Share

Bab 678

Author: Hazel
"Aku sudah pikirin cara untuk memberi Mauri pelajaran. Tenang saja, Pak Joshua. Tunggu kabar baikku saja." Amal terkekeh-kekeh. Kemudian, dia langsung membawa bawahannya ke kantor polisi.

Pada saat yang sama, Joshua mendapat pesan dari Budi. "Haha. Pak Budi bakal tiba 30 menit lagi. Suruh orang cari tahu di mana lokasi Tirta dan Saad sekarang."

Toby segera menginstruksi bawahannya, "Kenapa diam saja? Cepat cari tahu lokasi mereka."

....

Dalam waktu kurang dari setengah jam, Amal membawa orang-orangnya menerobos masuk ke lobi kantor polisi.

Faktanya, Mauri sudah menduga Amal akan datang. Itu sebabnya, dia tidak terlalu terkejut melihat kedatangan Amal. Hanya saja, dia terlihat agak kesal.

Sementara itu, para petugas polisi merasa gelisah. Mereka merasa Mauri akan rugi besar karena menyinggung Amal demi Tirta. Bahkan, karier Mauri akan terancam!

Saat ini, Susanti sedang berpatroli sehingga tidak berada di kantor polisi. Mauri juga tidak mengabari apa pun.

"Pak Mauri, sombong sekali kamu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 679

    "Dalam waktu tiga tahun, aku sudah menyelesaikan 24 kasus dan menangkap pelakunya. Aku juga sudah mendapat petunjuk dari ketiga kasus yang disebutkan tadi. Asalkan memberiku sedikit waktu, aku pasti bisa menyelesaikannya juga," jelas Mauri."Benar! Kami semua bisa bersaksi untuk Pak Mauri! Asalkan memberi kami waktu, semua kasus itu bakal selesai!" Polisi di belakang Mauri turut bersuara.Setelah mendengar ucapan Mauri, bukan hanya para polisi yang mendukung Mauri, tetapi beberapa bawahan yang dibawa Amal juga merasa kagum padanya.Mereka tanpa sadar memuji Mauri, "Pak Mauri benar-benar polisi baik. Bukan cuma sikapnya yang patut dipuji, tapi kinerjanya juga luar biasa."Begitu mendengarnya, Amal sontak berang dan memaki, "Sialan! Tutup mulut kalian! Aku atau dia yang atasan kalian? Kalian tahu apa tugas kalian? Dasar nggak tahu terima kasih! Kalian mau dipecat ya?"Bagaimana mungkin Amal bisa menerima bawahannya memuji Mauri? Bukankah itu berarti mereka menghinanya tidak bisa membedak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 680

    Tindakan Amal ini jelas menunjukkan bahwa dia sengaja mencari kesalahan Mauri. Mauri tidak punya kesalahan apa pun, tetapi Amal mengandalkan kekuasaannya untuk melengserkan Mauri. Semua ini hanya untuk membalas dendam!Itu sebabnya, tidak ada yang menuruti instruksi Amal. Para bawahan Amal yang tersisa pun hanya terdiam di tempat. Ekspresi mereka dipenuhi keengganan."Sialan! Aku suruh kalian maju! Kalian tuli ya? Kalau nggak mau kerja lagi, pergi saja sana!" bentak Amal dengan murka."Hais .... Pak Mauri, maaf kalau kami menyinggungmu. Tolong keluar dari sini." Karena takut pada ancaman Amal, mereka terpaksa menurut. Meskipun demikian, sikap mereka sangat sopan, bahkan tidak ada yang berani menyentuh Mauri ataupun mendesaknya. Yang terlihat hanya kepasrahan."Hehe. Aku paham posisi kalian. Ini bukan kesalahan kalian. Aku juga nggak bakal menyulitkan kalian. Tapi, aku ingin menasihati kalian. Nggak ada gunanya mengikuti atasan seperti ini. Sebaiknya kalian cari kerjaan baru," ucap Maur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 681

    Mauri menimpali, "Indra, Niko, kalian jangan gegabah! Cepat turunkan pistolnya, ini bukan urusan kalian!"Meskipun Mauri tahu keduanya ingin membela dirinya dan sangat bersyukur karena hal itu, dia tidak ingin mereka terlibat dalam masalah ini."Pak Mauri, aku nggak akan turunkan kecuali si Gemuk ini membatalkan perintahnya dan angkat kaki dari kantor kita, juga berjanji nggak akan pernah menginjakkan kaki lagi di sini. Kalau nggak, aku akan memaksanya untuk kasih penjelasan!" marah Niko. Emosinya sudah tidak terkendali."Ya. Batalkan perintahnya dan pergi dari sini!""Batalkan perintahnya dan pergi dari sini!""Kami nggak menyambutmu di sini!"Semua polisi yang bekerja untuk Mauri, berdiri dan mengelilingi Amal sambil berseru demikian. Mereka sudah lama marah atas tindakannya.Semua orang memutuskan untuk berdiri di pihak Mauri sekarang, walaupun harus menerima risiko akan dipecat."Oke, bagus sekali! Kalian tunggu saja, kalian semua akan menerima balasannya!" ucap Amal yang sangat ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 682

    "Apa?" Mendengar itu, mata Mauri langsung membelalak. Saat itu juga, dia baru mengerti alasan Resnu begitu takut pada Tirta di klub hiburan.Tirta memang bernyali besar. Berani sekali dia mematahkan tangan anak gubernur. Ini memang masalah besar. Mana mungkin dia akan dibiarkan lolos begitu saja?"Ini benar-benar gawat ...," ucap Mauri dengan cemas. Dia tidak lagi memikirkan keadaannya sendiri. Mauri memutuskan untuk segera menelepon Tirta dan memperingatkannya.Tut, tut, tut ....Tak lama kemudian, Tirta yang sedang merebus obat menerima telepon dari Mauri.Di ujung telepon, Mauri berucap, "Tirta, Pak Chandra mengutus Pak Budi turun tangan untuk menangkapmu. Nggak peduli di mana kamu berada sekarang, jangan sampai ketahuan. Pak Budi itu orang kepercayaan Pak Chandra. Kekuasaannya jauh lebih besar daripada Pak Saad ....""Selain itu, kabarnya Pak Budi juga berniat mencari masalah dengan Pak Saad karena hal ini. Kalau Pak Saad ada di dekatmu, suruh dia cari tempat aman untuk bersembunyi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 683

    Raut wajah Tirta tiba-tiba berubah menjadi serius. Melihat ini, Shinta mendekat dan bertanya, "Kak Tirta, ada apa? Kenapa wajahmu tiba-tiba jadi tegang?" Saba, Lutfi, Nabila, Naura, Bima juga menatap Tirta dan menunggu jawabannya."Nona Shinta, Kak Saba, dua temanku lagi dalam masalah. Aku harus pergi membantu mereka," ucap Tirta dengan cemas."Nabila, Nona Naura, obatnya tinggal setengah jam lagi. Setelah siap, tolong kasih ke Kak Saba dan Bima. Aku harus segera pergi." Usai berkata demikian, Tirta langsung berlari keluar."Eh Tirta, kamu mau ke mana ...." Nabila sangat khawatir karena belum pernah melihat Tirta tergesa-gesa seperti ini.Namun, pria itu sudah masuk ke lift sebelum sempat menjawab. Berhubung harus bantu mengurus obat, Nabila terpaksa tidak mengejarnya.Saba memberi tahu cucunya, "Shinta, kamu sama Lutfi temani dia ya. Dia begitu panik tadi, sepertinya terjadi masalah besar."Sebagai kakak angkat Tirta yang pernah diselamatkan olehnya, Saba tidak akan tinggal diam melih

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 684

    Begitu Budi memberi perintah, orang-orangnya langsung menangkap Saad dan menunggu instruksi lebih lanjut. Dari ucapannya tadi, jelas bahwa nasib Saad akan sangat buruk.Tepat ketika Budi bersiap untuk mencari Tirta bersama bawahannya, Hendrik berujar sambil berusaha tersenyum ramah, "Pak Budi, tenang dulu. Kita coba interogasi dia lagi. Siapa tahu kita bisa menemukan keberadaan Tirta?""Dengan begitu, kamu nggak perlu membuang waktu lebih lama dan bisa langsung kembali ke ibu kota provinsi," lanjut Hendrik. Sebenarnya, mereka hanya ingin mempermalukan Saad."Kalian punya cara agar dia bicara?" tanya Budi yang sedikit ragu. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan orang-orang ini."Bisa dicoba, siapa tahu berhasil?" balas Hendrik sembari tersenyum menyanjung."Oke, kalian punya waktu 10 menit. Kalau dia masih nggak mau bicara, jangan buang waktu lagi," ucap Budi sembari mengangguk setuju.Budi memutuskan untuk menunggu sebentar lagi. Perjalanan panjang membuatnya lelah, jadi dia segera mencar

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 685

    Joshua menambahkan, "Dia bahkan bilang bahwa tangan Resnu dipatahkan karena memang pantas. Bahkan kalau sampai kehilangan nyawa pun, itu bukan apa-apa. Pak Budi, menurutmu ...."Ucapan itu terdengar jelas di telinga Budi dan membuatnya sangat murka. Dia langsung berjalan cepat ke depan dan berseru, "Saad, berani sekali kamu! Apa salah Resnu padamu sampai kamu mengutuknya seperti itu?""Kamu kira jadi pejabat kecil seperti wali kota bisa bertindak sesuka hati dan meremehkan segalanya?" tanya Budi."Pak Budi, aku nggak pernah mengatakan hal seperti itu ...," bantah Saad yang kesal. Dia ingin membela diri, tetapi Budi langsung menamparnya dengan keras tanpa memberinya kesempatan.Budi menyela, "Nggak perlu lagi banyak alasan! Kalau kamu memang nggak bilang begitu, kenapa nggak mau kasih tahu keberadaan Tirta?""Pak Budi, Tirta adalah temanku .... Aku ... nggak bisa memberitahumu," ucap Saad akhirnya dengan nada pasrah.Meski tak tahu alasan pasti Tirta sampai mematahkan tangan Resnu, Saad

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 686

    Saad yang ditahan oleh orang-orang berujar dengan cemas, "Tirta, bukannya aku bilang jangan datang ke sini? Kamu ... kamu nggak seharusnya menampar Pak Budi demiku! Cepat pergi, cepat!" Saad terus mengusir Tirta. Hanya saja, Tirta menolak sambil menggeleng, "Pak Saad, aku nggak akan pergi sebelum menolongmu. Tenang saja, aku bakal bertanggung jawab atas tindakanku sendiri dan nggak membiarkanmu terseret."Tirta menampar Budi demi membela Saad. Sebab baginya, siapa pun yang memukul temannya harus merasakan balasannya."Haha. Dia benar-benar bodoh. Dia pikir dia bisa melawan Pak Budi atau bahkan Pak Chandra?" komentar Joshua.Melihat kelakuan Tirta yang nekat tanpa berpikir panjang, Joshua dan teman-temannya tertawa puas Dipikir-pikir masuk akal juga.Kalau bukan karena Tirta kurang waras, mana mungkin dia berani mematahkan tangan Resnu? Kalau Tirta tidak bertindak sembrono, mana mungkin mereka bisa melibatkan Chandra yang berkuasa?Malah, mungkin di masa depan mereka bisa memanfaatkan

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1407

    Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1406

    "Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1405

    Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1404

    "Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1403

    Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1402

    Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1401

    Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1400

    Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status