Share

Bab 679

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-11 18:00:00
"Dalam waktu tiga tahun, aku sudah menyelesaikan 24 kasus dan menangkap pelakunya. Aku juga sudah mendapat petunjuk dari ketiga kasus yang disebutkan tadi. Asalkan memberiku sedikit waktu, aku pasti bisa menyelesaikannya juga," jelas Mauri.

"Benar! Kami semua bisa bersaksi untuk Pak Mauri! Asalkan memberi kami waktu, semua kasus itu bakal selesai!" Polisi di belakang Mauri turut bersuara.

Setelah mendengar ucapan Mauri, bukan hanya para polisi yang mendukung Mauri, tetapi beberapa bawahan yang dibawa Amal juga merasa kagum padanya.

Mereka tanpa sadar memuji Mauri, "Pak Mauri benar-benar polisi baik. Bukan cuma sikapnya yang patut dipuji, tapi kinerjanya juga luar biasa."

Begitu mendengarnya, Amal sontak berang dan memaki, "Sialan! Tutup mulut kalian! Aku atau dia yang atasan kalian? Kalian tahu apa tugas kalian? Dasar nggak tahu terima kasih! Kalian mau dipecat ya?"

Bagaimana mungkin Amal bisa menerima bawahannya memuji Mauri? Bukankah itu berarti mereka menghinanya tidak bisa membedak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 680

    Tindakan Amal ini jelas menunjukkan bahwa dia sengaja mencari kesalahan Mauri. Mauri tidak punya kesalahan apa pun, tetapi Amal mengandalkan kekuasaannya untuk melengserkan Mauri. Semua ini hanya untuk membalas dendam!Itu sebabnya, tidak ada yang menuruti instruksi Amal. Para bawahan Amal yang tersisa pun hanya terdiam di tempat. Ekspresi mereka dipenuhi keengganan."Sialan! Aku suruh kalian maju! Kalian tuli ya? Kalau nggak mau kerja lagi, pergi saja sana!" bentak Amal dengan murka."Hais .... Pak Mauri, maaf kalau kami menyinggungmu. Tolong keluar dari sini." Karena takut pada ancaman Amal, mereka terpaksa menurut. Meskipun demikian, sikap mereka sangat sopan, bahkan tidak ada yang berani menyentuh Mauri ataupun mendesaknya. Yang terlihat hanya kepasrahan."Hehe. Aku paham posisi kalian. Ini bukan kesalahan kalian. Aku juga nggak bakal menyulitkan kalian. Tapi, aku ingin menasihati kalian. Nggak ada gunanya mengikuti atasan seperti ini. Sebaiknya kalian cari kerjaan baru," ucap Maur

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 681

    Mauri menimpali, "Indra, Niko, kalian jangan gegabah! Cepat turunkan pistolnya, ini bukan urusan kalian!"Meskipun Mauri tahu keduanya ingin membela dirinya dan sangat bersyukur karena hal itu, dia tidak ingin mereka terlibat dalam masalah ini."Pak Mauri, aku nggak akan turunkan kecuali si Gemuk ini membatalkan perintahnya dan angkat kaki dari kantor kita, juga berjanji nggak akan pernah menginjakkan kaki lagi di sini. Kalau nggak, aku akan memaksanya untuk kasih penjelasan!" marah Niko. Emosinya sudah tidak terkendali."Ya. Batalkan perintahnya dan pergi dari sini!""Batalkan perintahnya dan pergi dari sini!""Kami nggak menyambutmu di sini!"Semua polisi yang bekerja untuk Mauri, berdiri dan mengelilingi Amal sambil berseru demikian. Mereka sudah lama marah atas tindakannya.Semua orang memutuskan untuk berdiri di pihak Mauri sekarang, walaupun harus menerima risiko akan dipecat."Oke, bagus sekali! Kalian tunggu saja, kalian semua akan menerima balasannya!" ucap Amal yang sangat ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 682

    "Apa?" Mendengar itu, mata Mauri langsung membelalak. Saat itu juga, dia baru mengerti alasan Resnu begitu takut pada Tirta di klub hiburan.Tirta memang bernyali besar. Berani sekali dia mematahkan tangan anak gubernur. Ini memang masalah besar. Mana mungkin dia akan dibiarkan lolos begitu saja?"Ini benar-benar gawat ...," ucap Mauri dengan cemas. Dia tidak lagi memikirkan keadaannya sendiri. Mauri memutuskan untuk segera menelepon Tirta dan memperingatkannya.Tut, tut, tut ....Tak lama kemudian, Tirta yang sedang merebus obat menerima telepon dari Mauri.Di ujung telepon, Mauri berucap, "Tirta, Pak Chandra mengutus Pak Budi turun tangan untuk menangkapmu. Nggak peduli di mana kamu berada sekarang, jangan sampai ketahuan. Pak Budi itu orang kepercayaan Pak Chandra. Kekuasaannya jauh lebih besar daripada Pak Saad ....""Selain itu, kabarnya Pak Budi juga berniat mencari masalah dengan Pak Saad karena hal ini. Kalau Pak Saad ada di dekatmu, suruh dia cari tempat aman untuk bersembunyi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 683

    Raut wajah Tirta tiba-tiba berubah menjadi serius. Melihat ini, Shinta mendekat dan bertanya, "Kak Tirta, ada apa? Kenapa wajahmu tiba-tiba jadi tegang?" Saba, Lutfi, Nabila, Naura, Bima juga menatap Tirta dan menunggu jawabannya."Nona Shinta, Kak Saba, dua temanku lagi dalam masalah. Aku harus pergi membantu mereka," ucap Tirta dengan cemas."Nabila, Nona Naura, obatnya tinggal setengah jam lagi. Setelah siap, tolong kasih ke Kak Saba dan Bima. Aku harus segera pergi." Usai berkata demikian, Tirta langsung berlari keluar."Eh Tirta, kamu mau ke mana ...." Nabila sangat khawatir karena belum pernah melihat Tirta tergesa-gesa seperti ini.Namun, pria itu sudah masuk ke lift sebelum sempat menjawab. Berhubung harus bantu mengurus obat, Nabila terpaksa tidak mengejarnya.Saba memberi tahu cucunya, "Shinta, kamu sama Lutfi temani dia ya. Dia begitu panik tadi, sepertinya terjadi masalah besar."Sebagai kakak angkat Tirta yang pernah diselamatkan olehnya, Saba tidak akan tinggal diam melih

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 684

    Begitu Budi memberi perintah, orang-orangnya langsung menangkap Saad dan menunggu instruksi lebih lanjut. Dari ucapannya tadi, jelas bahwa nasib Saad akan sangat buruk.Tepat ketika Budi bersiap untuk mencari Tirta bersama bawahannya, Hendrik berujar sambil berusaha tersenyum ramah, "Pak Budi, tenang dulu. Kita coba interogasi dia lagi. Siapa tahu kita bisa menemukan keberadaan Tirta?""Dengan begitu, kamu nggak perlu membuang waktu lebih lama dan bisa langsung kembali ke ibu kota provinsi," lanjut Hendrik. Sebenarnya, mereka hanya ingin mempermalukan Saad."Kalian punya cara agar dia bicara?" tanya Budi yang sedikit ragu. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan orang-orang ini."Bisa dicoba, siapa tahu berhasil?" balas Hendrik sembari tersenyum menyanjung."Oke, kalian punya waktu 10 menit. Kalau dia masih nggak mau bicara, jangan buang waktu lagi," ucap Budi sembari mengangguk setuju.Budi memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Perjalanan panjang membuatnya lelah, jadi dia segera mencar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 685

    Joshua menambahkan, "Dia bahkan bilang bahwa tangan Resnu dipatahkan karena memang pantas. Bahkan kalau sampai kehilangan nyawa pun, itu bukan apa-apa. Pak Budi, menurutmu ...."Ucapan itu terdengar jelas di telinga Budi dan membuatnya sangat murka. Dia langsung berjalan cepat ke depan dan berseru, "Saad, berani sekali kamu! Apa salah Resnu padamu sampai kamu mengutuknya seperti itu?""Kamu kira jadi pejabat kecil seperti wali kota bisa bertindak sesuka hati dan meremehkan segalanya?" tanya Budi."Pak Budi, aku nggak pernah mengatakan hal seperti itu ...," bantah Saad yang kesal. Dia ingin membela diri, tetapi Budi langsung menamparnya dengan keras tanpa memberinya kesempatan.Budi menyela, "Nggak perlu lagi banyak alasan! Kalau kamu memang nggak bilang begitu, kenapa nggak mau kasih tahu keberadaan Tirta?""Pak Budi, Tirta adalah temanku .... Aku ... nggak bisa memberitahumu," ucap Saad akhirnya dengan nada pasrah.Meski tak tahu alasan pasti Tirta sampai mematahkan tangan Resnu, Saad

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 686

    Saad yang ditahan oleh orang-orang berujar dengan cemas, "Tirta, bukannya aku bilang jangan datang ke sini? Kamu ... kamu nggak seharusnya menampar Pak Budi demiku! Cepat pergi, cepat!" Saad terus mengusir Tirta. Hanya saja, Tirta menolak sambil menggeleng, "Pak Saad, aku nggak akan pergi sebelum menolongmu. Tenang saja, aku bakal bertanggung jawab atas tindakanku sendiri dan nggak membiarkanmu terseret."Tirta menampar Budi demi membela Saad. Sebab baginya, siapa pun yang memukul temannya harus merasakan balasannya."Haha. Dia benar-benar bodoh. Dia pikir dia bisa melawan Pak Budi atau bahkan Pak Chandra?" komentar Joshua.Melihat kelakuan Tirta yang nekat tanpa berpikir panjang, Joshua dan teman-temannya tertawa puas Dipikir-pikir masuk akal juga.Kalau bukan karena Tirta kurang waras, mana mungkin dia berani mematahkan tangan Resnu? Kalau Tirta tidak bertindak sembrono, mana mungkin mereka bisa melibatkan Chandra yang berkuasa?Malah, mungkin di masa depan mereka bisa memanfaatkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 687

    Melihat kejadian ini, sisa anak buah Budi yang berjumlah belasan orang pun naik darah dan segera menyerang ke arah Lutfi. Sayangnya, suara benturan keras terdengar.Ternyata mereka bukan tandingan bagi para pengawal yang dibawa Lutfi dan Shinta. Dalam sekejap, mereka semua sudah dikalahkan."Kalian ini sebenarnya siapa? Beraninya bertindak seperti ini. Apa nggak takut dihukum?" tanya Budi. Dia akhirnya sadar bahwa orang-orang ini bukan orang sembarangan.Orang biasa tidak mungkin punya kemampuan sehebat ini. Namun, Budi tidak percaya bahwa di kota kecil ini bisa ada tokoh besar. Kini, dia sudah bertekad untuk menangkap Lutfi dan Shinta juga.Lutfi maju selangkah dan berseru, "Kami siapa? Kamu buta ya? Ini cucu Pak Saba, masa kamu nggak kenal?"Kemudian, Lutfi mengeluarkan sebuah bukti identitas berwarna biru dan menempelkannya tepat di depan wajah Budi.Begitu melihat isi dokumen itu, wajah Budi langsung pucat. Tubuhnya menggigil ketakutan hingga nyaris terjatuh.Budi berujar, "Apa? Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 957

    Farida tersipu malu begitu mendengar ucapan Tirta. Jantungnya berdegup kencang. Farida menggigit bibirnya dan bertanya, "Tirta, apa postur tubuhku memang begitu bagus?"Tirta menjawab, "Kak Farida, kamu ... jangan salah paham. Yang aku maksud itu kasurnya. Besar dan nyaman. Aku bukan bilang kamu, aku papah kamu."Tirta baru menyadari dirinya salah bicara. Dia segera memapah Farida. Tiba-tiba, pijatan kasur bergerak makin cepat. Farida yang duduk di tubuh Tirta terus berguncang.Farida berujar, "Aduh ... Tirta, jangan bergerak ...."Farida memelotot. Pandangannya mulai tidak fokus. Dia tanpa sadar menjepit kedua kakinya. Farida menyadari ada yang tidak beres dengan Tirta.Selain itu, sekarang pose mereka berdua sangat aneh. Jika dilihat para pekerja, mereka pasti salah paham.Tirta mulai kehilangan kendali. Dia membantah, "Bukan begitu ... Kak Farida. Kasurnya yang bergerak, bukan aku!"Tirta yang awalnya hendak memegang tangan Farida malah tidak sengaja menyentuh bokongnya. Farida meng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 956

    Tirta menambahkan, "Entah mereka mau atau nggak.""Tentu saja mereka mau. Kamu serahkan saja masalah ini padaku. Vilamu akan selesai direnovasi paling lambat besok siang. Aku memang lagi pusing cari proyek untuk mereka setelah renovasi vila selesai," timpal Farida.Farida meneruskan, "Mengurus kebun buah lebih mudah daripada melakukan pekerjaan konstruksi. Mereka pasti mau. Ke depannya aku juga bantu kamu urus kebun buah. Kamu yang tentukan bayarannya saja."Tirta yang merasa tenang tertawa dan membalas, "Tentu saja bayaran Kak Farida lebih tinggi. Aku bayar kamu 2 juta per hari. Kalau kebun buah sudah panen, aku akan bagikan keuntungannya kepada Kak Farida."Tirta menambahkan, "Kak Farida, kalau nggak ada urusan lain lagi, aku kembali ke klinik dulu. Aku nggak beri tahu bibiku dan lainnya waktu keluar. Takutnya mereka khawatir kalau nggak lihat aku."Selesai bicara, Tirta hendak turun ke lantai bawah. Tiba-tiba, Farida memanggil Tirta, "Tirta, tunggu dulu. Aku sudah suruh orang untuk

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 955

    Tirta menggeleng dan berkata, "Kak Melati, Kak Arum, kalian nggak usah kerja lagi. Kalian istirahat saja, biar aku yang kerja. Aku nggak lelah. Kak Agatha, Kak Nia, kalian juga sama."Sebelum Melati dan Arum sempat bicara, Ayu berujar, "Melati, Arum, sudahlah. Sekarang Tirta sudah dewasa, dia punya pemikiran sendiri. Kita ikuti saja kemauannya. Sebaiknya kita mandi dulu, tubuh kita kotor sekali."....Saat Ayu dan lainnya mandi, Tirta pergi ke vila untuk mencari Farida. Setelah tahu Tirta mencari Farida, salah satu pekerja berucap, "Tirta, Kak Farida lagi memeriksa peredam suara di lantai 3. Apa perlu kami memanggilnya?"Tirta menyahut seraya tersenyum, "Nggak perlu. Aku yang cari Kak Farida saja. Aku juga mau lihat hasil renovasi kamar di lantai 3."Kemudian, Tirta naik ke lantai 3. Awalnya, Farida berniat membuat eskalator di vila. Namun, Tirta tidak menyukainya. Itulah sebabnya Farida tidak jadi membuat eskalator.Begitu sampai di lantai 3, kebetulan Tirta melihat Farida yang baru k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 954

    "Kalau nggak, nanti aku bawa Bibi dan lainnya jalan-jalan di ibu kota setelah kebun buah panen. Aku juga nggak pernah pergi ibu kota," lanjut Tirta.Sekarang sudah pukul 3 sore. Ayu dan lainnya yang pergi menyiram tanaman belum kembali. Tirta pun merasa cemas. Dia segera menelepon Ayu, "Bibi, kalian di mana?"Ayu menyahut, "Tirta, aku lupa bilang waktu aku bawa mereka menyiram tanaman, aku lihat tanah yang kamu kontrak itu dipenuhi rumput liar. Tanah seperti itu nggak bisa ditanami buah, jadi kami lagi memotong rumput liar."Ayu menambahkan, "Kamu nggak usah khawatirkan kami. Beberapa hari ini kamu sangat sibuk. Sudah seharusnya kamu istirahat."Tirta panik setelah mendengar ucapan Ayu. Dia menimpali, "Bibi, kenapa kalian melakukan pekerjaan yang begitu melelahkan? Cepat kembali ke klinik! Nanti aku yang pikirkan caranya!"Ayu yang khawatir membalas, "Tapi ... kata Nia, nanti bibit pohon buah akan diantar. Kalau rumput liar ini nggak dibereskan, mana bisa bibitnya ditanam?"Tirta meneg

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 953

    Melihat respons Lutfi, Shinta tertawa dan mengomentari, "Kak Lutfi, apa Kak Tirta lebih hebat darimu?"Lutfi menyahut, "Bukan cuma lebih hebat dariku. Bahkan, guruku juga nggak berhasil melatih Tinju Harimau Ganas seperti Tirta."Lutfi yang penasaran bertanya, "Tirta, katakan dengan jujur, apa sebelumnya kamu sudah pernah berlatih Tinju Harimau Ganas? Aku baru saja memberimu buku-buku itu."Tirta yang merasa antusias menjawab, "Kak Lutfi, kamu salah paham. Sebelum kamu memberiku buku-buku itu, aku nggak pernah berlatih ilmu bela diri. Kemarin aku cuma melihatnya sekilas, aku juga nggak menyangka bisa menguasainya. Apa aku benar-benar lebih hebat dari gurumu?"Lutfi menanggapi dengan ekspresi kaget, "Kamu cuma melihatnya sekilas? Tirta, sepertinya kamu itu memang genius langka dalam dunia bela diri. Tinju Harimau Ganas ini memang terdengar biasa saja. Tapi, dibandingkan teknik lain dari buku-buku yang kuberikan padamu, Tinju Harimau Ganas paling sulit dilatih."Lutfi meneruskan, "Guruku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 952

    Sebelum Niko sempat bicara, Lutfi menunjuk Karsa sambil marah-marah, "Sepertinya kamu masih nggak menyesali perbuatanmu! Awalnya kamu cuma dijatuhi hukuman tembak mati! Kalau kamu nggak takut mati, aku rasa lebih baik kamu dipenjara seumur hidup seperti dia!"Tindakan Lutfi sudah melanggar perintah Saba, tetapi seharusnya Saba tidak akan menyalahkan Lutfi. Sementara itu, Pinot sudah gila. Dia baru berusia 40-an tahun, tetapi harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara.Ekspresi Ladim menjadi masam setelah mendengar ucapan Lutfi. Dia berseru, "Apa? Aku nggak mau dihukum seperti dia! Aku mohon, bunuh aku!"Jika tahu dirinya akan berakhir tragis, tadi Ladim pasti tidak akan berbicara. Sayangnya, semua sudah terlambat.Akhirnya, Ladim dan lainnya pun dipenjara. Niko baru tertawa terbahak-bahak, lalu pergi ke kantor Susanti.Setelah mendengar laporan Niko, Susanti tersenyum dan menanggapi, "Mereka memang pantas dihukum! Kalau mereka itu pemimpin yang memedulikan rakyat, mereka nggak akan be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 951

    Biasanya Saba memang terlihat ramah, tetapi dia tidak akan memaafkan orang-orang seperti Ladim dan lainnya yang melakukan perbuatan keji.Begitu Saba melontarkan ucapannya, Ladim dan lainnya sangat terpukul. Biarpun mereka terus memohon kepada Saba, Lutfi juga tidak peduli. Dia memimpin anggotanya untuk membawa Ladim dan lainnya keluar dari klinik."Mereka memang pantas dihukum!" celetuk Tirta. Dia yang merasa puas memandang Saba sembari bertanya, "Kak Saba, sebenarnya ada yang mau kutanyakan."Saba kembali tersenyum. Dia menyahut, "Tirta, kamu langsung bilang saja. Nggak usah sungkan."Tirta mengungkapkan kebingungannya, "Bukannya kemarin kamu bilang sudah pensiun dan nggak punya jabatan apa pun lagi? Kenapa sekarang aku merasa kamu tetap berkuasa? Kamu nggak kelihatan seperti kehilangan jabatan."Saba tertawa, lalu menjelaskan, "Tirta, ini semua berkat kamu. Sebenarnya aku nggak berniat memberitahumu. Tapi, aku akan bicara jujur karena kamu sudah bertanya."Saba meneruskan, "Awalnya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 950

    Ladim sungguh emosional sekarang. Dia menerjang ke arah Karsa dan menghajarnya. Dia ingin sekali menembak mati Karsa sekarang juga!"Karsa, akan kuhabisi kamu! Matilah kamu! Beraninya kamu menipuku untuk melawan teman Pak Saba! Kamu harus mati!"Pinot yang murka dan takut juga menyerbu ke arah Karsa dan menghajarnya habis-habisan."Ah ... ah .... Tolong berhenti! Aku nggak tahu dia teman Pak Saba!" teriak Karsa dengan kesakitan. Bagaimanapun, dia masih belum pulih dari cedera sebelumnya. Dia hampir tewas dibuat Ladim dan Pinot."Bagus, bagus sekali." Tirta menonton dengan seru, bahkan bertepuk tangan."Sialan! Kalau nggak ada Pak Saba, kamu bukan siapa-siapa!" Karsa memelototi Tirta dengan tatapan penuh kebencian dan keengganan."Kamu benar, kamu hebat. Tapi, asal kamu tahu, kalau bukan karena ada hukum di negara ini, kamu pasti sudah kubunuh kemarin. Kamu kira aku takut padamu?" sahut Tirta dengan suara rendah sambil maju. Tatapannya terlihat dingin.Seketika, jantung Karsa seperti be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status