Share

Bab 260

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-05 18:00:00
Tanpa perlu diragukan lagi, situasi ini benar-benar mematikan bagi Tirta. Meskipun demikian, dia tetap menahan diri. Situasi ini pun berlangsung sekitar 10 menit.

Kondisi Susanti akhirnya membaik. Dia tidak lagi mengisap jari Tirta dengan kuat dan tatapannya berangsur jernih. Ketika melihat Susanti tidak bergumam lagi, Tirta bertanya, "Gimana? Sudah jauh lebih baik?"

Tirta segera menarik jarinya sambil tersenyum getir. Susanti mendapati dirinya telanjang dan duduk di atas pangkuan Tirta. Dia menyahut dengan ekspresi malu, "Sudah, terima kasih sudah membantuku."

Meskipun pakaian Tirta utuh, Susanti tetap bisa merasakan betapa kekarnya kemaluan Tirta. Pria ini memang mengambil keuntungan darinya sebelumnya, tetapi sekarang Susanti benar-benar luluh dibuatnya! Jika itu orang lain, belum tentu mereka akan mengambil tindakan seperti Tirta!

"Uhuk, uhuk. Jangan salah paham." Tirta hendak menjelaskan bahwa Susanti yang berinisiatif duduk di pangkuannya, jadi wajar kalau dia bereaksi seperti in
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Salman Arroyan
makin mau bab yang terakhir isi babnya makin pendek, bikin kesal bagi kita yang mengikuti membaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 261

    Tirta sedang duduk di kursi kecil dan berusaha untuk mengalihkan perhatiannya dengan memancing. Saat melihat Susanti mendekat, dia berusaha menenangkan diri dan bertanya, "Kamu ... masih mancing?""Nggak ... nggak mancing lagi. Kenapa sekujur tubuhmu basah semua?" tanya Susanti dengan kebingungan."Menurutmu? Semua ini gara-gara kamu," jawab Tirta yang masih ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya mengurungkan niatnya."Aku nggak sengaja. Semua ini gara-gara racun ular. Selain itu, jangan bilang pada siapa pun mengenai kejadian tadi. Anggap saja nggak pernah terjadi apa pun ...," kata Susanti dengan malu."Tentu saja aku nggak akan sebarkan masalah ini dengan sembarangan. Kita ini teman, aku harus menjaga nama baikmu," balas Tirta tanpa ragu-ragu.Tentu saja, setelah kejadian tadi, Tirta juga tidak yakin dengan posisi Susanti di hatinya."Ya ... kita ini ... teman," balas Susanti sambil mengangguk dengan ekspresi canggung.Tiba-tiba, ponsel Tirta berdering. Setelah mengangkat telepon i

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 262

    "Apanya yang licik? Aku cuma bicara fakta. Kalau kamu merasa nggak bersalah, kamu nggak akan keberatan dengan ancamanku ini," ujar Susanti yang merasa dirinya sudah pasti menang."Hebat sekali kamu! Pokoknya aku nggak mungkin bergabung dengan kepolisian. Tapi, kalau ada kasus yang nggak bisa terpecahkan atau kasus rumit, kamu boleh minta bantuan dariku. Ini sudah batas toleransiku yang paling besar.""Kamu jangan dikasih hati minta jantung. Kalau nggak, nggak ada lagi yang perlu kita bicarakan!" balas Tirta sambil mengepalkan tangannya dengan erat. Ingin sekali rasanya dia menggigit bagian tubuh Susanti yang montok."Boleh juga. Satu-satunya syarat adalah, kamu harus bersikap kooperatif kalau aku minta bantuan darimu," balas Susanti setelah berpikir sejenak."Nggak masalah," jawab Tirta seraya menghela napas.Tiba-tiba, muncul gelombang di permukaan air yang tenang sejak tadi. Awalnya gelombang itu tidak terlalu jelas, hanya terlihat seperti permukaan air yang tertiup angin. Namun lamb

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 263

    Jenny mengabaikan godaan wanita berambut pirang. Dia mengambil sebuah laptop dari samping tempat tidur dan mulai memberi laporan. Fakta bahwa mereka mampu mengumpulkan semua informasi ini tanpa mengusik pihak kepolisian, menunjukkan betapa hebatnya orang-orang dalam organisasi ini."Memang agak sulit, tapi jalankan saja sesuai rencanaku." Mata biru wanita itu berkilat dingin."Joko, Jack, siapa pun di antara kalian yang telah membuat polisi mengetahui masalah ini, organisasi pasti akan membuat kalian menyesal telah dilahirkan di dunia ini!"....Waktu terus berlalu detik demi detik. Sementara Tirta dan Nabila semakin cemas menunggu. Di dalam klinik, Ayu dan Melati yang lama tidak melihat Tirta juga merasa gelisah dan tidak tenang."Nabila, kamu sudah gelisah sepanjang pagi. Apa itu karena Tirta? Katakan sejujurnya, apa yang dilakukan Tirta sebenarnya?"Kedua orang itu merasa kepergian Tirta pagi ini pasti berhubungan dengan datangnya begitu banyak polisi semalam. Oleh karena itu, merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 264

    "Ini namanya nggak mau nolong? Tirta lagi nggak ada, kami semua nggak tahu caranya menawarkan racun. Mau bagaimana menolong mereka? Orang jahat memang suka berpikiran negatif!" maki Melati sambil meludah dan menutup pintu klinik dengan kesal.Boris dan Dina sedang merasa sangat pusing sekarang, sehingga tidak sempat lagi berdebat dengan Melati. Mereka bersiap-siap untuk memanggil taksi untuk pergi ke rumah sakit di kota."Sialan, kenapa tubuhku panas sekali? Kemaluanku keras sekali sekarang. Dina, biarkan aku menidurimu!" ucap Boris dengan terengah-engah setelah berjalan cukup lama."Kamu ini yang benar saja? Sudah keracunan masih bisa kepikiran hal begini?" Kepala Dina sangat pusing dan tubuhnya juga kepanasan sekarang."Duh, mungkin racun ini nggak terlalu serius. Kalau nggak, mana mungkin aku bisa sekuat ini? Sini kutiduri kamu! Mungkin setelah selesai nanti kita berdua sudah sembuh!" Pikiran Boris saat ini hanya ingin meniduri Dina dan membual seberapa kuatnya dirinya.Tidak peduli

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 265

    "Apa racunnya sehebat itu?" Wajah Nabila langsung berubah pucat."Memang begitu. Cepat ambil bubuk belerang dan taburkan di sekitar klinik. Suruh tim konstruksi di lokasi pembangunan vila untuk pulang dulu!""Nabila, kamu bawa bubuk belerang pulang, lalu taburkan di sekitar rumahmu. Hati-hati jangan sampai tergigit!" Meski agak panik, Ayu tetap bisa mengatur semuanya dengan baik."Baiklah, aku suruh orang-orang di rumah lama untuk pulang duluan. Dik Arum, kamu bantu tabur bubuk belerang di sekitar rumah!" Setelah berkata demikian, Melati langsung berlari keluar."Oke, aku cari belerangnya!" jawab Arum.""Aku juga ikutan. Aku tahu di mana letaknya!" sahut Nabila mengikutinya. Setelah melewati semalaman bersama, beberapa wanita ini sudah mulai akrab."Bibi, aku pulang dulu!" Setelah menemukan bubuk belerang itu, Nabila mengambil sebagian dan berlari pulang ke rumah.Kemudian, dia menelepon Tirta, "Tirta, di sana ada ular berbisa nggak? Jangan sampai tergigit ya, nyawa bisa melayang. Mau

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 266

    "Cih, aku masih perawan. Selain kamu, nggak ada pria lain yang pernah menyentuhku sama sekali. Mana mungkin ada airnya," ucap Susanti dengan nada manja dan wajah yang merona."Kalau kamu nggak mau makan ini, nggak ada makanan lain lagi yang kubawa!" Susanti sepertinya memahami bahwa Tirta tidak berani berbuat macam-macam padanya karena mengingat status Susanti. Hal ini membuatnya semakin ingin menggoda Tirta."Haeh, kalau kamu bukan polisi, aku memang ingin mencicipinya," keluh Tirta setelah menghela napas berat.Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah Susanti benar-benar tidak menganggapnya sebagai seorang pria? Apa dia pikir Tirta benar-benar tidak berani menidurinya? Ini keterlaluan sekali!"Cuma punya nafsu tapi nggak punya nyali. Kamu ini benar-benar pria paling pengecut yang pernah kutemui.""Huh! Kamu ini benar-benar keterlaluan! Aku nggak bisa bersabar lagi! Akan kuhabisi kamu hari ini. Kamu harus tahu kehebatanku!" seru Tirta.Ucapan Susanti yang penuh penghinaan ini membuat Tirt

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 267

    Penampilan Susanti saat ini tampak serius sehingga membuatnya terkesan sangat keren. Hati Tirta tersentuh melihatnya. Dibandingkan dengan penampilannya yang menggemaskan saat diganggu Tirta sebelumnya, Tirta merasa Susanti yang saat ini lebih memesona."Oke, lakukan sesuai perintahmu saja. Setelah pelakunya ditangkap nanti, nggak ada urusanku lagi di sini," ujar Tirta sambil mengalihkan pandangannya.Dari celah di antara pepohonan, terlihat bahwa waduk yang terletak tidak jauh dari sana semakin bergejolak. Gelombang air yang berlapis-lapis tampak menakutkan seperti ombak lautan. Di tengah waduk, samar-samar terlihat sebuah pusaran air besar yang perlahan-lahan terbentuk!"Anggota Black Gloves datang di waktu yang tepat. Makam kuno di dasar waduk ini telah hampir sepenuhnya terbuka!" Tirta juga mulai ikut panik. Rahasia seperti apa yang tersimpan di dasar waduk ini sehingga membuat organisasi luar negeri mengincarnya?....Pada saat bersamaan, di sisi lain.Di jalan menuju Desa Persik,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 268

    Di mobil paling depan, duduk seorang wanita berjaket kulit dan berkacamata hitam di kursi penumpang. Orang itu tentu saja adalah wanita berambut pirang, Alicia. Dia adalah anggota inti Organisasi Black Gloves. Namun saat ini, tidak ada polisi yang menyadari kehadirannya!...."Mereka sudah datang!"Setengah jam kemudian, Susanti dan Tirta yang bersembunyi di belakang pepohonan telah melihat tiga mobil Mercedes-Benz yang melaju ke tepi waduk. Seketika, kedua orang itu langsung menjadi gugup.Sementara itu, kedua tim bantuan Susanti juga sudah tiba. Jumlah anggota kepolisian yang berada di lokasi itu sekitar 30-an orang."Bu Susanti, bukannya mereka mau merampok makam? Kenapa nggak ada pergerakan?" tanya seorang polisi muda.Ketiga mobil itu tiba di tepi waduk dan berhenti. Namun, tidak ada seorang pun yang turun dari mobil. Jelas sekali, hal ini sangat tidak wajar."Kalau mereka nggak bergerak, kita juga jangan bertindak dulu. Anggota kita nggak banyak sekarang. Tunggu sampai Kapten Tro

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 948

    "Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 947

    Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 946

    "Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 944

    "Kak Tirta, yang kamu tulis ini benar? Benaran ada efek seperti itu?" Setelah melihat resep untuk pembesaran bokong dengan teliti, ekspresi Shinta penuh kegembiraan.Dengan resep pembesaran payudara dan bokong ini, dia akan menjadi wanita sempurna di masa depan!"Tentu saja benar, untuk apa aku menipumu?" sahut Tirta mengangguk."Tirta, aku tentu percaya dengan keahlian medismu, bahkan kamu bisa dibilang setara dengan dewa. Tapi, apa benaran khasiatnya sebagus itu? Orang mati bisa dibangkitkan kembali?" tanya Saba yang semakin terkejut setelah melihat resep itu."Itu juga benar. Selama nggak ada kerusakan otak, jantung hancur, atau berusia lebih dari 100 tahun, resep ini bisa menyelamatkan mereka. Kalau kamu nggak butuh, keluarga atau temanmu juga bisa menggunakannya. Cukup ikuti resep di atas untuk membuatnya," jelas Tirta."Oke, ini baru namanya kebal dari apa pun! Kalau digunakan di kemiliteran, ini akan sangat berguna! Tirta, terima kasih!" Ini pertama kalinya Saba menunjukkan eksp

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 943

    "Kak Saba, hadiah ini terlalu berharga. Aku nggak bisa menerimanya!" Mendengar itu, tangan Tirta sampai gemetaran. Dia hendak mengembalikan kotak hitam kecil itu.Meskipun belum pernah mendengar tentang Nagamas, dari namanya saja, Tirta bisa menebak bahwa yang tinggal di sana pasti orang-orang besar seperti Saba!Tirta merasa, sebagai orang biasa yang tidak memiliki jabatan atau kekuasaan, dirinya tidak layak tinggal di tempat seperti itu.Sementara itu, buku kecil biru itu seperti semacam surat pengampunan yang sangat berharga!Tirta merasa dirinya hanya mengobati penyakit orang, secara logika, dia tidak pantas menerima hadiah sebesar ini."Tirta, kenapa sungkan begitu sama aku? Vila itu sudah terdaftar atas namamu. Terima saja. Lagi pula, kalau aku mengundangmu untuk jalan-jalan ke ibu kota, kamu butuh tempat untuk tinggal, 'kan?" Saba melambaikan tangan dan tersenyum."Benar, barang-barang ini nggak ada artinya bagi kakek. Kak Tirta, terima saja. Kalau nggak, kamu nggak boleh mencar

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 942

    Tirta tersenyum dan berkata, "Ya sudah, besok kamu temani aku beli sayuran."Dengan mata yang berkilat, Tirta langsung menyetujui dengan cepat. Melihat Tirta setuju, Ayu merasa senang. Dia mulai memikirkan, apa yang harus dikenakan besok.....Setelah makan, sekitar setengah jam kemudian, Ayu membawa para wanita menyiram tanaman di kebun.Tirta dengan beberapa anak harimau di pelukannya, sedang duduk santai di depan pintu menikmati sinar matahari.Tiba-tiba, beberapa mobil jeep hitam berhenti perlahan di depan klinik. Pintu mobil terbuka. Shinta adalah yang pertama keluar dari mobil.Gadis itu berkata dengan girang kepada seorang pria tua di dalam mobil, "Kakek, ini tempat tinggal Tirta. Namanya Desa Persik. Ada gunung dan ada air, pemandangannya sangat indah.""Desa Persik ... bagus, bagus. Benar-benar tempat yang bagus untuk menenangkan diri. Pantas saja orang sehebat Tirta tinggal di sini." Saba turun dari mobil dan memandang sekitar.Di depan matanya, ada pegunungan hijau dan air y

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 941

    "Bi Ayu, aku sudah bawa Tirta kembali! Waktu aku sampai, dia sedang makan nasi kotak di vila!" Setelah kembali ke klinik, Arum melepaskan Tirta dan menepuk tangannya sambil berkata dengan tidak puas."Tirta, Arum sudah masak banyak makanan bergizi untukmu. Kenapa nggak dimakan dan malah pergi ke vila untuk makan nasi kotak?" tanya Ayu dengan bingung."Kenapa lagi?" Agatha tertawa dan menyela, "Karena dia nggak ingin makan kemaluan sapi!"Di sudut meja makan, Nia yang mendengar ini merasa agak malu."Tirta, terakhir kali kamu menghabiskan sepiring penuh kemaluan sapi dalam dua hingga tiga menit. Kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Arum dengan kesal. "Aku kira kamu suka makan itu, jadi aku masak dua batang kali ini!""Ya, Tirta, kenapa kali ini kamu nggak mau makan?" tanya Melati dengan bingung."Aku ... hais, aku sebenarnya nggak butuh makan itu. Tubuhku sehat-sehat saja, makanan seperti itu berlebihan untukku," timpal Tirta dengan lesu."Kenapa berlebihan? Makanan itu sangat b

DMCA.com Protection Status