Share

Bab 640

Penulis: Hazel
"Ah! Tirta, jangan terburu-buru dong!" Nabila terkejut melihat Tirta yang melemparkan diri ke arahnya. Dia belum membuat persiapan!

Namun, Tirta yang sudah tidak tahan lagi langsung memeluknya dengan erat dan menjamah seluruh tubuhnya. Seketika, wajah Nabila memerah.

"Kamu terlalu cantik, Kak. Aku nggak bisa tahan lagi!" gumam Tirta dengan suara yang tidak jelas. Mulut dan tangannya sama-sama bekerja.

Sejak pergi ke Kota Barlin bersama Bella, Tirta belum berhubungan intim. Bisa dibayangkan betapa kelaparannya dia sekarang!

Tidak berselang lama, tubuh Nabila terasa makin panas karena setiap sentuhan Tirta. Sorot matanya pun tidak bisa terfokus lagi.

Nabila seperti orang yang mabuk. Dia menggunakan kewarasannya yang terakhir untuk bergumam, "Tirta ... kita lakukan di dalam selimut saja .... Aku takut difoto orang .... Tolong pelan sedikit ya ...."

....

Malam akhirnya berlalu. Nabila terbangun karena merasakan kemaluan Tirta yang menegang. Akan tetapi, Tirta masih tidur. Nabila juga tidak
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 641

    "Guru! Aku nggak nyangka bakal bertemu denganmu pagi-pagi begini! Kamu mau ke mana?"Ternyata itu adalah Bima yang sudah lama tidak dijumpai Tirta. Hingga sekarang, Bima masih ingin berguru kepada Tirta.Bima sudah berusia 40 atau 50 tahun. Kepalanya bahkan sudah mulai botak. Namun, dia malah memanggil Tirta guru dan ekspresinya dipenuhi sanjungan. Tingkahnya ini memang lucu, sampai membuat Nabila tertawa."Haha. Tirta, siapa orang ini? Kenapa kelihatannya familier?""Bima, murid yang kuterima hari itu."Tirta juga menatap Bima dengan aneh dan tidak bisa menahan senyumannya saat melihat kelakuan Bima."Ya, ya. Kamu masih muda dan cantik. Kamu pasti pacar Guru, 'kan? Berarti aku harus panggil Ibu." Bima tidak lupa menyanjung Nabila saking senangnya."Ibu? Lucu sekali! Aku masih muda lho!" Nabila merangkul lengan Tirta sambil tergelak. Dia hampir kehilangan keseimbangannya."Gimana latihan titik akupunktur yang kuajari? Apa ada yang kamu nggak ngerti?" Karena mereka bertemu di sini, apal

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 642

    "Sepertinya Tabir ini memang ahli kaligrafi dan seni lukis yang sangat hebat. Ya sudah. Kalau kamu ingin lihat, kita ke sana saja." Tirta menjadi tertarik setelah mendengarnya. Selain itu, dia tidak mungkin mengecewakan Nabila."Haha. Ayo, aku bawa kalian ke sana." Karena Tirta telah menyetujuinya, Bima pun menuntun jalan dengan senang hati.Bima juga naik mobil kemari. Hanya saja, dia punya sopir dan tidak berkemudi sendiri seperti Tirta. Bima mengajak Tirta naik mobilnya, tetapi Tirta menolak.Sekitar setengah jam kemudian, Bima dan lainnya tiba di depan sebuah rumah kuno seluas ratusan meter persegi. Pintu masuknya bercat merah dan terdapat dua patung singa berwibawa di kedua sisi.Sementara itu, di dinding halaman setinggi dua meter, terlihat lukisan pemandangan yang dilukis dengan tinta. Ini membuat nuansa rumah menjadi makin elegan.Tirta mencari tempat untuk memarkir mobilnya. Sesudah turun dari mobil, dia melihat antrean panjang di depan pintu. Dilihat dari penampilan mereka, p

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 643

    "Aku awalnya ingin memberi mereka pelajaran setelah pesta ulang tahun kakekku lewat. Tapi, karena mereka berani datang kemari, mana mungkin aku mengampuni mereka begitu saja!"Ternyata, Aaris adalah cucu Tabir. Aaris menggertakkan gigi barunya sambil menatap Tirta dan Nabila dengan penuh kebencian."Ya. Nanti kita cari kesempatan untuk memberi mereka pelajaran. Berengsek! Kita nggak boleh membiarkan mereka lolos begitu saja!" pekik seorang pemuda yang tulang rusuknya patah karena ditendang Tirta."Aaris, lihat pria paruh baya di samping mereka. Sepertinya itu Bima dari Perguruan Gagak Hitam." Tiba-tiba, seorang pemuda di samping Aaris memperhatikan Bima. Dia terdengar agak takut saat berbicara."Benar. Mereka seharusnya murid baru Pak Bima." Kedua pengawal yang berjaga bisa menilai bahwa Aaris punya masalah dengan Tirta. Mereka buru-buru maju untuk memberi tahu identitas Tirta."Sialan! Rupanya dia murid Bima!" Bima sangat terkenal belakangan ini. Dia mengalahkan banyak pimpinan sekola

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 644

    Ketika mendengar ejekan orang-orang di sekitar, Nabila dan Bima langsung maju. Meskipun pertanyaan Tirta memang konyol, mereka tidak ingin Tirta diperolok-olok.Tirta melambaikan tangan dan berkata dengan santai, "Biarkan saja mereka tertawa. Lagian, ejekan mereka nggak bakal membuatku rugi. Tapi, sebenarnya ini tulisan apa? Aku benaran nggak ngerti.""Artinya musim semi. Tulisannya memang agak berantakan. Wajar kalau kamu nggak bisa baca. Tirta, gimana kalau kita pulang saja? Lagian, nggak ada yang menarik di sini." Nabila awalnya sangat menyukai karya Tabir. Namun, setelah melihat Tirta diejek, dia menjadi tidak suka lagi. Dia pun menarik Tirta untuk membawanya pergi.Bima hendak menghalangi, tetapi merasa tidak tega melihat Tirta ditertawakan. Asalkan Tirta berniat pulang, Bima akan mengikutinya."Kita sudah datang, untuk apa buru-buru pergi? Aku memang nggak ngerti, tapi lihat-lihat bukan masalah kok. Kalau aku benaran dapat kaligrafi ini, boleh juga digantung di rumahku." Tirta ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 645

    Semua hadirin terkejut dengan situasi ini. Seorang pria tua berusia 70-an tahun menatap gadis itu, lalu menatap pria paruh baya itu. Kemudian, dia melihat seorang pria tua yang usianya sudah hampir 100 tahun duduk di belakang mereka.Saking antusiasnya, janggut pria tua itu sampai bergetar. Dia berseru, "Aku pernah lihat foto Pak Saba! Bukan cuma keturunan Pak Saba yang datang, tapi Pak Saba sendiri juga ada di sini! Kalian lihat pria tua beruban yang duduk di kursi itu! Itu Pak Saba! Sepertinya kita nggak bakal dapat hasil karya Pak Tabir hari ini!"Semua orang mengikuti arah pandang pria tua itu. Setelah melihat Saba, orang-orang mengangguk dan berkata."Ya! Itu Pak Saba! Aku nggak nyangka Pak Saba akan datang ke acara ulang tahun Pak Tabir hari ini!""Kita beruntung sekali!""Kami nggak bakal berebutan dengan Pak Saba lagi! Hasil karya Pak Tabir untuk Pak Saba saja!"Ketika melihat para tamu mengalah kepada mereka, gadis dan pria paruh baya itu pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Mer

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 646

    "Diam! Kamu masih berani bilang nggak bohong? Kamu palingan lebih besar dua atau tiga tahun dariku. Mana mungkin menguasai ilmu medis! Jangan sembarangan bicara ya! Kak, beri bocah itu pelajaran!"Gadis itu tidak percaya. Sambil menatap Tirta dengan dingin, dia menginstruksi pria paruh baya di belakangnya."Tenang saja, Nona. Aku pasti akan memberinya pelajaran!" Begitu mendengarnya, pria paruh baya bernama Lutfi langsung maju dan hendak memberi Tirta pelajaran."Mampus! Siapa suruh dia mengutuk Pak Saba sembarangan!" Orang-orang di sekitar merasa Tirta pantas diberi pelajaran."Berhenti! Kita bicarakan baik-baik kalau ada masalah! Nggak usah main tangan begini!" Bima buru-buru mengadang di depan Tirta untuk melindunginya saat melihat Lutfi hendak mengambil tindakan. Meskipun agak takut, Bima tidak mundur.Tindakan Bima ini membuat Tirta cukup tersentuh. Orang di belakang Lutfi adalah Saba, tetapi Bima masih melindunginya. Bisa dilihat bahwa Bima tulus padanya. Saat ini, Tirta pun meng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 647

    Saat ini, seorang pria tua beruban berjalan keluar dari belakang aula. Pria tua ini tidak lain adalah Tabir, ahli kaligrafi dan seni lukis.Tabir sedang beristirahat di belakang tadi. Ketika mendengar Saba datang, dia segera menghampiri. Setelah melihat Saba, dia buru-buru menyapanya."Pak Tabir, nggak usah sungkan begini. Aku juga sudah tua. Nggak perlu disambut. Lanjutkan saja kerjaanmu. Anggap aku nggak ada di sini," sahut Saba dengan tenang.Meskipun Saba berkata demikian, Tabir tidak mungkin mengabaikan kedatangannya. Tabir segera menyuruh pelayan menyajikan teh terbaik, lalu menyuruh pelayan melayani Saba. Bahkan, Tabir juga menuliskan kaligrafi untuk Saba.Dengan begitu, orang-orang melupakan masalah Tirta....."Hei! Kalian! Berhenti! Kalian sudah datang ke rumahku, tapi mau kabur begitu saja? Jangan harap!" pekik seseorang.Begitu Tirta, Nabila, dan Bima datang ke halaman, mereka langsung diadang oleh Aaris dan lainnya. Aaris telah memanggil puluhan bawahannya, makanya terliha

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 648

    "Ya, Pak Bima. Bukannya dia muridmu? Kenapa kamu malah bilang gurumu?" Para pemuda yang mengikuti Aaris pun bertanya dengan kebingungan, apalagi saat melihat Bima marah besar."Tirta memang guruku! Berani sekali kalian ingin mematahkan kakinya di hadapanku! Keterlaluan!" Bima mendengus dan melayangkan tamparan ke wajah Aaris beberapa kali lagi. Aaris tidak bisa melawan sedikit pun.Kemudian, Bima menarik beberapa pemuda yang mengikuti Aaris. Mereka dihujani pukulan bertubi-tubi.Sebelum Aaris dan lainnya tersadar dari keterkejutan, Bima menatap Aaris dan membentak, "Kamu bilang mau panggil kakekmu kemari, 'kan? Panggil saja! Aku bukan siapa-siapa, tapi aku nggak bakal membiarkan orang menghina guruku! Aku mau lihat gimana kakekmu bakal menyikapi masalah ini!"Ketika melihat sikap Bima yang angkuh, Aaris sangat murka. Dia memegang wajahnya yang bengkak sambil menunjuk Tirta dan Bima. "Oke, kalian tunggu saja! Kalian tunggu di sini!"Saat ini, ada banyak tamu yang berdatangan. Keributan

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1197

    "Kenapa Anda nggak biarkan aku mati saja!" Yudha merosot lemas, bersandar pada tiang kayu dengan air mata bercucuran dan penuh penyesalan."Dasar bodoh .... Tentu saja aku ingin membunuhmu seribu kali, bahkan sepuluh ribu kali kalau bisa! Kamu memang pantas mati, tapi sekarang belum waktunya untukmu mati ....""Pergilah .... Segera kumpulkan 500 anak laki-laki dan perempuan yang berusia di bawah enam tahun! Aku butuh darah mereka untuk memulihkan kekuatan!"Kesadaran ular berkepala delapan yang lemah, berkata dengan terbata-bata."Baik .... Aku akan segera kumpulkan 500 anak untuk dikorbankan kepada Dewa Ular!"Mendengar perintah tersebut, Yudha langsung bangkit dari tanah. Dengan tubuh gemetar, dia segera berlari menuruni gunung dengan tergesa-gesa untuk mengatur semuanya."Tunggu sebentar ...." Tiba-tiba, suara serak ular berkepala delapan kembali terdengar dari belakangnya."Dewa Ular .... Apakah masih ada perintah lain?" Yudha langsung berhenti melangkah dan berlutut di tempat."Ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1196

    Ketika masih kecil, Yudha pernah dibawa ayahnya masuk ke pondok kecil ini. Saat itu, dia baru berusia lima tahun. Dia masih polos dan belum mengerti apa-apa.Namun, hingga kini, dia tidak pernah melupakan bagaimana ayahnya, Khairul Gomies, kepala Keluarga Gomies generasi sebelumnya, menatap patung Dewa Ular dengan tatapan yang hormat dan antusias."Yudha, Dewa Ular adalah dewa sejati yang telah melindungi dan menjaga kejayaan Keluarga Gomies agar tidak pudar selama dua ribu tahun!""Dewa Ular maha kuasa, dia adalah leluhur semua pendeta spiritual! Dia adalah dewa yang paling hebat di dunia ini!""Suatu hari nanti, kamu akan menjadi pelayan Dewa Ular. Jangan marah atau bersedih karenanya, kamu seharusnya merasa bahagia! Karena di dunia ini, tidak ada satu pun hal yang tidak bisa dilakukan oleh Dewa Ular!""Menjadi pelayan Dewa Ular adalah kehormatan tertinggi dalam hidupmu!"Kata-kata itu terukir dalam-dalam di lubuk hati Yudha. Seiring waktu, dia pun tumbuh dan menjadi seorang pendeta

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1195

    Akhir-akhir ini, Genta semakin sering berbicara dengan Tirta. Kepribadiannya juga tampak semakin mirip dengan manusia.Saat ini, dia bahkan mulai mempertimbangkan keadaan Tirta. Mungkin saja ini terjadi karena Tirta telah membantunya menyerap energi dari 80 pesilat kuno. Sebagai bentuk hadiah, mungkin itulah alasan dia memiliki pemikiran seperti ini."Ah, Kak, bisa nggak aku nggak menggunakan artefak sihir yang menjijikkan ini? Nanti, setelah aku mencapai tahap pembentukan fondasi, aku mau buat artefakku sendiri. Boleh nggak?"Dalam ingatan yang ditanamkan Genta pada Tirta, ada berbagai informasi mengenai artefak sihir. Tirta memahami betapa luar biasanya benda tersebut, tetapi dia benar-benar tidak menginginkan kipas lipat dengan shikigami itu."Dasar nggak tahu terima kasih. Kalau kamu nggak mau, aku akan serap energi spiritualnya untuk diriku sendiri." Nada Genta sangat tegas, bahkan terdengar sedikit kesal. Melihat Tirta begitu menolak, dia pun tidak berbicara lebih lanjut dan lang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1194

    "Sebelum berangkat, Yara sempat minta izin dariku untuk pergi ke Darsia. Tujuannya adalah menyelidiki keberadaan dunia misterius para pesilat kuno di sana.""Dia ingin menemukan lokasi dunia misterius dan mendapatkan ramuan spiritual serta batu energi untuk mempercepat pemulihan kekuatan Dewa Ular! Dan sekarang ... seseorang telah membunuh Yara!""Siapa pelakunya? Sebelum pergi, aku sudah memberinya kipas lipat yang berisi Shikigami! Itu bukan benda biasa, melainkan artefak spiritual yang diberikan langsung oleh Dewa Ular!""Selain itu, Yara juga membawa Air Mayat serta berbagai teknik rahasia pendeta spiritual untuk melindungi dirinya sendiri. Bahkan kalau para pesilat kuno Negara Darsia mengadangnya, seharusnya mereka nggak bisa membunuhnya.""Kalaupun Yara nggak bisa menang, paling nggak, dia seharusnya bisa melarikan diri dengan selamat! Siapa yang sebenarnya membunuh Yara…?"Setelah amarahnya sedikit mereda, Yudha mulai menganalisis secara mendalam siapa yang bisa menjadi pelaku p

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1193

    Tirta benar-benar tidak menyangka bahwa mereka akan menyetujui syarat yang dia ajukan semudah itu. Hal itu membuat suasana hatinya membaik secara drastis.Sebelum pergi, Tirta kembali melirik Kurnia, seakan ingin mengatakan sesuatu. "Pak Tirta, kalau ada perintah, silakan katakan saja," kata Kurnia dengan hormat sambil mengepalkan tangan sebagai tanda penghormatan."Kurnia, bagaimanapun juga, akulah yang membuat lenganmu patah. Aku punya resep obat yang bisa membuat lenganmu tumbuh kembali.""Tapi, mencari bahan-bahannya mungkin akan memakan waktu yang cukup lama. Kalau kamu bersedia menunggu, aku bisa membantumu memulihkan lenganmu sepenuhnya."Tirta mengingat teknik pengobatan ajaib yang diwariskan oleh Genta di dalam ingatannya, lalu menawarkan solusi itu kepada Kurnia."Aku bersedia! Tentu saja aku bersedia! Terima kasih atas kebaikanmu, Pak Tirta!"Mendengar hal itu, Kurnia begitu terkejut dan terharu hingga langsung berlutut di depan Tirta untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1192

    "Sudahlah, Laras. Tindakan nggak senonoh apa pun yang pernah kubuat padamu sebelumnya, setidaknya sekarang aku nggak pernah begitu lagi sama kamu, 'kan?""Kamu nggak boleh panggil aku bajingan mesum lagi. Kamu boleh panggil aku Tirta saja, atau Kak Tirta juga boleh. Kalau kamu nggak bisa lakukan itu, sebaiknya kamu kembali saja ke dunia misterius," kata Tirta sambil menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga reputasinya."Huh, kalau begitu aku panggil Tirta saja. Sepertinya kita juga sebaya!" jawab Laras sambil menoleh ke arah lain setelah berpikir sejenak."Kak Tirta, aku nggak akan panggil kamu bajingan mesum. Karena kamu adalah orang baik."Tina merasa ekspresi serius Tirta saat membela diri tadi cukup menggelikan. Dengan sedikit keberanian, dia menepuk lengan Tirta dan berkata demikian."Hehe, bagus! Tina memang paling penurut."Suasana hati Tirta menjadi semakin bagus. Dia mengusap rambut panjang Tina dengan lembut sebelum mengalihkan pandangannya ke Tina, Laras, serta Kimmy yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1191

    "Nak, jangan persulit kami!"Para pesilat kuno yang berhasil selamat dan beberapa ketua sekte berusaha untuk bernegosiasi dengan Tirta."Persulit kalian? Hehe .... Kamu kira aku nggak tahu apa yang ada di pikiran kalian? Kalian cuma merasa batu alami terlalu berharga dan nggak mau memberikannya padaku, bukan?""Sejujurnya saja, semua sumber daya dunia fana ini sama sekali nggak menarik bagiku. Aku cuma menginginkan batu alami! Aku bisa menyelamatkan kalian, tapi aku juga bisa membunuh kalian!""Siapa pun yang nggak setuju, jangan salahkan aku kalau aku berubah menjadi musuh kalian!"Tirta menyeringai dingin sambil menatap para ahli seni bela diri kuno yang tersisa di sekelilingnya.Saat mengucapkan kata-kata itu, aura dingin dan niat membunuh yang mengerikan terpancar dari tubuhnya!"Cecunguk ini ternyata punya sedikit keberanian juga."Di dalam lautan kesadarannya, Genta berkomentar dengan nada santai. Jika dia yang berada di posisi Tirta sekarang, para pesilat kuno ini tidak akan sel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1190

    "Yang penting jangan lupakan kamu ...," gumam Tirta. Permintaan Tina sangat sederhana. Dia benar-benar wanita yang polos.Tirta mendesah, lalu menyetujui permintaan Tina, "Oke, namamu Tina, 'kan? Kalau begitu, kamu ikut aku saja. Aku ... ada sesuatu yang nggak bisa kukatakan padamu sekarang. Nanti aku baru beri tahu kamu setelah pulang."Tina langsung berhenti menangis setelah Tirta menyetujui permintaannya. Dia menyeka air matanya, lalu berujar kepada Edwan dengan antusias, "Pak Edwan, Kakak setuju aku ikut dia. Aku ... nggak ikut kalian pulang lagi."Tina berpesan, "Pak Edwan, tolong sampaikan pada guruku. Kalau ada kesempatan, aku dan Kakak akan pergi ke dunia misterius untuk mengunjungi guruku.""Oke. Kalian berdua jaga diri baik-baik. Kami pamitan dulu," balas Edwan sambil tersenyum. Dia memberi hormat kepada Tirta, lalu membawa membawa murid Sekte Kebebasan meninggalkan puncak gunung.Setelah Edwan dan lainnya pergi, Tina berdiri di belakang Tirta. Dia mengamati wajah Tirta, lalu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1189

    Di puncak gunung, semua pesilat kuno yang diselamatkan Tirta memberi hormat kepadanya. Salah satu pesilat kuno berkata, "Sobat, kamu sudah menyelamatkan kami, tapi kami nggak tahu namamu. Apa kamu bisa beri tahu kami? Ke depannya, kami pasti akan mengunjungimu setelah beristirahat di dunia misterius."Tirta berpikir sejenak, lalu menanggapi, "Sebenarnya aku nggak perlu beri tahu kalian namaku. Kalau kalian mau membalasku, bantu aku cari batu spiritual setelah kalian kembali ke dunia misterius. Eh, salah. Maksudku cari batu alami."Tirta menambahkan, "Nantinya aku akan ambil batu alami itu waktu aku pergi ke dunia misterius."Tirta sudah merebut energi internal mereka. Biarpun sedikit keterlaluan, Tirta sudah menyelamatkan mereka. Tindakan Tirta sama seperti dokter yang mengangkat salah satu organ dalam pasien untuk menyelamatkannya.Pasien tidak akan menyalahkan dokter. Sebaliknya, pasien akan membayar biaya pengobatan setelah selamat. Jadi, batu alami yang diminta Tirta bisa dianggap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status