Share

Bab 680

Author: Hazel
last update Last Updated: 2024-11-11 18:00:00
Tindakan Amal ini jelas menunjukkan bahwa dia sengaja mencari kesalahan Mauri. Mauri tidak punya kesalahan apa pun, tetapi Amal mengandalkan kekuasaannya untuk melengserkan Mauri. Semua ini hanya untuk membalas dendam!

Itu sebabnya, tidak ada yang menuruti instruksi Amal. Para bawahan Amal yang tersisa pun hanya terdiam di tempat. Ekspresi mereka dipenuhi keengganan.

"Sialan! Aku suruh kalian maju! Kalian tuli ya? Kalau nggak mau kerja lagi, pergi saja sana!" bentak Amal dengan murka.

"Hais .... Pak Mauri, maaf kalau kami menyinggungmu. Tolong keluar dari sini." Karena takut pada ancaman Amal, mereka terpaksa menurut. Meskipun demikian, sikap mereka sangat sopan, bahkan tidak ada yang berani menyentuh Mauri ataupun mendesaknya. Yang terlihat hanya kepasrahan.

"Hehe. Aku paham posisi kalian. Ini bukan kesalahan kalian. Aku juga nggak bakal menyulitkan kalian. Tapi, aku ingin menasihati kalian. Nggak ada gunanya mengikuti atasan seperti ini. Sebaiknya kalian cari kerjaan baru," ucap Maur
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 681

    Mauri menimpali, "Indra, Niko, kalian jangan gegabah! Cepat turunkan pistolnya, ini bukan urusan kalian!"Meskipun Mauri tahu keduanya ingin membela dirinya dan sangat bersyukur karena hal itu, dia tidak ingin mereka terlibat dalam masalah ini."Pak Mauri, aku nggak akan turunkan kecuali si Gemuk ini membatalkan perintahnya dan angkat kaki dari kantor kita, juga berjanji nggak akan pernah menginjakkan kaki lagi di sini. Kalau nggak, aku akan memaksanya untuk kasih penjelasan!" marah Niko. Emosinya sudah tidak terkendali."Ya. Batalkan perintahnya dan pergi dari sini!""Batalkan perintahnya dan pergi dari sini!""Kami nggak menyambutmu di sini!"Semua polisi yang bekerja untuk Mauri, berdiri dan mengelilingi Amal sambil berseru demikian. Mereka sudah lama marah atas tindakannya.Semua orang memutuskan untuk berdiri di pihak Mauri sekarang, walaupun harus menerima risiko akan dipecat."Oke, bagus sekali! Kalian tunggu saja, kalian semua akan menerima balasannya!" ucap Amal yang sangat ma

    Last Updated : 2024-11-11
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 682

    "Apa?" Mendengar itu, mata Mauri langsung membelalak. Saat itu juga, dia baru mengerti alasan Resnu begitu takut pada Tirta di klub hiburan.Tirta memang bernyali besar. Berani sekali dia mematahkan tangan anak gubernur. Ini memang masalah besar. Mana mungkin dia akan dibiarkan lolos begitu saja?"Ini benar-benar gawat ...," ucap Mauri dengan cemas. Dia tidak lagi memikirkan keadaannya sendiri. Mauri memutuskan untuk segera menelepon Tirta dan memperingatkannya.Tut, tut, tut ....Tak lama kemudian, Tirta yang sedang merebus obat menerima telepon dari Mauri.Di ujung telepon, Mauri berucap, "Tirta, Pak Chandra mengutus Pak Budi turun tangan untuk menangkapmu. Nggak peduli di mana kamu berada sekarang, jangan sampai ketahuan. Pak Budi itu orang kepercayaan Pak Chandra. Kekuasaannya jauh lebih besar daripada Pak Saad ....""Selain itu, kabarnya Pak Budi juga berniat mencari masalah dengan Pak Saad karena hal ini. Kalau Pak Saad ada di dekatmu, suruh dia cari tempat aman untuk bersembunyi

    Last Updated : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 683

    Raut wajah Tirta tiba-tiba berubah menjadi serius. Melihat ini, Shinta mendekat dan bertanya, "Kak Tirta, ada apa? Kenapa wajahmu tiba-tiba jadi tegang?" Saba, Lutfi, Nabila, Naura, Bima juga menatap Tirta dan menunggu jawabannya."Nona Shinta, Kak Saba, dua temanku lagi dalam masalah. Aku harus pergi membantu mereka," ucap Tirta dengan cemas."Nabila, Nona Naura, obatnya tinggal setengah jam lagi. Setelah siap, tolong kasih ke Kak Saba dan Bima. Aku harus segera pergi." Usai berkata demikian, Tirta langsung berlari keluar."Eh Tirta, kamu mau ke mana ...." Nabila sangat khawatir karena belum pernah melihat Tirta tergesa-gesa seperti ini.Namun, pria itu sudah masuk ke lift sebelum sempat menjawab. Berhubung harus bantu mengurus obat, Nabila terpaksa tidak mengejarnya.Saba memberi tahu cucunya, "Shinta, kamu sama Lutfi temani dia ya. Dia begitu panik tadi, sepertinya terjadi masalah besar."Sebagai kakak angkat Tirta yang pernah diselamatkan olehnya, Saba tidak akan tinggal diam melih

    Last Updated : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 684

    Begitu Budi memberi perintah, orang-orangnya langsung menangkap Saad dan menunggu instruksi lebih lanjut. Dari ucapannya tadi, jelas bahwa nasib Saad akan sangat buruk.Tepat ketika Budi bersiap untuk mencari Tirta bersama bawahannya, Hendrik berujar sambil berusaha tersenyum ramah, "Pak Budi, tenang dulu. Kita coba interogasi dia lagi. Siapa tahu kita bisa menemukan keberadaan Tirta?""Dengan begitu, kamu nggak perlu membuang waktu lebih lama dan bisa langsung kembali ke ibu kota provinsi," lanjut Hendrik. Sebenarnya, mereka hanya ingin mempermalukan Saad."Kalian punya cara agar dia bicara?" tanya Budi yang sedikit ragu. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan orang-orang ini."Bisa dicoba, siapa tahu berhasil?" balas Hendrik sembari tersenyum menyanjung."Oke, kalian punya waktu 10 menit. Kalau dia masih nggak mau bicara, jangan buang waktu lagi," ucap Budi sembari mengangguk setuju.Budi memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Perjalanan panjang membuatnya lelah, jadi dia segera mencar

    Last Updated : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 685

    Joshua menambahkan, "Dia bahkan bilang bahwa tangan Resnu dipatahkan karena memang pantas. Bahkan kalau sampai kehilangan nyawa pun, itu bukan apa-apa. Pak Budi, menurutmu ...."Ucapan itu terdengar jelas di telinga Budi dan membuatnya sangat murka. Dia langsung berjalan cepat ke depan dan berseru, "Saad, berani sekali kamu! Apa salah Resnu padamu sampai kamu mengutuknya seperti itu?""Kamu kira jadi pejabat kecil seperti wali kota bisa bertindak sesuka hati dan meremehkan segalanya?" tanya Budi."Pak Budi, aku nggak pernah mengatakan hal seperti itu ...," bantah Saad yang kesal. Dia ingin membela diri, tetapi Budi langsung menamparnya dengan keras tanpa memberinya kesempatan.Budi menyela, "Nggak perlu lagi banyak alasan! Kalau kamu memang nggak bilang begitu, kenapa nggak mau kasih tahu keberadaan Tirta?""Pak Budi, Tirta adalah temanku .... Aku ... nggak bisa memberitahumu," ucap Saad akhirnya dengan nada pasrah.Meski tak tahu alasan pasti Tirta sampai mematahkan tangan Resnu, Saad

    Last Updated : 2024-11-12
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 686

    Saad yang ditahan oleh orang-orang berujar dengan cemas, "Tirta, bukannya aku bilang jangan datang ke sini? Kamu ... kamu nggak seharusnya menampar Pak Budi demiku! Cepat pergi, cepat!" Saad terus mengusir Tirta. Hanya saja, Tirta menolak sambil menggeleng, "Pak Saad, aku nggak akan pergi sebelum menolongmu. Tenang saja, aku bakal bertanggung jawab atas tindakanku sendiri dan nggak membiarkanmu terseret."Tirta menampar Budi demi membela Saad. Sebab baginya, siapa pun yang memukul temannya harus merasakan balasannya."Haha. Dia benar-benar bodoh. Dia pikir dia bisa melawan Pak Budi atau bahkan Pak Chandra?" komentar Joshua.Melihat kelakuan Tirta yang nekat tanpa berpikir panjang, Joshua dan teman-temannya tertawa puas Dipikir-pikir masuk akal juga.Kalau bukan karena Tirta kurang waras, mana mungkin dia berani mematahkan tangan Resnu? Kalau Tirta tidak bertindak sembrono, mana mungkin mereka bisa melibatkan Chandra yang berkuasa?Malah, mungkin di masa depan mereka bisa memanfaatkan

    Last Updated : 2024-11-13
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 687

    Melihat kejadian ini, sisa anak buah Budi yang berjumlah belasan orang pun naik darah dan segera menyerang ke arah Lutfi. Sayangnya, suara benturan keras terdengar.Ternyata mereka bukan tandingan bagi para pengawal yang dibawa Lutfi dan Shinta. Dalam sekejap, mereka semua sudah dikalahkan."Kalian ini sebenarnya siapa? Beraninya bertindak seperti ini. Apa nggak takut dihukum?" tanya Budi. Dia akhirnya sadar bahwa orang-orang ini bukan orang sembarangan.Orang biasa tidak mungkin punya kemampuan sehebat ini. Namun, Budi tidak percaya bahwa di kota kecil ini bisa ada tokoh besar. Kini, dia sudah bertekad untuk menangkap Lutfi dan Shinta juga.Lutfi maju selangkah dan berseru, "Kami siapa? Kamu buta ya? Ini cucu Pak Saba, masa kamu nggak kenal?"Kemudian, Lutfi mengeluarkan sebuah bukti identitas berwarna biru dan menempelkannya tepat di depan wajah Budi.Begitu melihat isi dokumen itu, wajah Budi langsung pucat. Tubuhnya menggigil ketakutan hingga nyaris terjatuh.Budi berujar, "Apa? Ka

    Last Updated : 2024-11-13
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 688

    Suara Shinta terdengar di telinga Budi, Joshua, Toby, dan Hendrik. Itu bagaikan bom besar yang meledak tepat di depan mereka!Mereka semua ketakutan hingga wajahnya menjadi pucat pasi. Toby yang kemampuan menerima kenyataannya lemah, bahkan langsung jatuh terduduk.Lelucon macam apa ini? Siapa yang tidak tahu Saba? Dia adalah salah satu pahlawan besar negara ini, juga seorang pendiri bangsa yang sangat dihormati. Bahkan, Chandra yang selalu mereka banggakan pun harus tunduk di depan Saba.Saat ini, Tirta telah menjadi adik angkat yang dihormati oleh Saba. Bisa dikatakan bahwa dia setara dengan Saba. Di seluruh negeri, hampir tidak ada yang bisa menandinginya.Bagaimana mungkin mereka masih berani menangkap Tirta? Walaupun tidak menangkapnya, mereka sudah menyinggung Tirta barusan. Akibatnya mungkin akan sangat mengerikan.Saat ini, Joshua, Toby, dan yang lainnya kehilangan seluruh kepercayaan diri mereka. Sebaliknya, mereka luar biasa ketakutan.Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa

    Last Updated : 2024-11-13

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 879

    Aiko mendongak sambil menatap Tirta dengan penuh cinta. Ketika melihat bibir ranum yang menggoda itu, hati Tirta pun bergetar.Tirta sontak merangkul Aiko dan hendak menciumnya. Namun, Naura yang berdiri di samping buru-buru menghentikan, "Hei, kalian jangan keterlaluan! Kalau mau mesra-mesraan, tunggu setelah Pak Mauri pergi. Aku nggak mau jadi nyamuk di sini!"Entah mengapa, ketika mengatakan ini, hati Naura terasa agak getir.Aiko tidak seperti Tirta yang begitu tidak tahu malu. Dia melirik para polisi wanita itu, lalu mendorong Tirta dengan agak kecewa sekaligus manja. "Sudahlah, ada banyak orang di sini. Kalau kamu punya waktu, kita ke vila Naura saja nanti."Untungnya, ada mobil yang menghalangi mereka. Para polisi wanita itu pun tidak bisa melihat apa yang dilakukan Tirta dan Aiko."Tentu saja aku punya waktu," timpal Tirta setelah berpikir sesaat. "Setelah mengantar Pak Mauri, kita sama-sama ke sana. Tapi, sore nanti cucu Pak Saba punya urusan denganku. Aku harus pulang sore na

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 878

    Tirta tidak menyangka para polisi wanita ini akan begitu berani. Mereka bahkan menyindirnya."Hehe. Aku pria baik-baik. Aku nggak ngerti apa yang kalian katakan. Kalau sampai Bu Susanti dengar, kalian bakal dihajar lho! Hati-hati!" ancam Tirta sambil bercanda."Tenang saja. Kami cuma menggodamu karena kamu masih muda.""Kami tahu batasan kok. Kami nggak bakal menyebarkan hal seperti ini kepada orang lain."Para polisi wanita itu tertawa makin gembira. Tatapan mereka saat menatap Tirta pun seperti menatap adik sendiri.Tirta sampai merinding ditatap mereka. Dia curiga apakah wanita-wanita ini juga punya mata tembus pandang? Pada akhirnya, dia beralasan harus menelepon Mauri. Kemudian, dia menunggu di mobil.Tidak berselang lama, sebuah mobil mewah berhenti di depan kantor polisi. Begitu pintu dibuka, terlihat dua orang wanita bertubuh tinggi dan ramping berjalan turun.Yang berdiri di sebelah kiri memakai terusan ketat berwarna hijau muda. Tubuhnya yang seksi itu terlihat sangat sempurn

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 877

    Arum menggigit bibirnya dan mengerlingkan matanya dengan agak kesal."Cih! Aku rasa Bu Yanti punya maksud lain denganmu! Kamu cantik, putih. Kalau dia nggak menyukaimu, mana mungkin setiap hari mencarimu!""Makin kamu melindunginya, makin aku merasa kalian punya hubungan istimewa! Lihat saja kakimu saat jalan. Sini kuperiksa, jangan-jangan kalian melakukan sesuatu yang tak senonoh semalam!" Melati bicara panjang lebar. Usai berbicara, dia mendekati Arum untuk menggodanya."Kak, jangan sembarangan! Kalau nggak, aku nggak bakal sungkan-sungkan lagi ya!" Arum tidak berani membiarkan Melati memeriksanya. Dia buru-buru melindungi diri.Setelah bercanda beberapa saat, Arum berhasil melindungi rahasianya. Selain itu, Melati memberitahunya apa yang terjadi pada Yanti kemarin."Rupanya Bu Yanti nggak sengaja terjatuh dan bajunya robek. Pantas saja, bagian bawah tubuhnya nggak apa-apa. Dia juga pakai baju Tirta. Sepertinya aku berpikir terlalu jauh ....""Sepertinya aku harus mencari kesempatan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 876

    "Arum, kenapa tiba-tiba diam? Pikirin apa?" tanya Yanti sambil menggoyangkan tangannya di depan Arum saat melihat Arum bengong."Oh, bukan apa-apa. Aku harus pulang ke klinik untuk masak. Kalau kamu malas masak, datang saja ke klinik untuk makan," sahut Arum yang tersadar dari lamunannya. Dia turun dari ranjang dan merapikan diri."Langit baru terang lho. Sepertinya kamu nggak tidur nyenyak karena tidur seranjang denganku. Otakmu jadi lemot," ujar Yanti yang merasa bersalah. "Aku nggak pergi ke klinik deh. Nanti aku masak yang simpel saja. Tapi, kalau kamu punya waktu setelah makan, temani aku ke kota untuk beli anjing. Aku mau beli dua.""Kalau nggak punya waktu, ya sudah. Kasih tahu saja aku tempatnya. Aku pergi sendiri nanti. Kamu juga nggak usah sempit-sempitan denganku lagi malam ini.""Bu, seharusnya aku punya waktu. Aku balik ke klinik dulu untuk masak. Setelah itu, aku baru kemari," sahut Arum sambil mengangguk setelah berpikir sejenak. Setelah semuanya beres, dia pun meninggal

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 875

    "Nggak bisa, aku nggak boleh terus mengintip .... Ini nggak bermoral. Aku harus berpura-pura nggak tahu apa-apa dan tidur. Kalau nggak bisa tidur, tetap harus coba!" ucap Farida. Dia merasakan detak jantungnya makin cepat.Farida memaksakan diri untuk menarik pandangan dari vila. Tubuhnya terasa kaku saat dia berbaring di kursi mobil yang sudah disandarkan sepenuhnya.Farida mencoba memejamkan mata dan berharap bisa tertidur. Namun sayangnya, mobilnya diparkir tepat di dekat gerbang vila. Itu hanya sekitar 20 meter dari tempat Tirta dan Susanti bersenang-senang.Di malam yang sunyi senyap, suara apa pun terdengar makin jelas. Saat mereka makin intens, Farida tak lagi mampu menenangkan pikirannya. Dia terus berganti posisi di tempat duduknya, tapi justru makin merasa gelisah.Farida tidak tahu dari mana kegelisahan ini berasal atau kapan perasaan ini akan mereda. Bahkan setelah Tirta dan Susanti meninggalkan vila untuk kembali ke klinik, kegelisahan itu tetap ada.Hingga sekitar pukul 3

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 874

    Di dalam mobil, Farida memandang dengan tatapan penuh arti. Dia berkomentar, "Tirta baru saja satu lawan dua. Sekarang tengah malam begini, masih saja nggak berhenti? Sebenarnya seberapa suka dia melakukan itu dengan wanita?"Saat melihat Tirta dan wanita itu masuk ke vila, napasnya sedikit tidak beraturan. Kemudian dengan sedikit kebingungan, dia bergumam pada dirinya sendiri, "Tapi ... wanita yang dia gendong kali ini, kenapa aku nggak pernah lihat ya sebelumnya?"Meskipun ini adalah kedua kalinya Farida memergoki Tirta malam itu, kali ini karena dia tidak menyalakan mobil dan Tirta sepenuhnya fokus pada Susanti, dia tidak menyadari keberadaan Farida.Saat memasuki vila, Tirta menyadari bahwa bagian dalam vila masih dalam proses renovasi. Barang-barang berantakan di mana-mana sehingga dia langsung mengurungkan niat untuk melanjutkan rencana awalnya di dalam vila."Susanti, tempat ini belum beres. Nggak ada tempat yang nyaman untuk duduk atau tiduran. Lagian, sekarang sudah hampir ten

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 873

    "Susanti, kalau benar-benar nggak sanggup lagi, kenapa nggak berhenti jadi polisi saja? Aku punya begitu banyak uang. Sebagian saja sudah cukup untuk kamu hidup dengan nyaman," ucap Tirta sambil menghela napas."Uangmu ya uangmu. Kalau kamu kasih ke aku, aku juga nggak bakal menerimanya. Lagian masa cuma karena punya uang, aku jadi nggak melakukan apa-apa? Aku nggak bisa diam saja. Selain itu, aku cukup suka pekerjaan sebagai polisi," jawab Susanti tegas tanpa ragu.Susanti melanjutkan, "Kalau nanti aku sudah nggak mau jadi polisi lagi, barulah aku pertimbangkan untuk jadi pajangan di rumah seperti yang kamu bilang.""Aku cuma nggak mau melihat kamu terlalu lelah. Tapi kalau memang kamu ingin terus jadi polisi, ya lanjutkan dulu," ucap Tirta.Sambil mengemudi, Tirta terus mengobrol dengan Susanti. Tak sampai setengah jam kemudian, dia sampai di depan kantor polisi. Pada jam seperti ini, kebanyakan polisi sudah pulang. Hanya tersisa beberapa orang yang bertugas untuk jaga malam.Susanti

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 872

    "Jangan cuma bilang kami nggak kuat. Kamu nggak sadar apa penyebabnya? Kamu terus berkembang, siapa pun juga nggak bakal tahan menghadapi kamu!" Suara Melati terdengar dari dalam kamar mandi, entah sedang mengeluh atau merasa puas.Tirta membalas, "Hehe. Aku sendiri juga nggak ngerti kenapa bisa begini. Bibi, Kak Melati, kalau kalian benar-benar sudah nggak kuat lagi ya sudah. Kita lanjutkan lain kali kalau kalian sudah pulih.""Aku mau ganti baju dulu. Bajuku sudah basah. Setelah itu, aku langsung pergi ke kantor polisi buat jemput Susanti. Kalian istirahat saja, nggak perlu tunggu aku pulang," tambah Tirta. Kemudian, Tirta membuka pintu kamar mandi dengan cepat, menutupnya lagi dari luar, dan berlari ke dalam ruangan klinik. Dia sama sekali tidak menyangka ada seseorang yang sedang mengintipnya dari luar. Kalau tahu, dia pasti tidak akan keluar seenaknya."Astaga ... apa aku nggak salah lihat? Mana mungkin ...," ucap Farida. Sebelum Tirta keluar, dia buru-buru bersembunyi di balik d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 871

    Ayu mengingatkan dengan suara lemah tapi tegas, "Satu jam saja ya. Setelah itu apa pun kondisimu, kamu nggak boleh ganggu kami lagi!"Tirta membalas, "Hehehe. Tenang saja, Bibi. Apa pun kondisiku, aku pasti akan bikin kalian puas kok!"Dengan sekali gerakan, Tirta memelesat masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu kayu itu rapat-rapat. Bagaimanapun, malam ini dia masih punya janji dengan Susanti. Namun sebelumnya, dia memutuskan untuk bersenang-senang bersama Ayu dan Melati dulu.....Tirta sedang asyik bersenang-senang di kamar mandi bersama Ayu dan Melati. Tubuh mereka makin erat dan begitu intens hingga sulit dipisahkan.Dalam kegelapan malam di luar, sesosok tubuh ramping terlihat mendekati klinik dengan bantuan cahaya redup dari layar ponsel. Namun saat melewati kamar mandi, suara-suara aneh terdengar dari dalam. Suara itu membuat langkahnya terhenti."Itu suara Ayu, Melati ... dan Tirta? Astaga ...." Orang itu ternyata adalah Farida. Dia baru saja lembur untuk mempercepat pro

DMCA.com Protection Status