Ini agak mengejutkan bagi Smith. Dia awalnya berpikir harus memberi tekanan dan bujukan kepada Darwin sebelum dia benar-benar setuju menjalankan kewajibannya sesuai surat perjanjian.Smith yang berwajah serius terlihat sedikit puas. Dia mengangguk sembari berkata, "Tubuhku membutuhkan setidaknya satu tahun untuk pulih sepenuhnya."Smith menambahkan, "Selama waktu ini, kamu harus melindungi Paula dengan baik. Kalau aku tahu dia terluka sedikit pun, aku akan segera membawanya ke Swiza.""Jangan khawatir, aku pasti akan melindunginya dengan baik," janji Darwin. Dia sudah mengerti bahwa alasan utama Smith akhirnya menerima hubungannya dengan Paula adalah karena Pedro.Pria itu masih berada di luar negeri dan belum bisa melindungi Paula. Saat ini, dialah satu-satunya orang yang benar-benar bisa melindungi Paula.Smith merenung sejenak sebelum bertanya lagi, "Apa pendapatmu tentang Keluarga Bramasta?"Raut wajah Darwin menjadi lebih serius. Dia menjawab dengan sungguh-sungguh, "Kasih aku wak
Darwin tetap tenang sambil tersenyum, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa cemas. Namun Smith yang sangat ahli membaca ekspresi orang, berhasil menangkap kilatan keterkejutan di mata Darwin. Dia pun menyindirnya dengan beberapa kalimat tajam."Tenang saja, Kakek. Aku nggak akan mengecewakanmu," ucap Darwin dengan tenang sambil merapikan dokumen-dokumen tersebut.Smith mulai melihatnya dengan sedikit rasa kagum, lalu membalas, "Haha. Bagus sekali! Kamu mengingatkanku pada diriku sendiri di masa muda."Perlu diketahui, ketika Pedro pertama kali diperkenalkan pada bisnis ilegalnya, dia sangat ketakutan hingga tidak bisa tidur selama beberapa hari. Pedro bahkan terus mencoba membujuknya agar keluar dari dunia itu.Pada akhirnya, Pedro harus menerima kenyataan bahwa di masyarakat ini, ada yang baik dan ada yang buruk. Jika bukan Smith yang mengendalikan sisi gelap, akan ada orang lain yang melakukannya.Namun, dengan memegang kendali, Smith bisa membuka jalan terang bagi mereka yang terjebak
"Aku nggak berani macam-macam di depan Pak Darwin. Pak Smith suruh kalian cepat pergi," ucap Martin sambil bersandar di pintu. Dia mengisyaratkan mereka untuk keluar.Paula menegaskan, "Aku mau bertemu Kakek."Martin melihat jam tangan dan mendesak, "Pak Smith sudah tidur. Kalau kamu nggak mau merepotkan Pak Smith, cepat pergi ke bandara."Melihat Paula hendak pergi melihat Smith, Darwin menggandeng tangan Paula dan berjalan keluar sembari membujuk, "Ikuti dia saja, ayo kita pergi. Kakek pasti punya alasan sendiri berbuat seperti ini. Kalau ada Pak Martin, semua pasti baik-baik saja."Martin memutar bola matanya pada Darwin. Dia merasa penilaian Darwin kepadanya terlalu tinggi. Darwin dan Paula tidak tahu Martin pasti sangat sibuk setelah mereka pergi.Martin melihat Paula tampak cemas dan terus memandang ke kamar Smith. Jadi, dia berkata, "Setelah masalah di sini selesai, Pak Smith akan menghubungimu."Setelah naik ke mobil, Paula bersandar pada jendela mobil dan berpesan pada Martin,
Saat Darwin hampir mendekati Paula dan Pedro, dia mendengar Pedro berteriak, "Kalau kamu nggak suka dia, kenapa kamu mau ikut dia pulang? Apa kamu perlu mengorbankan seumur hidupmu untuk membalas kebaikannya?"Darwin merasa gugup. Dia ingin melihat ekspresi Paula. Namun, kebetulan beberapa staf lewat di depan Darwin sambil mengangkat papan iklan sehingga menghalangi pandangan Darwin.Setelah para staf itu lewat, Darwin tidak melihat Paula dan Pedro lagi. Darwin bergegas masuk ke ruang tunggu dan melihat Paula yang duduk di sofa memandangi ponsel seraya termenung.Darwin menghampiri Paula dan bertanya dengan lembut, "Apa yang kamu pikirkan?"Paula kaget sampai-sampai ponselnya jatuh ke lantai. Dia buru-buru mengambil ponselnya, tetapi dia tidak berani bertatapan dengan Darwin. Paula hanya menyahut dengan singkat, "Nggak ada."Tadi, Rhea mengirim pesan kepada Paula. Rhea mengatakan sepertinya dia hamil dan ayah dari anaknya adalah Charlie. Namun, Rhea tidak ingin menikah dengan Charlie.
"Apa pertanyaan ini sangat sulit dijawab?" tanya Darwin. Melihat respons Paula, Darwin merasa Paula sengaja berpura-pura untuk menghindari pertanyaannya.Paula mengerjap. Dia bisa merasakan Darwin sedang marah. Paula segera membujuk, "Bukan, aku hanya nggak menyangka ...."Sebelum Paula menyelesaikan perkataannya, Darwin hendak mengambil ponsel Paula sehingga Paula langsung menyembunyikan ponselnya.Gerakan Darwin terhenti. Dia tersenyum getir dan bergumam, "Sepertinya aku yang terlalu percaya diri."Darwin mengira mereka adalah pasangan kekasih yang mesra. Jadi, seharusnya mereka bisa berbagi semua rahasia.Namun, sudah jelas Paula tidak berpikiran seperti itu. Apa Paula menikah dengan Darwin hanya untuk membalas kebaikannya?Mendengar nada bicara Darwin yang sedih, Paula ingin menjelaskan. Namun, Wilson kebetulan masuk untuk memberi tahu mereka sudah saatnya naik ke pesawat.Darwin langsung berdiri dan berjalan ke luar. Dia terlihat murung. Wilson pun melihat Paula, tetapi Paula juga
Darwin melihat tulisan di layar laptop yang diketiknya dengan asal. Dia memijat keningnya karena merasa gusar.Saat melihat Paula sudah tertidur, Darwin meminta selimut kepada pramugari dan menyelubungi tubuh Paula. Kebetulan pesan dari Rhea masuk dan Darwin melihat sebagian dari pesannya.[ Jangan ragu-ragu untuk mencintainya .... ]Apa yang dimaksud Rhea adalah Pedro? Paula baru mengenal Pedro beberapa hari, apa hubungan mereka sudah begitu dekat?Darwin hendak mengambil ponsel Paula. Namun, saat tangannya menyentuh layar ponsel Paula, Darwin menarik tangannya kembali. Kemudian, dia melihat pesan Rhea yang kedua.[ Cinta pada pandangan pertama sangat berharga .... ]Ternyata mereka cinta pada pandangan pertama! Hati Darwin terasa sakit. Darwin terus memandangi wajah Paula. Dia melihat Paula mengernyit sembari mengigau.Darwin mendekati bibir Paula dan hanya mendengar beberapa kata. "Darwin, jangan ... aku mohon ... jangan ...."Paula meneteskan air mata. Darwin teringat tadi Paula me
Paula tidak tahan mendengar hinaan mereka lagi. Dia berusaha untuk meninggalkan tempat itu. Namun, mereka terus mendekati Paula dan aura mereka yang mengintimidasi membuat Paula merasa sesak.Paula mendengar seseorang tertawa dan berkata, "Haha, kita sudah lama nggak bertemu. Kamu masih begitu humoris."Paula membuka mata. Akhirnya, dia terbangun dari mimpi buruknya. Paula memegang dahinya yang berkeringat.Suara yang familier terdengar lagi. "Aku nggak menyangka kita akan bertemu dengan cara begini."Suara orang itu membuat Paula sepenuhnya sadar. Dia memandang ke arah suara dan melihat Darwin sudah meninggalkan tempat duduknya. Darwin duduk di bagian kanan depan.Sementara itu, seorang wanita yang berpakaian formal duduk di samping Darwin. Auranya mirip dengan Darwin, mereka sama-sama orang pintar.Perbincangan mereka dimulai dari basa-basi hingga ilmu kedokteran yang tidak dipahami Paula. Saat ini, Paula menyadari ekspresi Darwin tidak terlihat dingin lagi. Sebaliknya, Darwin terlih
"Ada apa?" tanya Darwin berusaha memelankan suaranya. Dia hendak menunduk untuk melihat ekspresi Paula, tetapi Paula memalingkan wajah dan tidak ingin Darwin melihatnya."Kalau kamu nggak mau pulang ke ibu kota ...," ucap Darwin. Dia menduga apakah Paula menangis karena enggan meninggalkan Pedro. Dugaan ini membuat perasaannya tidak nyaman."Siapa yang nggak mau pulang ke ibu kota?" balas Paula yang tiba-tiba mendongak. Dia menunjukkan semua kekhawatirannya di dalam mimpi melalui ekspresinya.Paula melanjutkan dengan suara yang terdengar sedih, "Tenang saja. Setelah pulang, aku nggak akan mengganggumu."Sekalipun Darwin ingin bersama teman SMA atau teman kuliahnya, Paula tidak akan mengganggu Darwin!"Kamu benar-benar nggak berpikir nggak mau pulang ke ibu kota?" tanya Darwin untuk memastikan. Raut wajahnya yang tegang seketika tampak lebih tenang.Paula menggigit bibirnya. Air mata menetes dari matanya yang memerah. Dia tampak seperti diintimidasi oleh Darwin. Melihat ini, Darwin mera