Kesalahpahaman yang membuat sakit hati. Bisa-bisanya orang itu menganggap Tania adalah istri Mas Langit.Kami baru saja duduk, tidak mungkin aku terus bergelayut di lengan Mas Langit yang sekarang duduk di tengah-tengaku dan Tania sambil menggendong Keenan.“Ini istri saya, Pak. Alinea.” Sebelah tangan Mas Langit merangkul pundak.“Oh, maaf. Saya sampai salah mengenali. Kamu anaknya Pak Bagaskara ya?”“Iya, Pak.” Aku menjawab apa adanya.“Pantas saja wajahnya mirip dengan istrinya Pak Bagas.”Wajahku memang mirip Bunda tapi badanku tidak bisa sama seperti Bunda. Sudah beberapa kali melahirkan tapi badannya selalu bagus, sedangkan aku belum pernah melahirkan badan sudah mulai melar.Padahal Bunda juga sudah tidak muda lagi. Baru sekarang aku merasa tidak percaya diri karena bentuk tubuh.Pak Agung basa-basi sebentar sebelum pergi ke mejanya lagi.“Keenan sini, Nak.”Aku melirik Tania yang berniat untuk mengambil Keenan dari Mas Langit. Tapi Keenan malah menempel pada Mas Langit. Kalau
“Serius amat sih.”“Abang, jangan bercanda dong.”“Lin, nggak usah deh kamu ngorek-ngorek masa lalu. Nggak ada untungnya, yang ada malah sakit.”“Tapi aku penasaran, Bang.” Aku merengek mencoba merayu Bang Samudra agar menceritakan semua padaku.“Kamu itu nyari penyakit tahu nggak. Kalau sampai Langit tahu kamu ngorek informasi masa lalu, dia pasti gedek.”“Tapi, Bang-”“Kunci hubungan itu saling percaya, Lin. Kalau kamu aja nggak percaya sama suami kamu, ya susah. Curiga yang kamu simpen di hati itu yang nantinya jadi percikan api yang bikin kalian berantem. Coba berpikir dewasa, kalau ada sesuatu yang mengganjal di hati kamu, bicara baik-baik sama Langit jangan cari tahu sendiri begini.”Aku merasa tertampar, memang tidak seharusnya aku begini. Jadinya Bang Samudra tahu kalau aku menaruh curiga pada Mas Langit.Sepertinya memang harus bicara baik-baik.“Kamu juga nggak usah curiga sama Tania?”“Kenapa?”“Dia inceran abang.”“Hah?” Mataku melebar mendengar pengakuan Bang Samudra. “Se
POV Tania“Pulanglah, kamu jangan terus bohongi Alin cuman buat datang ke sini.”“Sebentar lagi, Tan.” Mas Langit malah semakin mengeratkan pelukannya.Aku menghela napas panjang. “Mas ....”“Sayang, ayolah. Aku loh susah banget dapat waktu biar bisa lama-lama sama kamu.”“Iya, tapi nanti. Kita ‘kan ada jadwal keluar kota satu bulan, Mas. Alin juga sendirian di rumah ‘kan, kasihan loh dia lagi sakit.”“Dia udah bisa jalan kok, ditinggal sebentar nggak masalah. Aku masih kangen tahu.”Dia langsung melepaskan pelukannya. Kecupan mendarat di kening. “Aku jadi nggak sabar.”“Sana pulang, keburu Keenan bangun nanti dia malah nangis kejer kalo lihat kamu pulang.”“Iya, iya. Cerewet banget sih istriku ini.” Mas Langit mencubit gemas pipiku.Aku dan dia memang sudah menikah, satu bulan setelah aku melahirkan. Jahat, ya, aku memang jahat karena menikah dengan suami orang. Tapi aku mencintainya, aku tidak mau kehilangan Mas Langit. Kami sama-sama saling mencintai. Tapi untuk sekarang aku mengal
POV AlinGerakan tanganku terhenti saat akan mendorong pintu, sayup-sayup kudengar suara lenguhan dari dalam ruangan Mas Langit.Lutut ini rasanya sudah lemas, pikiran sudah buruk. Kalaupun memang apa yang kupikirkan benar, aku tidak akan mungkin bergerak dengan gegabah.Sengaja ku ketuk pintu lebih dulu.“Mas Langit.”“Iya, sayang. Masuk.”Kudorong pintu ruangan itu. Tampak Tania berdiri namun napasnya seperti berat. Baju bagian depannya juga sedikit kusut. Pandanganku beralih pada Mas Langit yang kancing kemejanya terbuka, bibirnya pun bengkak, tidak hanya dia Tania pun sama kuperhatikan.Aku tetap diam pura-pura bodoh, aku ingin tahu sampai mana mereka akan bermain. Pernah disakiti sebelumnya, aku jadi lebih bisa mengendalikan saat disakiti untuk kedua kalinya. Aku tidak akan menangis lagi seperti dulu.Firasat yang kurasakan pasti tidak akan pernah salah. Ada sesuatu antara Mas Langit dan Tania, meskipun keduanya menyangka tapi aku tidak akan percaya, akan kucari bukti soal hubun
“Kamu memperjelas semuanya.” Aku manggut-manggut sambil menahan perih. Tidak menyangka dia diam-diam melakukan pengkhianatan yang menghancurkan hidupku untuk kedua kalinya.“Aku bisa jelasin-”“Nggak, nggak perlu. Semua udah jelas, aku juga nggak mau ribet. Kita ... selesai.”Mas Langit terbelalak. “Sayang-”“Jangan berani menyentuhku dengan tangan yang kamu pakai untuk menyentuh wanita lain.” Aku mundur, menghindar saat dia akan memegang tanganku. “Kamu nggak perlu lagi diam-diam menemui dia, sekarang kalian bebas. Kamu juga bisa mendapatkan anak dari dia, sesuai yang kamu mau. Apalah aku yang nggak becus, hamil saja keguguran terus.”“Alin, kita bicara baik-baik. Aku nggak maksud begitu.”“Kamu tunggu aja surat gugatan dari aku nanti.”“Alin, tolong jangan begini.” Tania buka suara.Aku beralih menatap Tania. “Ini yang kamu mau ‘kan? Ambil dia, aku nggak butuh laki-laki pengkhianat.”“Alin, kamu nggak berhak menghakimi aku kayak begitu. Laki-laki itu diperbolehkan menikahi lebih dar
POV LangitMereka pikir aku tidak bisa hidup tanpa semua fasilitas itu? Persetan! Aku juga ingin bahagia, aku ingin menjalani kehidupan sesuai dengan keinginanku.Dengan cepat aku memesan ojek online untuk pulang ke rumah Tania.“Ya ampun, Mas. Kenapa bisa begini?” Tania histeris saat aku sampai di rumah.“Aku malas membahasnya.”“Aku ambil dulu kotak obat.” Dia beranjak.Aku menghempaskan tubuh di sofa, menghembuskan napas kasar. Tubuhku rasanya remuk, belum lagi seluruh wajah berdenyut nyeri.Baru kali ini aku melihat ayah benar-benar marah, mungkin kalau papa ada aku tidak akan babak belur begini.“Minum dulu, Mas.” Tania membawakan air untukku.“Setelah ini kita nggak usah bahas soal masalah ini lagi ya, semua udah selesai. Aku sama Alin akan cerai.”Tania mengangguk tanpa membantah ucapanku. Dia lalu fokus untuk membersihkan luka di wajahku.Harga diriku seperti diinjak karena hal ini, Alin langsung memberitahu pada semua orang. Seharusnya diobrolkan dulu berdua denganku, dia mem
POV AlinSetelah urusan perceraian selesai, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Setidaknya dengan itu aku bisa melupakan apa yang sudah melukai hatiku.Hubunganku dengan orang tuanya Mas Langit masih baik, hanya saja aku memutus kontak dengan Mas Langit. Tidak ada lagi yang bisa aku bicarakan dengannya, tidak ada urusan lagi antara aku dan dia.Aku pergi bukan untuk melarikan diri tapi menyembuhkan hati. Kututup semua akses untuk mengetahui seperti apa dia dan selingkuhannya. Terakhir kudengar Omanya saja tidak peduli dengan kondisinya, bagi siapapun perselingkuhan memang tidak bisa dimaafkan.Sengaja aku memilih untuk melanjutkan kuliah di luar negeri, aku butuh suasana baru. Meski sulit meyakinkan orang tuaku agar mereka mau mengizinkan aku pergi.Bertahun-tahun kuhabiskan waktu untuk menimba ilmu di negeri orang, saat kembali ke tanah air nanti aku akan menggantikan posisi Ayah.Orang tuaku berkunjung enam kali dalam setahun, mereka seperti ke luar kota saja. Perjalanan jauh p
Aku tidak menyangka Mas Langit akan begini. Untungnya sudah bukan urusanku, suda tidak ada lagi rasa tersisa untuknya.Dulu Tania merebut Mas Langit dariku sekarang dia sekarang setelah Mas Langit menjadi suaminya, dia juga harus merasakan hal yang sama denganku. Hukum tabur tuai itu memang ada, maka aku enggan untuk menyakiti orang lain, harus berpikir ribuan kali saat akan melakukannya karena bisa jadi pembalasan itu lebih sakit dari apa yang kita lakukan.Tak!“Aww. Abang ih!” Aku meringis saat keningku disentil Bang Samudra.“Halah, malah nostalgia.”“Apa sih, siapa juga yang nostalgia. Ck.” Aku berdecak kesal lalu meneguk air mineral di depan mata.“Pakai bohong segala, kamu langsung bengong setelah lihat Langit. Gantengnya nggak luntur ‘kan?”“Tetap aja aku nggak suka sama dia.” “Lah, siapa yang bilang kamu suka sama dia coba?”“Udah ah, Bang. Nggak usah ngomongin dia, ngomongin yang lain kek.”“Soal apa?”“Terserah.”“Soal kita aja gimana?”Keningku berkerut dalam. “Hah, maksu