Share

Bab 639

Author: Hazel
"Buset! Bocah ini begitu hebat?" Aaris tanpa sadar bergidik ngeri. Di antara temannya ini, ada dua yang belajar taekwondo. Namun, Tirta malah menjatuhkan mereka dengan begitu mudah.

"Tunggu saja pembalasanku! Aku nggak bakal mengampunimu!" Setelah melontarkan ancamannya, Aaris langsung melarikan diri.

"Mau ke mana?" Tirta menyusul dengan mudah. Dia menahan bahu Aaris, lalu membalikkan tubuh Aaris.

"A ... apa maumu? Asal kamu tahu, kakekku ...." Aaris hanya bisa membeku. Perutnya sampai mulas. Dia mencoba menakuti Tirta dengan identitas kakeknya.

Plak, plak, plak! Tirta menampar Aaris hingga membuatnya tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Dalam sekejap, wajah Aaris bengkak dan berdarah. Matanya berkunang-kunang. Penampilannya sungguh menyedihkan.

"Sebenarnya aku cuma mau ganti rugi bajumu, tapi kamu terlalu sombong. Kamu harus dihajar biar kapok. Lain kali kalau ketemu Kak Nabila, sebaiknya jaga mulutmu. Kalau nggak, yang kamu dapat bukan sekadar tamparan," tegas Tirta.

Tanpa pedul
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
yusri yusri
kapan dilanjut lagi
goodnovel comment avatar
yusri yusri
menunggu bab selanjutnya
goodnovel comment avatar
Regha Yusuf
abizzzz,..
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 640

    "Ah! Tirta, jangan terburu-buru dong!" Nabila terkejut melihat Tirta yang melemparkan diri ke arahnya. Dia belum membuat persiapan!Namun, Tirta yang sudah tidak tahan lagi langsung memeluknya dengan erat dan menjamah seluruh tubuhnya. Seketika, wajah Nabila memerah."Kamu terlalu cantik, Kak. Aku nggak bisa tahan lagi!" gumam Tirta dengan suara yang tidak jelas. Mulut dan tangannya sama-sama bekerja.Sejak pergi ke Kota Barlin bersama Bella, Tirta belum berhubungan intim. Bisa dibayangkan betapa kelaparannya dia sekarang!Tidak berselang lama, tubuh Nabila terasa makin panas karena setiap sentuhan Tirta. Sorot matanya pun tidak bisa terfokus lagi.Nabila seperti orang yang mabuk. Dia menggunakan kewarasannya yang terakhir untuk bergumam, "Tirta ... kita lakukan di dalam selimut saja .... Aku takut difoto orang .... Tolong pelan sedikit ya ...."....Malam akhirnya berlalu. Nabila terbangun karena merasakan kemaluan Tirta yang menegang. Akan tetapi, Tirta masih tidur. Nabila juga tidak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 641

    "Guru! Aku nggak nyangka bakal bertemu denganmu pagi-pagi begini! Kamu mau ke mana?"Ternyata itu adalah Bima yang sudah lama tidak dijumpai Tirta. Hingga sekarang, Bima masih ingin berguru kepada Tirta.Bima sudah berusia 40 atau 50 tahun. Kepalanya bahkan sudah mulai botak. Namun, dia malah memanggil Tirta guru dan ekspresinya dipenuhi sanjungan. Tingkahnya ini memang lucu, sampai membuat Nabila tertawa."Haha. Tirta, siapa orang ini? Kenapa kelihatannya familier?""Bima, murid yang kuterima hari itu."Tirta juga menatap Bima dengan aneh dan tidak bisa menahan senyumannya saat melihat kelakuan Bima."Ya, ya. Kamu masih muda dan cantik. Kamu pasti pacar Guru, 'kan? Berarti aku harus panggil Ibu." Bima tidak lupa menyanjung Nabila saking senangnya."Ibu? Lucu sekali! Aku masih muda lho!" Nabila merangkul lengan Tirta sambil tergelak. Dia hampir kehilangan keseimbangannya."Gimana latihan titik akupunktur yang kuajari? Apa ada yang kamu nggak ngerti?" Karena mereka bertemu di sini, apal

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 642

    "Sepertinya Tabir ini memang ahli kaligrafi dan seni lukis yang sangat hebat. Ya sudah. Kalau kamu ingin lihat, kita ke sana saja." Tirta menjadi tertarik setelah mendengarnya. Selain itu, dia tidak mungkin mengecewakan Nabila."Haha. Ayo, aku bawa kalian ke sana." Karena Tirta telah menyetujuinya, Bima pun menuntun jalan dengan senang hati.Bima juga naik mobil kemari. Hanya saja, dia punya sopir dan tidak berkemudi sendiri seperti Tirta. Bima mengajak Tirta naik mobilnya, tetapi Tirta menolak.Sekitar setengah jam kemudian, Bima dan lainnya tiba di depan sebuah rumah kuno seluas ratusan meter persegi. Pintu masuknya bercat merah dan terdapat dua patung singa berwibawa di kedua sisi.Sementara itu, di dinding halaman setinggi dua meter, terlihat lukisan pemandangan yang dilukis dengan tinta. Ini membuat nuansa rumah menjadi makin elegan.Tirta mencari tempat untuk memarkir mobilnya. Sesudah turun dari mobil, dia melihat antrean panjang di depan pintu. Dilihat dari penampilan mereka, p

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 643

    "Aku awalnya ingin memberi mereka pelajaran setelah pesta ulang tahun kakekku lewat. Tapi, karena mereka berani datang kemari, mana mungkin aku mengampuni mereka begitu saja!"Ternyata, Aaris adalah cucu Tabir. Aaris menggertakkan gigi barunya sambil menatap Tirta dan Nabila dengan penuh kebencian."Ya. Nanti kita cari kesempatan untuk memberi mereka pelajaran. Berengsek! Kita nggak boleh membiarkan mereka lolos begitu saja!" pekik seorang pemuda yang tulang rusuknya patah karena ditendang Tirta."Aaris, lihat pria paruh baya di samping mereka. Sepertinya itu Bima dari Perguruan Gagak Hitam." Tiba-tiba, seorang pemuda di samping Aaris memperhatikan Bima. Dia terdengar agak takut saat berbicara."Benar. Mereka seharusnya murid baru Pak Bima." Kedua pengawal yang berjaga bisa menilai bahwa Aaris punya masalah dengan Tirta. Mereka buru-buru maju untuk memberi tahu identitas Tirta."Sialan! Rupanya dia murid Bima!" Bima sangat terkenal belakangan ini. Dia mengalahkan banyak pimpinan sekola

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 644

    Ketika mendengar ejekan orang-orang di sekitar, Nabila dan Bima langsung maju. Meskipun pertanyaan Tirta memang konyol, mereka tidak ingin Tirta diperolok-olok.Tirta melambaikan tangan dan berkata dengan santai, "Biarkan saja mereka tertawa. Lagian, ejekan mereka nggak bakal membuatku rugi. Tapi, sebenarnya ini tulisan apa? Aku benaran nggak ngerti.""Artinya musim semi. Tulisannya memang agak berantakan. Wajar kalau kamu nggak bisa baca. Tirta, gimana kalau kita pulang saja? Lagian, nggak ada yang menarik di sini." Nabila awalnya sangat menyukai karya Tabir. Namun, setelah melihat Tirta diejek, dia menjadi tidak suka lagi. Dia pun menarik Tirta untuk membawanya pergi.Bima hendak menghalangi, tetapi merasa tidak tega melihat Tirta ditertawakan. Asalkan Tirta berniat pulang, Bima akan mengikutinya."Kita sudah datang, untuk apa buru-buru pergi? Aku memang nggak ngerti, tapi lihat-lihat bukan masalah kok. Kalau aku benaran dapat kaligrafi ini, boleh juga digantung di rumahku." Tirta ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 645

    Semua hadirin terkejut dengan situasi ini. Seorang pria tua berusia 70-an tahun menatap gadis itu, lalu menatap pria paruh baya itu. Kemudian, dia melihat seorang pria tua yang usianya sudah hampir 100 tahun duduk di belakang mereka.Saking antusiasnya, janggut pria tua itu sampai bergetar. Dia berseru, "Aku pernah lihat foto Pak Saba! Bukan cuma keturunan Pak Saba yang datang, tapi Pak Saba sendiri juga ada di sini! Kalian lihat pria tua beruban yang duduk di kursi itu! Itu Pak Saba! Sepertinya kita nggak bakal dapat hasil karya Pak Tabir hari ini!"Semua orang mengikuti arah pandang pria tua itu. Setelah melihat Saba, orang-orang mengangguk dan berkata."Ya! Itu Pak Saba! Aku nggak nyangka Pak Saba akan datang ke acara ulang tahun Pak Tabir hari ini!""Kita beruntung sekali!""Kami nggak bakal berebutan dengan Pak Saba lagi! Hasil karya Pak Tabir untuk Pak Saba saja!"Ketika melihat para tamu mengalah kepada mereka, gadis dan pria paruh baya itu pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Mer

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 646

    "Diam! Kamu masih berani bilang nggak bohong? Kamu palingan lebih besar dua atau tiga tahun dariku. Mana mungkin menguasai ilmu medis! Jangan sembarangan bicara ya! Kak, beri bocah itu pelajaran!"Gadis itu tidak percaya. Sambil menatap Tirta dengan dingin, dia menginstruksi pria paruh baya di belakangnya."Tenang saja, Nona. Aku pasti akan memberinya pelajaran!" Begitu mendengarnya, pria paruh baya bernama Lutfi langsung maju dan hendak memberi Tirta pelajaran."Mampus! Siapa suruh dia mengutuk Pak Saba sembarangan!" Orang-orang di sekitar merasa Tirta pantas diberi pelajaran."Berhenti! Kita bicarakan baik-baik kalau ada masalah! Nggak usah main tangan begini!" Bima buru-buru mengadang di depan Tirta untuk melindunginya saat melihat Lutfi hendak mengambil tindakan. Meskipun agak takut, Bima tidak mundur.Tindakan Bima ini membuat Tirta cukup tersentuh. Orang di belakang Lutfi adalah Saba, tetapi Bima masih melindunginya. Bisa dilihat bahwa Bima tulus padanya. Saat ini, Tirta pun meng

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 647

    Saat ini, seorang pria tua beruban berjalan keluar dari belakang aula. Pria tua ini tidak lain adalah Tabir, ahli kaligrafi dan seni lukis.Tabir sedang beristirahat di belakang tadi. Ketika mendengar Saba datang, dia segera menghampiri. Setelah melihat Saba, dia buru-buru menyapanya."Pak Tabir, nggak usah sungkan begini. Aku juga sudah tua. Nggak perlu disambut. Lanjutkan saja kerjaanmu. Anggap aku nggak ada di sini," sahut Saba dengan tenang.Meskipun Saba berkata demikian, Tabir tidak mungkin mengabaikan kedatangannya. Tabir segera menyuruh pelayan menyajikan teh terbaik, lalu menyuruh pelayan melayani Saba. Bahkan, Tabir juga menuliskan kaligrafi untuk Saba.Dengan begitu, orang-orang melupakan masalah Tirta....."Hei! Kalian! Berhenti! Kalian sudah datang ke rumahku, tapi mau kabur begitu saja? Jangan harap!" pekik seseorang.Begitu Tirta, Nabila, dan Bima datang ke halaman, mereka langsung diadang oleh Aaris dan lainnya. Aaris telah memanggil puluhan bawahannya, makanya terliha

Pinakabagong kabanata

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1407

    Di sisi lain, Tirta menelepon Ayu setelah Idris dan Rasmi pergi. Setelah panggilan terhubung, Ayu yang sudah 2 hari tidak bertemu Tirta tentu merasa khawatir. Dia terus menanyakan kondisi Tirta.Tirta menjelaskan kondisinya dengan singkat, "Bi, Susanti terancam bahaya. Jadi, aku langsung naik pesawat untuk mencari Susanti. Tapi, kamu nggak usah khawatir. Sekarang semuanya sudah aman."Tirta memberi tahu Ayu pemikirannya, "Aku berencana membawa Susanti menemuimu setelah dia bangun, lalu kita dan Bi Elisa langsung kembali ke Desa Persik. Kita tinggal di sana untuk beberapa waktu."Mendengar ucapan Tirta, Ayu yang khawatir bertanya, "Ha? Tirta, kalau kamu mau kembali ke Desa Persik, tentu saja aku dan Elisa nggak keberatan. Masalahnya, gimana caranya kamu menjelaskan pada Bu Bella?"Ayu menambahkan, "Bagaimana kalau Bu Bella mau ikut kita kembali ke Desa Persik? Aku rasa berdasarkan sifat Bu Bella, dia pasti nggak terima kalau tahu kamu punya banyak kekasih.""Aku yang akan jelaskan pada

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1406

    "Aku rasa otakmu bermasalah karena terlalu lama tinggal di Provinsi Naru!" bentak Rasmi. Ucapannya menunjukkan dia tidak menyukai Tirta."Rasmi, kenapa kamu bicara seperti itu? Pak Tirta itu saudara Ayah. Bukannya sudah seharusnya kita bersikap hormat padanya? Lagi pula ...," sahut Idris.Idris berniat menceritakan pada Rasmi bahwa Tirta sudah membantunya menyelesaikan masalah mereka yang tidak bisa mempunyai keturunan.Namun, sebelum Idris selesai bicara, Rasmi menyela, "Apa? Aku nggak marah kalau nggak ungkit masalah itu! Ayah sudah pikun, makanya dia mengakui pemuda itu sebagai saudaranya."Rasmi melanjutkan, "Waktu Ayah menceritakan masalah ini padaku, aku sudah sarankan dia cepat batalkan keputusannya. Ayah pikun karena tua, masa kamu juga sama? Kalau waktu itu Ayah mengakui anak 3 tahun jadi saudaranya, apa kamu juga mau memuja anak kecil itu?"Rasmi menambahkan, "Aku nggak peduli! Apa pun caranya, kamu harus usir pemuda itu dari rumah kita secepatnya! Aku nggak mau tinggal di ho

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1405

    Begitu melontarkan perkataannya, Marila baru merasa kurang pantas. Dia berbisik lagi dengan wajah memerah, "Pak Tirta, bukan itu maksudku. Jangan salah paham."Tentu saja Tirta tahu Marila tidak bermaksud seperti itu. Dia tertawa, lalu menanggapi, "Oke. Aku tunggu Bu Marila pulang setelah beli bahan obat-obatan."Sesudah itu, Tirta tidak mengatakan apa pun lagi. Mendengar perkataan Tirta, Marila baru merasa tenang. Kemudian, Marila berpamitan dengan Idris.Tirta merasa bosan saat menunggu Marila. Dia kembali ke kamar untuk menemani Susanti. Tirta duduk di samping tempat tidur. Pikirannya sangat kacau.Tirta mendesah dan bergumam, "Setelah Susanti bangun, aku bawa dia cari Bi Ayu, lalu langsung kembali ke Desa Persik. Kak Nabila, Kak Melati, Kak Arum, Kak Farida, dan lainnya pasti merindukanku."Sebenarnya sebelum Susanti tertimpa masalah, Tirta berencana pergi ke ibu kota setelah meninggalkan Provinsi Dohe. Namun, masalah ini terjadi.Tirta juga memahami satu hal. Dia memang bisa menge

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1404

    "Aku nggak akan pergi lagi. Jangan tiduri aku, ya?" mohon Selina. Wajahnya memerah setelah mendengar ucapan Tirta.Selina berusaha menggerakkan pinggangnya untuk menjauhi sumber masalah itu. Napas Tirta yang hangat membuat wajah Selina merah padam.Tirta menegaskan, "Aku nggak peduli, pokoknya sekarang aku harus menidurimu sampai puas. Terserah kamu mau pergi atau tetap tinggal, aku tetap akan melakukannya!"Hasrat Tirta membara karena pinggang Selina terus bergerak. Dia segera mengerahkan 2 teknik. Yang pertama adalah Teknik Menghilang untuk menyembunyikan tubuhnya dan Selina. Yang kedua adalah Teknik Senyap untuk menutupi suara yang dikeluarkan Selina selanjutnya.Kemudian, Tirta langsung bersanggama dengan Selina. Sementara itu, Selina memelas, "Tirta ... jangan ... aku benci kamu ...."Biarpun mengeluh, tubuh Selina tetap terangsang. Jelas-jelas Tirta sudah melepaskannya, tetapi Selina tidak melepaskan Tirta dan tidak bergerak sedikit pun. Dia membiarkan Tirta memberinya kompensasi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1403

    Tirta menunggu sampai Selina berjalan keluar dari taman bunga kompleks tempat Idris tinggal. Dengan begitu, mereka berdua sudah menjauh dari pandangan Anton dan Yuli.Tirta baru maju dan berkata seraya memeluk Selina, "Bu Selina, aku tahu kamu pasti pergi bukan karena dipanggil atasan. Apa kamu punya masalah? Kamu bisa ceritakan padaku.""Aku nggak punya masalah. Pak Tirta, aku cuma ingin pulang untuk mengurus kasus. Selain itu, aku sudah merasa sangat bangga bisa mengenal tokoh hebat sepertimu. Aku nggak mau terus tinggal di sini dan mengganggu Pak Tirta," sahut Selina.Selina memohon, "Pak Tirta, tolong lepaskan aku. Kita berdua nggak punya hubungan apa pun. Kita lupakan masalah yang sudah berlalu."Mata Selina memerah. Dia berbicara sambil terisak dan ingin melepaskan Tirta.Sementara itu, Tirta yang merasa tidak berdaya mendesah dan menimpali, "Bu Selina, aku sudah paham. Kamu pasti merasa aku cuma berpura-pura dan mempermainkan perasaanmu setelah kamu tahu latar belakangku. Jadi,

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1402

    Selain itu, perasaan Selina campur aduk saat melihat Tirta. Melihat ekspresi mereka yang terkejut, Idris tertawa dan bertanya, "Apa Pak Tirta nggak pernah beri tahu kalian?"Idris membatin, 'Pak Tirta sangat hebat. Biarpun nggak ada Pak Saba, Pak Tirta bisa mendekati petinggi negara yang lain asalkan dia mau.'Sayangnya, Idris sudah berjanji kepada Tirta tidak akan mengungkapkan kehebatannya. Kalau tidak, Idris akan menjadi pelindung Tirta dan memamerkan kehebatannya.Yuli masih merasa antusias. Bahkan, dia sangat bangga hingga memandangi Tirta seraya tersenyum lebar dan menjawab, "Nggak. Pak Tirta, kenapa kamu nggak beri tahu kami hal sepenting ini?"Sekarang Tirta terpaksa harus mengakuinya. Dia berdeham, lalu menanggapi dengan ekspresi tenang, "Karena aku merasa hal seperti ini nggak perlu diumbar. Aku juga nggak ingin memanfaatkan status Pak Saba untuk bertindak semena-mena."Kenyataannya memang seperti itu. Tirta tidak pernah berinisiatif mengatakan dirinya adalah saudara Saba.Yu

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1401

    Tirta tertawa licik, lalu membalas, 'Oke. Kak, aku akan pergi. Nanti malam jangan berpikiran untuk menghabisiku lagi.'Kemudian, Tirta keluar dengan perasaan gembira. Dia melihat Idris yang antusias sedang duduk tegak sambil mengobrol dengan Marila, Yuli, dan Selina.Begitu Tirta keluar, Idris langsung berhenti bicara. Dia berdiri, lalu menyambut Tirta, "Pak Tirta ...."Yuli juga menghampiri Tirta dan menimpali sembari tersenyum, "Pak Tirta, apa kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan padamu.""Ada apa? Tentu saja boleh," sahut Tirta.Yuli sangat senang melihat Tirta menyetujui permintaannya. Dia segera menarik Tirta kembali ke kamar. Namun, sebelum Yuli membawa Tirta masuk ke kamar, Anton yang keberatan menghentikan Yuli, "Aduh, berhenti! Yuli, kamu gila, ya? Kenapa kamu nggak langsung bertanya pada Pak Tirta di sini saja? Untuk apa kamu bawa dia ke kamar? Kamu kira ini rumahmu?"Anton berucap pada Tirta dengan ekspresi canggung, "Pak Tirta, begini. Ibunya Susanti ingin

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1400

    Namun, bagian tubuh yang telah dipijat oleh Tirta terasa hangat dan nyaman, membuat Idris sangat rileks."Sudah beres. Pak Idris, masalahmu berasal dari kelelahan berkepanjangan ditambah dengan faktor bawaan, menyebabkan kondisi tubuhmu lebih lemah dari orang lain, makanya sulit menghasilkan sperma.""Dengan metode kedokteran barat, masalah seperti ini sangat sulit ditangani, bahkan sering kali tak terdeteksi.""Tapi di tanganku, ini bukan masalah besar. Kalau kondisi tubuh istrimu juga memungkinkan, aku jamin malam ini kamu bisa langsung tepat sasaran."Saat mengatakan itu, alis Tirta tiba-tiba berkerut. Dia baru teringat satu hal. Dia sudah berhubungan intim dengan begitu banyak wanita, tetapi sejauh ini belum ada satu pun yang hamil."Wah, terima kasih banyak, Pak Tirta! Kalau aku dan istriku benar-benar bisa punya anak, aku pasti akan undang kamu ke acara syukuran!"Idris yang tenggelam dalam euforia itu sama sekali tidak menyadari ekspresi aneh di wajah Tirta. Dia sangat bersyukur

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1399

    "Pak Idris, kalau memang ada sesuatu, lebih baik berdiri dan bicarakan saja. Selama bukan hal yang melanggar nurani dan hukum, aku pasti akan bantu." Melihat keadaan itu, Tirta hanya bisa menghela napas dengan pasrah."Benarkah? Kamu benaran bersedia membantuku, tanpa mengungkit kesalahan masa lalu? Tapi, permintaanku ini .... Aku ingin kamu membantuku dan istriku agar bisa punya seorang anak.""Kami sudah menikah 20 tahun, sampai sekarang belum juga punya keturunan. Aku dan istriku sudah pergi ke rumah sakit di seluruh negeri, tapi nggak ada yang bisa menemukan penyebab pastinya ...."Idris akhirnya berdiri dari lantai, tetapi suaranya masih penuh emosi dan sedikit tidak percaya. Dia merasa Tirta yang seperti dewa hidup pasti sulit didekati dan tak mudah diajak bicara. Itu sebabnya, sikapnya terhadap Tirta sangat sungkan."Kenapa nggak? Pak Idris, kamu dan Bu Marila sudah susah payah membantuku mencari Susanti. Aku tentu harus membantumu semaksimal mungkin.""Lagi pula, sekalipun buka

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status