terlihat. Mereka menyadari bahwa pertarungan ini bukan hanya tentang keberanian secara fisik tetapi juga tentang kecerdasan dan ketahanan mental. Suara misterius itu tampaknya mengetahui lebih banyak tentang misi mereka dan rahasia besar yang mereka coba ungkap.Rayna memandang Axel, dan mereka saling memberi isyarat bahwa mereka akan saling menjaga dan tidak akan menyerah. Keduanya berusaha membaca situasi di sekeliling mereka dengan cepat."Kita tetap harus fokus, Axel,"bisik Rayna dengan tekad."tidak peduli apa yang akan terjadi kita harus maju."Axel menganggukkan kepala, mengatur posisi pertahanan mereka."kita akan menemukan sumber suara itu dan menghentikannya. Ini adalah pertarungan yang harus kita menangkan."Mereka terus bergerak maju dengan hati-hati, waspada terhadap serangan musuh yang mungkin datang dari arah manapun. Ketika mereka memasuki area yang lebih gelap, mereka menemukan sumber suara yang misterius ya

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 40– Pertempuran Gelap

    Rayna dan Axel mempersiapkan diri untuk menghadapi ancaman besar yang mengintai. Mereka tahu bahwa misi ini akan menjadi pertarungan terakhir yang penuh dengan risiko dan bahaya. Dengan hati yang berani dan tekad yang kuat, mereka bersiap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.Mereka melakukan riset mendalam dan berkoordinasi dengan agen Johnson dan tim penegak hukum lainnya. Mereka mengumpulkan informasi tentang rahasia besar yang diklaim oleh pemimpin sindikat yang kabur. Setiap petunjuk dan detail menjadi penting dalam upaya mereka untuk mencegah rahasia itu terungkap.Rayna dan Axel berlatih secara intensif, memperkuat kemampuan fisik dan mental mereka. Mereka memperbarui strategi dan taktik mereka, berusaha untuk menjadi satu langkah di depan musuh.Ketika hari penentuan tiba, Rayna dan Axel meluncurkan operasi mereka dengan ketepatan dan keberanian. Mereka menyusup ke markas sindikat yang tersembunyi dengan hati-hati, menghindari pengawasan dan jebakan yang mungkin ada.Rayn

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 39– Menghadapi Ancaman Besar

    Rayna dan Axel mulai mempersiapkan diri untuk operasi pengejaran berisiko tinggi. Mereka pasti akan menghadapi banyak tantangan dan bahaya, tetapi mereka siap untuk menghadapinya."Kita harus berhati-hati, Axel," kata Rayna, mengecek persenjataannya. "Pemimpin sindikat ini tidak akan menyerah begitu saja."Axel mengangguk, mengamati peta lokasi yang mereka tuju. "Kita juga harus bersiap untuk kemungkinan jebakan. Pemimpin sindikat ini pasti telah menyiapkan rencana jika ada yang mengejarnya."Rayna dan Axel berangkat ke lokasi yang mereka curigai sebagai tempat persembunyian pemimpin sindikat. Mereka bergerak dengan hati-hati, selalu waspada terhadap segala kemungkinan.Setibanya di lokasi, mereka menemukan sebuah bangunan tua yang tampaknya telah ditinggalkan. Mereka memeriksa sekelilingnya, mencari tanda-tanda kehidupan."Apakah ini tempatnya?" tanya Rayna, memandangi bangunan tersebut dengan curiga.Axel mengangguk. "Sepertinya begitu. Kita harus bergerak dengan hati-hati."Mereka

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 38– Pengejaran Berbahaya

    Rayna dan Axel merasa lega setelah berhasil membongkar sindikat kejahatan dan membawa pemimpinnya ke pengadilan. Mereka telah menyelesaikan misi yang sulit dan melelahkan, tetapi mereka tahu bahwa perjuangan mereka belum berakhir."Kita telah melakukan pekerjaan yang baik, Axel," kata Rayna, melihat ke luar jendela kantor mereka. "Tapi masih ada banyak pekerjaan yang perlu kita lakukan."Axel mengangguk, "Kamu benar, Rayna. Kita tidak boleh berhenti sekarang. Masih ada banyak orang yang membutuhkan bantuan kita."Mereka melanjutkan pekerjaan mereka, membantu otoritas lokal dalam menangani kasus-kasus kejahatan dan melindungi masyarakat dari ancaman. Mereka bekerja keras, mempertahankan semangat dan dedikasi mereka dalam melawan kejahatan.Namun, saat mereka tengah sibuk dengan pekerjaan mereka, sebuah berita mengejutkan datang. Pemimpin sindikat yang mereka tangkap sebelumnya ternyata berhasil melarikan diri dari penjara."Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Rayna dengan nada frustrasi

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 37– Sindikat Kejahatan

    Rayna, Axel, dan tim kembali fokus pada misi mereka untuk melawan kejahatan. Namun, tantangan baru muncul ketika mereka menemukan bahwa penjahat yang mereka tangkap sebelumnya adalah bagian dari sindikat kejahatan yang lebih besar dan lebih berbahaya."Sindikat ini lebih besar dari yang kita bayangkan, Axel," kata Rayna, melihat data dan bukti yang mereka kumpulkan.Axel mengangguk, "Kita harus berhati-hati, Rayna. Sindikat ini memiliki sumber daya yang besar dan mereka tidak akan segan-segan menggunakan segala cara untuk menghentikan kita."Mereka mulai menyusun strategi untuk mengungkap dan menghancurkan sindikat tersebut. Mereka bekerja sama dengan otoritas yang berwenang dan menggunakan segala keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki.Dalam prosesnya, mereka menemukan bahwa pemimpin sindikat tersebut adalah seseorang yang tidak mereka duga sebelumnya. Pemimpin sindikat ternyata adalah seorang pejabat tinggi yang sebelumnya mereka percayai dan hormati."Bagaimana ini bisa te

  • Dokter Cinta sang Mafia Sadis   Bab 36– Pemulihan

    Axel, Rayna, dan tim mereka merasa terpukul dengan pengkhianatan Alex. Tetapi mereka tidak boleh larut dalam perasaan mereka. Mereka harus pulih dan bangkit kembali untuk melanjutkan perjuangan mereka melawan kejahatan."Meskipun kita telah dikhianati, kita tidak boleh membiarkan itu menghancurkan semangat kita. Kita harus tetap fokus pada tujuan kita dan melindungi keamanan yang kita perjuangkan" kata Axel di depan semua anggota timnya.Tim mereka bekerja sama untuk memulihkan diri secara fisik dan emosional. Mereka mengunjungi profesional kesehatan mental untuk mendapatkan dukungan dan konseling yang mereka butuhkan. Mereka juga menjaga kebugaran fisik mereka dengan berlatih dan berolahraga.Selama periode pemulihan mereka, Axel, Rayna, dan tim mereka menggunakan waktu ini untuk merenung dan memperkuat ikatan tim mereka. Mereka berbicara terbuka tentang pengkhianatan yang mereka alami dan mencari cara untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan."Kita harus membangun kepercayaan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status