"Apa mereka datang untuk menangkapku? Ini nggak mungkin. Aku jelas-jelas menyembunyikan identitasku. Mungkin mereka cuma berpatroli. Tenang, jangan panik," ucap Joko yang bercucuran keringat dingin. Kemudian, dia menarik Danto untuk bersembunyi."Nggak usah kabur. Aku yang memanggil polisi kemari." Ketika melihat Susanti dan lainnya datang, Tirta merasa dirinya tidak perlu berpura-pura lagi. Dia pun maju untuk menghalangi Danto dan Joko."Sialan! Kapan kamu melapor polisi?" tanya Joko yang tidak menduga akan hasil ini. Namun, begitu mengetahui fakta itu, Joko menjadi makin berwaspada."Bukan urusanmu! Pokoknya, mereka datang untuk menangkapmu!" Tirta terkekeh-kekeh dengan nakal."Kenapa mereka mau menangkapku? Aku cuma mengancammu kok. Aku nggak memukulmu," balas Joko sambil menggertakkan gigi dengan kesal."Benar, Pak. Kami nggak melakukan apa-apa padamu. Adikku cuma bersikap nggak sopan. Apa perlu kamu melapor polisi untuk masalah sepele begini?" Danto lebih kebingungan lagi."Kalau
"Kak Polisi, hubungan kita sangat dekat. Mana mungkin aku menipumu, 'kan?" Ketika mendengar Susanti meminta bukti, Tirta merasa agak kesal."Jangan bicara sembarangan! Dekat apanya!" Wajah Susanti sontak memerah karena teringat Tirta pernah melepas celananya. Namun, dia segera menahan rasa malu itu dan membentak, "Aku polisi, tentu butuh bukti untuk menangani kasus. Aku nggak mungkin percaya omonganmu begitu saja."Tirta sungguh kehabisan kata-kata. Kalau metode hipnosis bisa digunakan berulang kali, Tirta pasti sudah menggunakannya sekarang untuk membuktikan kebenaran. Selain itu, kematian Jack tidak boleh terungkap."Black Gloves dari Negara Martim .... Aku pernah mendengar tentang organisasi ini. Lima tahun lalu, di barat daya, ada makam kuno yang dirampok oleh Black Gloves.""Menurut perkiraan konservatif, barang antik yang hilang di dalamnya setidaknya bernilai miliaran. Kasus ini sangat sensasional pada tahun itu!""Tapi, organisasi ini sangat berhati-hati dan misterius. Tim samp
Alasan Tirta menolak sangat sederhana, yaitu tidak ingin terlibat dalam kasus besar seperti ini. Bagaimanapun, anggota Black Gloves memiliki pistol.Jika para polisi tahu dirinya kebal terhadap peluru, bukankah mereka akan menganggapnya sebagai monster dan membawanya ke laboratorium? Para polisi ini berbeda dengan Nabila dan lainnya.Selain itu, jika polisi gagal menangkap seluruh anggota Black Gloves, bukankah orang-orang itu akan membenci Tirta dan menganggapnya sebagai musuh bebuyutan?"Gimana mungkin? Kamu saja bisa mengalahkan belasan orang sekaligus waktu itu. Selain itu, setiap warga negara punya kewajiban membantu polisi. Kamu nggak punya alasan untuk menolak.""Teknik akupunkturmu yang bisa menghipnotis orang itu juga sangat berguna. Setelah menangkap mereka semua, kamu harus membantu proses interogasi," sahut Susanti yang mengernyit. Dia tahu betul kehebatan Tirta, bahkan ingin menelepon atasannya untuk merekrut Tirta."Apa dia dokter ajaib yang sering dipuji Bu Susanti itu?
"Aku ... sudahlah. Aku akan ikut besok. Kalian sudah boleh pulang." Tirta akhirnya menyetujui dengan pasrah karena para polisi ini terus membujuknya."Haha! Kalau begitu, kami akan kembali untuk menyusun strategi besok." Kedua polisi tua itu pun membawa Danto dan Joko pergi."Jangan-jangan polisi wanita itu menyukaiku? Sepertinya nggak mungkin. Soalnya aku dan dia jarang berhubungan," gumam Tirta yang menggaruk kepala dengan heran saat teringat keanehan Susanti."Tirta, kenapa para polisi itu berteriak begitu tadi? Cepat beri tahu aku! Apa hubunganmu dengan polisi wanita itu?" Setelah melihat para polisi pergi, Nabila yang menguping sontak mendorong pintu dan berkacak pinggang."Tirta, apa yang terjadi? Cepat jelaskan kepada kami." Saat berikutnya, terdengar suara langkah kaki dari dalam. Ayu dan Melati tampak kesal, tetapi tidak berani bertanya karena ada Nabila di sini. Sementara itu, Arum memilih untuk menunggu di dalam karena merasa dirinya tidak seharusnya ikut campur."Uhuk, uhuk
Tirta hanya bisa masuk ke mobil dan menelepon Susanti. Namun, tidak ada yang menjawab panggilannya."Apa mereka sedang menyusun strategi untuk melawan Black Gloves besok? Sialan. Setidaknya mereka harus memberitahuku apa yang harus kulakukan besok," gumam Tirta.Setelah mencoba beberapa kali, masih tidak ada jawaban dari Susanti. Tirta yang kesal hanya bisa mematikan ponselnya dan bersiap-siap untuk tidur.....Pada saat yang sama, di sebuah jalan menuju ke Desa Persik, terlihat 3 buah mobil hitam melaju dengan perlahan.Di mobil tengah, terlihat seorang wanita berambut pirang yang bertubuh seksi. Matanya biru, hidungnya mancung, dan memiliki lesung pipi.Meskipun berada di tengah kegelapan, kecantikannya tetap terpancar dengan jelas. Wanita ini sungguh memesona dan sempurna. Hanya saja, para pria yang semobil dengannya tidak berani meliriknya sedikit pun."Jack sudah bisa dihubungi?" tanya wanita berambut pirang itu dengan suara serak yang memikat."Bu, kami sudah mencoba beberapa kal
"Oh, oke. Omong-omong, kamu mendengar igauanku nggak tadi?" tanya Tirta setelah berdeham sesaat dan merapikan pakaiannya untuk menutupi kemaluannya."Nggak dengar. Tapi, dari penampilanmu ini, kamu pasti bermimpi yang aneh-aneh," sahut Susanti sambil memelotot.Mobil ini bisa dibilang kedap suara, ditambah lagi suara Tirta tidak besar tadi. Susanti memang tidak mendengar apa pun. Namun, dari ekspresi Tirta, dia bisa menebak bahwa pria ini bermimpi tentang seks!"Uhuk, uhuk. Wajar kalau mimpi seperti itu di usiaku ini. Ya sudah, bahas dulu strategi kalian," ucap Tirta untuk mengalihkan topik pembicaraan."Kita akan menyamar menjadi sepasang kekasih. Kita bisa memancing ikan di pinggir waduk atau jalan-jalan santai untuk mengamati situasi di sekitar. Sisanya bukan urusanmu," ujar Susanti dengan serius. Meskipun begitu, dia tetap merasa malu."Apa? Menyamar menjadi sepasang kekasih? Nggak bisa! Nggak boleh!" tolak Tirta langsung sambil menggeleng. Dia sudah kebingungan harus bagaimana men
Menurut Joko, kemunculan ular itu berarti makam kuno di dasar waduk akan segera dibuka. Tirta seketika menjadi sangat bersemangat! Meskipun tidak tertarik pada makam kuno itu, siapa yang tidak ingin melihatnya?"Ah! Ularnya makin dekat!" pekik Susanti dengan suara nyaring. Pada saat yang sama, dia memeluk Tirta dengan makin erat.Tirta tersadar dari lamunannya. Dia sontak menendang ular itu sehingga kepala ular itu meledak. Dia berkata, "Ularnya sudah mati, nggak perlu takut lagi."Tirta menepuk bahu Susanti untuk menenangkannya. Saat ini, Susanti bertanya, "Kamu bilang racun ular ini sangat berbahaya? Bisa membunuh orang dalam waktu setengah jam?""Ya. Waktu aku masih kecil, ada penduduk desa yang digigit ular cecak. Ayahku gagal menolongnya. Selain itu, bisa ular ini mengandung bahan afrodisiak." Selesai berbicara, Tirta tiba-tiba terpikir akan sesuatu. Dia bertanya dengan waswas, "Kamu ... nggak digigit ular itu, 'kan?""Hm, sepertinya begitu. Coba kamu bantu periksa," sahut Susanti
Tanpa perlu diragukan lagi, situasi ini benar-benar mematikan bagi Tirta. Meskipun demikian, dia tetap menahan diri. Situasi ini pun berlangsung sekitar 10 menit.Kondisi Susanti akhirnya membaik. Dia tidak lagi mengisap jari Tirta dengan kuat dan tatapannya berangsur jernih. Ketika melihat Susanti tidak bergumam lagi, Tirta bertanya, "Gimana? Sudah jauh lebih baik?"Tirta segera menarik jarinya sambil tersenyum getir. Susanti mendapati dirinya telanjang dan duduk di atas pangkuan Tirta. Dia menyahut dengan ekspresi malu, "Sudah, terima kasih sudah membantuku."Meskipun pakaian Tirta utuh, Susanti tetap bisa merasakan betapa kekarnya kemaluan Tirta. Pria ini memang mengambil keuntungan darinya sebelumnya, tetapi sekarang Susanti benar-benar luluh dibuatnya! Jika itu orang lain, belum tentu mereka akan mengambil tindakan seperti Tirta!"Uhuk, uhuk. Jangan salah paham." Tirta hendak menjelaskan bahwa Susanti yang berinisiatif duduk di pangkuannya, jadi wajar kalau dia bereaksi seperti in
"Nggak usah buru-buru, aku sudah pertimbangkan. Aku nggak akan memberi kalian uang, begitu pula ... nyawaku!" tegas Tirta.Tirta tertawa kepada Arkan, lalu menamparnya. Arkan memaki, "Sialan! Bocah berengsek! Beraninya kamu mempermainkanku!"Tentu saja Arkan marah menghadapi situasi seperti ini. Arkan hendak menarik pengaman pistol, lalu mematahkan kedua tangan dan kaki Tirta terlebih dahulu untuk menakutinya.Namun, tamparan Tirta langsung membuat kepala Arkan terpental dalam sekejap. Sementara itu, tubuh Arkan yang sudah kehilangan kepala masih mempertahankan posisi mengangkat pistol untuk mematahkan kaki dan tangan Tirta.Perubahan yang mendadak ini membuat semua orang di tempat kaget dan juga takut. Setelah tersadar, mereka berkata pada Hafiz dengan ekspresi marah."Kak Arkan! Sialan! Ternyata pemuda ini seorang ahli bela diri!""Bos, pemuda ini sudah membunuh Kak Arkan! Kalau nggak, kita langsung bunuh dia saja!"Hafiz menegur, "Sialan, bukannya orang mati itu hal yang biasa? Dulu
"Empat puluh triliun? Bukannya kalian itu polisi? Kenapa aku merasa kalian seperti bandit?" tanya Tirta.Berdasarkan ucapan Mairah, para polisi ini juga bertugas untuk mencari Susanti biarpun Tirta tidak memberi mereka uang. Lagi pula, mereka tidak menemukan Susanti. Namun, Tirta juga bersedia memberi mereka 2 triliun sebagai ungkapan terima kasih.Melihat kondisi ini, emosi Tirta tersulut. Hafiz yang memimpin melihat Tirta masih begitu muda, tetapi dia sama sekali tidak panik setelah dikepung. Tirta juga bisa menebak masa lalu Hafiz dan lainnya dari ucapan mereka.Hafiz menerka-nerka identitas Tirta, 'Eh? Sebenarnya apa latar belakang pemuda ini? Kenapa dulu aku nggak pernah mendengar tentangnya?'Salah satu bawahan kepercayaan Hafiz maju, lalu tertawa dan berujar sembari menunjuk Tirta, "Kak, pemuda ini benar-benar pintar. Dia bisa menebak profesi kita dulu."Puluhan polisi juga ikut menghina Tirta. Sikap mereka sangat keterlaluan."Benar! Dulu kami termasuk bandit. Hanya saja, akhir
Belasan menit kemudian, 13 orang terakhir juga dibunuh oleh Tirta. Setelah menyimpan Pedang Terbang, Tirta melihat mayat-mayat di tanah. Perasaannya campur aduk.Tirta merasa sejak dirinya menguasai kultivasi, hasrat membunuhnya makin kuat. Dulu dia hampir tidak pernah berpikiran untuk membunuh.Saat Tirta sedang gundah dan meragukan dirinya sendiri, suara Genta terdengar. "Kamu sudah menjalani kehidupan di luar alam fana. Kamu nggak usah sedih karena kematian para pecundang ini. Mereka nggak pantas."'Kak, aku juga manusia. Tapi, aku merasa sekarang aku nggak berperikemanusiaan sedikit pun,' balas Tirta. Dia memeluk Susanti makin erat, tetapi hatinya masih kalut.Genta bertanya balik, "Kalau begitu, beri tahu aku apa artinya berperikemanusiaan?"Tirta mendesah dan menjawab, 'Berperikemanusiaan itu ... aku juga nggak tahu. Aku cuma merasa jelas-jelas aku bisa melepaskan mereka dan menyuruh mereka bersumpah ke depannya nggak akan membocorkan hal ini. Tapi, aku tetap membunuh mereka. Kak
Pedang Terbang yang bergerak sangat cepat menebas belasan kepala ahli serangga dalam sekejap. Para ahli serangga dari Desa Hiradi dan Desa Tayur tidak mampu menangkis serangan Tirta. Serangga guna-guna yang mereka banggakan sangat lemah di hadapan Pedang Terbang, seperti anak kecil 3 tahun yang menghadapi orang dewasa.Dalam waktu singkat, puluhan ahli serangga yang awalnya sangat percaya diri merasa tidak berdaya. Mereka yang kalah telak berteriak histeris.Wafri kaget. Dia bergumam, "Apa ... yang terjadi? Pedang ini bisa terbang .... Apa aku berhalusinasi?"Namun, suara teriakan makin jelas. Wafri tidak berani berlama-lama lagi. Dia berusaha keras untuk kabur."Sialan ... sebenarnya siapa pemuda ini? Jamil berengsek! Kamu mencelakaiku!" omel Aezar. Dia yang ketakutan setengah mati juga berusaha kabur."Lari saja, aku mau lihat kaki kalian atau pedangku lebih cepat!" seru Tirta. Dia memancarkan aura membunuh.Tirta menjentik jarinya, lalu bola api muncul dan jatuh ke mayat-mayat yang
Marila segera berucap dengan ekspresi cemas, "Paman, kita jangan habiskan waktu lagi. Kita sama-sama bawa bawahanmu pergi ke Desa Benad secepatnya!""Oke, tapi naik mobil terlalu lambat. Aku suruh orang untuk cari helikopter. Kita naik helikopter ke sana saja," sahut Idris. Dia membawa Marila naik ke mobil, lalu bergegas pergi ke pusat kota.....Waktu kembali ke 2 jam kemudian. Di bawah rumah panggung Susana, sebelumnya Tirta sudah membantai belasan ahli serangga Desa Benad yang tersisa.Tiba-tiba, puluhan ahli serangga mengepung Tirta. Mereka berasal dari Desa Hiradi dan Desa Tayur. Tirta tidak ingin membunuh orang yang tidak bersalah, ditambah lagi dia ingin segera memulihkan ingatan Susanti.Jadi, Tirta tidak langsung bertindak. Dia berkata kepada puluhan orang itu, "Sepertinya aku nggak punya dendam dengan kalian. Kalau kalian nggak mau mati sia-sia, cepat minggir."Aezar mengamati Tirta dengan sinis. Dia mendengus dan berbicara terlebih dahulu, "Kamu memang nggak punya dendam den
Dua jam yang lalu, Marila langsung menelepon pamannya setelah berpisah dengan Tirta. Pamannya adalah gubernur yang memimpin Provinsi Naru. Dia merupakan pejabat yang mengurus perbatasan. Namanya Idris.Marila meminta Idris mengutus orang untuk mencari Susanti. Sementara itu, Marila yang menaiki taksi sedang dalam perjalanan untuk bertemu Idris.Tentu saja, Marila juga mempunyai alasan datang jauh-jauh dari ibu kota ke Provinsi Naru untuk mencari Idris. Awalnya Idris juga merupakan pejabat tinggi di ibu kota. Kemudian, Idris menyinggung orang hebat karena salah bicara. Dia hampir kehilangan posisi sebagai pejabat.Untung saja, Saba turun tangan untuk melindungi Idris. Namun, Idris dipindahkan ke Provinsi Naru yang terpencil karena masalah ini. Dia menjadi seorang gubernur. Kemungkinan dia tidak mempunyai kesempatan untuk kembali ke ibu kota lagi seumur hidup.Setelah itu, petinggi negara memerintahkan untuk membasmi kejahatan di seluruh negeri. Provinsi Naru adalah wilayah yang dikuasai
Apalagi kompetisi serangga akan segera diadakan. Demi memenangkan kompetisi, mereka juga ingin datang untuk mengambil keuntungan. Tujuan mereka adalah merebut Serangga Emas yang dimurnikan dengan susah payah. Jadi, mereka baru menerobos masuk ke Desa Benad.Jamil buru-buru maju dengan napas terengah-engah saat melihat kedua belah pihak yang hendak berkelahi demi merebut Serangga Emas.Jamil menunjuk Tirta yang sedang membunuh di bawah rumah panggung sambil berteriak, "Kepala desa sekalian, jangan bertengkar lagi. Serangga Emas sudah diambil oleh seorang pemuda yang datang dari luar. Nenek Benad dan ayahku sudah dibunuh olehnya!""Siapa yang membunuh pemuda itu akan mendapatkan Serangga Emas. Ayahku sudah mati, jadi aku yang membuat keputusan di Desa Benad. Aku akan membawa semua penduduk Desa Benad untuk membela pihak yang membantuku balas dendam," lanjut Jamil.Jamil meneruskan, "Kalau aku melanggar janjiku, aku akan disambar petir dan dihabisi semua serangga guna-guna. Aku akan mati
Orang yang ditarik Jayadi untuk mengadang serangan pedang Tirta sudah mati. Namun, Jayadi tidak merasa kesakitan selain kepalanya yang makin gatal dan pandangannya yang makin kabur.Jayadi berusaha mengerahkan Serangga Batu dan Serangga Pelumpuh, lalu berujar pada Tirta dengan sinis, "Pemuda sialan, hanya begini kemampuanmu? Kamu sama sekali nggak bisa melukaiku. Haha, selanjutnya sudah saatnya aku bertindak!"Sesuai namanya, Serangga Batu bisa membuat orang yang digigit membatu. Sementara itu, sekujur tubuh orang yang digigit Serangga Pelumpuh akan mati rasa. Mereka tidak akan mampu melawan lagi.Kedua serangga ini bisa memberikan efek yang sama. Jayadi yakin Tirta yang merupakan orang luar pasti tidak bisa menghadapi serangan serangganya. Nanti Jayadi bisa menghabisi Tirta dengan mudah.Hanya saja, tiba-tiba terdengar suara Jamil yang samar dan panik. "Ayah ... kamu ... nggak ... apa-apa, 'kan?""Aku ... nggak ... apa-apa ....," sahut Jayadi. Dia merasa aneh, tetapi dia tetap menangg
Tirta mendengus dan berkata, "Aku memang mau membuat perhitungan denganmu! Sekarang kamu yang cari aku, jadi aku bisa menghemat waktuku!"Tirta melihat dengan menggunakan mata tembus pandang. Ternyata Jamil yang pergi tadi sudah kembali. Dia membawa Jayadi dan belasan ahli serangga di Desa Benad. Mereka membuat masalah di bawah rumah panggung.Tirta langsung menyuruh Anton dan Yuli mengikutinya. Dia yang menggendong Susanti keluar dari kamar terlebih dahulu.Sementara itu, Jamil yang berada di bawah rumah panggung langsung panik begitu melihat Tirta keluar dari kamar sambil menggendong Susanti.Jamil yang cemburu berseru, "Ayah, pemuda itu yang membunuh Nenek Benad! Cepat bunuh dia! Jangan sampai dia membawa Susanti pergi!"Jayadi meremehkan Tirta setelah melihat tampangnya yang lucu dan wajahnya yang masih muda. Dia berucap kepada Jamil, "Jamil, dia masih muda. Untuk apa kamu takut? Tenang saja, aku nggak akan membiarkan dia pergi dari Desa Benad hidup-hidup. Wanita itu milikmu dan di