"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Alif dengan bingung.Sheila menarik Alif hingga berjongkok, lalu berbisik di telinganya, "Kakak seharusnya tahu, 'kan? Darwin punya pacar bernama Paula di ibu kota. Kudengar Darwin sangat menyukainya. Kalau terjadi sesuatu pada Paula, dia pasti akan kacau balau."Alif memicingkan matanya. Mengapa dia tidak pernah menyadari sebelumnya bahwa "adik" yang baru mereka temukan ini begitu keji?"Kenapa menatapku begitu? Aku hanya memikirkan kebaikan Keluarga Fonda!" ujar Sheila sambil memelototi Alif.Alif segera menetralkan ekspresinya, lalu sengaja bertanya dengan nada ragu, "Kita nggak sedang di ibu kota, gimana kita bisa menangani wanita itu?""Heh! Aku sudah mengatur orang ke sana, tapi Darwin yang licik memberikan alamat palsu pada orangku. Kakak harus membantuku mendapatkan alamat asli Paula. Kakak sanggup, 'kan?" tanya Sheila sambil menatap Alif lekat-lekat."Aku belum lama kenal Darwin, dia nggak pernah cerita soal hal-hal ini padaku," jawab Alif.
Alif tidak sempat melaporkan hal ini pada Darwin. Saat ini, dia hanya bisa membalas pesan Aurel menggunakan ponsel Sheila.[ Rencana batal. Jangan sentuh Paula! ]Balasan Aurel segera masuk.[ Kamu sinting, ya? Kamulah yang menyuruhku menghabisinya, sekarang kamu juga yang melarangku! Rencana sudah separuh jalan, sudah terlambat buat mundur! ]Alif mengirimkan satu pesan lagi.[ Kalian akan menyesal kalau menyentuh Paula! ]Setelah lewat beberapa menit, pesan balasan dari Aurel tidak kunjung datang. Alif mencoba menelepon, tetapi Aurel tidak menjawab. Sepertinya wanita itu tidak mau menghiraukannya lagi. Nyawa Paula dalam bahaya!Alif hendak menghubungi Darwin, tetapi Ian dan Koa tiba-tiba masuk ke ruangan sebelum dia sempat menelepon."Kak, kenapa kamu menyuruh kami ke sini? Kami lagi sibuk banget, nih!" ujar Ian sambil memegang setumpuk dokumen. Sepertinya dia buru-buru datang dari meja kerjanya.Koa tidak ahli mengelola perusahaan dan hanya ditugaskan membantu-bantu. Jadi, dia tidak
"Jarak dari sini ke ibu kota setidaknya empat jam penerbangan. Waktu kita sampai, mungkin segalanya sudah terlambat," ucap Alif sambil menghela napas.Saat melihat ekspresi Alif, Ian sudah menduga ada masalah yang dicemaskan kakaknya. Dia juga mengernyit frustrasi. Namun, apa keuntungan memang lebih penting dari nyawa seseorang?"Aku tahu! Kita cari Pak Martin! Kak Darwin pernah bilang kalau kita punya masalah, kita bisa mencari Pak Martin. Dia pasti bisa membantu! Bukannya dia juga yang menyelamatkan Ayah?" ucap Alif sambil menarik Ian pergi.Tak berapa lama, Alif tiba-tiba melepaskan tangan Ian dan berkata, "Kamu tetap di sini. Awasi Sheila dan tenangkan orang-orang di perusahaan."Ian juga mencemaskan Paula, tetapi sekarang perusahaan butuh seorang pemimpin. Jadi, dia tidak membantah dan langsung mengangguk setuju.Alif menoleh pada Koa yang masih berlari di belakang. Dia berkata padanya, "Koa, cepat hampiri lokasi Kak Darwin. Cari cara untuk memberitahukan bahaya yang mengincar Pau
Rhea segera menghubungi nomor Paula, tetapi tidak ada yang menerima panggilan. Kemudian, Rhea bertanya kepada dokter yang berada di dalam mobil dengan suara bergetar, "Dokter, gimana kondisinya?""Dia cuma menghirup gas beracun. Untungnya, jumlah yang dihirup nggak terlalu banyak. Dia akan siuman dalam beberapa jam," jelas dokter."Hentikan mobilnya!" perintah Rhea sambil menepuk kursi sopir. Begitu mendapat jawaban pasti, wanita itu langsung menyuruh sopir menghentikan mobil.Ketika melihat tingkah panik Rhea, sopir pun khawatir wanita itu akan meraih setir dan membunuh mereka semua. Dia segera menghentikan mobil di pinggir jalan.Rhea pun bergegas turun dan menelepon pengawal. Dia mengutus 2 pengawal untuk membantu Charlie di rumah sakit, lalu mengutus sisanya ke TKP untuk mencari Paula.Kemudian, Rhea segera menghentikan taksi untuk kembali. Namun, sebelum tiba, Paula sudah meneleponnya. Wanita itu berkata, "Rhea, aku baik-baik saja."Rhea akhirnya merasa tenang. Dia bertanya, "Kamu
Usai berbicara, Aurel terbatuk karena asap yang tebal. Kemudian, dia tidak berbasa-basi dengan Paula lagi dan menghantamkan tongkatnya ke kepala Paula.Namun, Paula tidak merasakan sakit apa pun. Seseorang menariknya ke pelukan. Paula mengangkat kepalanya, tetapi malah melihat wajah yang sangat tidak ingin dilihatnya."Richie?" Paula merasa heran. Kenapa Richie menghalangi pukulan Aurel untuknya? Apa ini hanya sandiwara Richie dengan Aurel?"Kamu baik-baik saja, 'kan? Maaf, aku datang terlambat," ujar Richie sambil menatap Paula dengan penuh kasih sayang. Dia sama sekali tidak peduli pada kepalanya yang berdarah.Paula mendorongnya dengan tidak acuh, lalu bertanya, "Tipu muslihat apa lagi yang kalian mainkan?"Richie terburu-buru untuk menjelaskan, tetapi Aurel merespons terlebih dahulu, "Haha. Baguslah kalau kamu datang. Kamu nggak berniat membunuh Paula sejak awal, 'kan? Kamu ingin aku menjadi penjahat, lalu kamu menjadi pahlawan. Benar begitu?"Tatapan Aurel seperti orang yang kehil
Richie masih berharap bisa mendapatkan kembali kasih sayang dari kakeknya dengan cara memanfaatkan Paula. Jadi, dia jelas tidak ingin menyakiti Paula saat ini.Melihat keraguannya, Aurel mencibir dan langsung melemparkan pemantik ke arah Richie. Naluri untuk bertahan hidup membuat Richie secara refleks menarik Paula untuk dijadikan tameng.Paula yang ketakutan segera mencoba meraih pemantik itu. Namun pemantik tersebut tidak jatuh ke arahnya, melainkan ditendang ke samping oleh seseorang sebelum dia sempat menyentuhnya."Nona Paula!" seru Winelli yang tiba-tiba muncul. Dia menendang Richie hingga jatuh dan menarik Paula ke belakangnya untuk melindunginya.Melihat ada penyelamat yang datang, Richie segera bangkit dan berusaha mendekati Winelli untuk mencari perlindungan. Pria itu berseru, "Cepat tangkap Aurel si gila itu. Dia mau membakar kami!"Aurel tidak menyangka akan ada seseorang yang muncul dan mengacaukan rencananya. Kini, dia tak punya jalan keluar lagi. Jika Paula keluar dari
Aurel berlari keluar dari gedung dan tiba-tiba bertabrakan dengan seorang petugas pemadam kebakaran yang datang."Ah!" Richie menjerit kesakitan.Petugas pemadam kebakaran segera menyemprotkan alat pemadam api ke tubuhnya, lalu api di tubuh Richie pun padam dengan cepat."Aurel, aku mau balas dendam!" marah Richie. Dia berusaha bangkit dan berlari ke arah Aurel untuk mencekiknya.Namun, dua petugas pemadam kebakaran menahannya dan tidak membiarkannya bergerak. Salah satu dari mereka memelototinya dan berucap dengan tegas, "Tubuhmu mengalami banyak luka bakar. Jangan bergerak sembarangan!"Baru setelah kemarahannya mereda, Richie merasakan sakit yang menusuk di seluruh tubuhnya. Ketika petugas pemadam kebakaran mengangkatnya ke tandu, dia sudah tidak bisa melihat keberadaan Aurel lagi.Richie bersumpah akan memastikan Aurel membayar harga yang setimpal atas kejadian ini. Setelah keluar dari gedung, Aurel merasa pusing karena menghirup terlalu banyak asap. Petugas medis yang berjaga di l
Setelah duduk di luar selama beberapa menit, perasaan Paula sudah sepenuhnya tenang. Ketika dia berencana untuk menghubungi Rhea, tiba-tiba panggilan video dari Darwin masuk."Kamu nggak apa-apa?" Suara dan langkah Darwin terdengar sangat cemas. Dia sepertinya baru keluar dari ruang rapat, diikuti oleh beberapa orang penting yang berpengaruh.Orang-orang itu memandang Darwin dengan kesal. Mereka merasa bahwa tindakannya adalah bentuk penghinaan dan tantangan terhadap mereka.Salah satu orang berteriak dengan nada marah untuk menghentikan Darwin, "Pak Darwin, kamu pasti tahu betapa pentingnya rapat ini. Apa kamu yakin mau meninggalkan rapat di tengah jalan?"Darwin menoleh dan menatapnya dengan dingin, lalu mendengus tanpa berkata apa-apa. Dia terus berjalan keluar. Orang itu terlihat sangat marah. Matanya membelalak seakan ingin mencabik-cabik Darwin.Paula yang melihat hal itu merasa sedikit khawatir. Dia segera berujar sambil menggeleng, "Aku nggak apa-apa, kamu lanjutkan pekerjaanmu
Hanya saja, Darwin tahu Freda sangat protektif sampai-sampai bisa bersikap tidak masuk akal. Jika Darwin tidak menunjukkan dirinya sangat menghargai Paula, Freda pasti akan menganggap Paula sebagai orang luar dan mewaspadainya.Lama-kelamaan, di antara Darwin dan Paula pasti akan muncul konflik karena hal ini. Freda menggenggam tangan Paula dan berkata seraya tersenyum lembut, "Oke, aku tahu kamu itu anak yang baik."Freda juga merasa senang Darwin bisa menemukan wanita yang disukainya. Darwin bertanya, "Tadi kamu mau bilang apa?"Freda memukul kepalanya dan menyahut dengan ekspresi cemas, "Keluarga Fonda sudah pindah. Nona Sheila pindah ke kediaman tua dengan alasan rumahnya sudah tua. Entah kenapa, dia berselisih dengan Nyonya Kara sampai-sampai Nyonya Kara pingsan."Darwin yang khawatir bertanya, "Bagaimana kondisi ibuku sekarang?"Paula juga khawatir. Sebelumnya Paula pernah melihat Kara. Dia sudah tua sehingga tidak boleh mengalami syok.Freda menjawab, "Dokter sudah memeriksa Nyo
Paula menggoyang lengan Darwin dan bertanya, "Kamu masih marah? Dia masih muda dan gegabah, untuk apa kamu perhitungan dengannya?"Darwin mendengus, lalu bertanya balik, "Kamu menganggap aku tua?""Aku nggak berani. Pak Sasongko masih muda dan kuat, hal ini nggak perlu diragukan lagi," timpal Paula seraya mengedipkan matanya.Darwin langsung teringat semalam mereka bercinta dengan intens. Dia pun tersenyum. Darwin menjelaskan tindakannya tadi, "Keluarga Sudarmo lebih rumit dari yang kita bayangkan. Kalau Harry terus bertindak gegabah, dia pasti akan celaka dalam waktu singkat."Waktu itu, Darwin setuju Harry masuk ke Grup Sasongko karena kakek Harry memohon pada Terry. Jadi, dia menghormati kakek Harry. Selain itu, Darwin pernah menyelidiki Harry. Dia tahu Harry tidak jahat.Paula langsung memuji, "Aku tahu kamu sangat baik."Mereka pulang ke vila. Freda menyambut mereka dengan ekspresi cemas. Dia melihat Darwin dan tampak ragu-ragu untuk bicara."Ada apa? Bilang saja," ujar Darwin. Di
Jadi, sekarang Darwin tidak mungkin mendepak Harry. Dia hanya ingin menegur Harry agar dia menyadari kenyataannya.Namun, Harry tidak mengetahui hal ini. Dia melihat Darwin menelepon Wilson dan menyuruhnya mencari orang lain untuk mengambil alih proyek ini. Harry pun panik.Darwin sudah memutuskan untuk mengabaikan Keluarga Sudarmo dan mendepaknya dari Grup Sasongko. Ketika Harry baru masuk ke Spirit Animation, dia terus membuat masalah.Meskipun begitu, Darwin tetap membantu Harry. Jadi, Harry menganggap Darwin tidak berani menyinggung Keluarga Sudarmo dan memecatnya.Sekarang Harry baru menyadari kali ini Darwin benar-benar ingin mendepaknya. Dia menarik lengan baju Darwin dan memohon, "Aku memang salah. Aku mohon beri aku kesempatan lagi.""Apa?" tanya Darwin yang berpura-pura tidak mendengar ucapan Harry.Harry merasa dipermalukan. Namun, dia tetap membungkuk dan menegaskan, "Aku mohon beri aku kesempatan lagi."Paula berdeham. Dia memperingatkan Darwin agar tidak terlalu berlebiha
Melihat Paula marah, Harry bergegas mengejar Paula dan memelas, "Maaf, aku salah. Kalau kamu nggak mau bergabung dengan Light Animation, kita tetap bekerja di Spirit Animation. Kamu nggak akan meninggalkan proyek ini, 'kan?"Walaupun Harry agak posesif terhadap Paula, dia tetap mementingkan proyek. Harry tidak ingin menghancurkan proyek karena masalah pribadi. Dia yakin Paula mempunyai pemikiran yang sama dengannya.Hanya saja, Harry mengabaikan Darwin. Sebenarnya Darwin adalah orang yang bisa menentukan nasib proyek.Sebelum Paula menjawab pertanyaan Harry, Darwin berujar dengan dingin, "Tentu saja Paula nggak akan meninggalkan proyek ini. Tapi, kamu nggak usah bekerja di Spirit Animation lagi.""Kenapa?" tanya Harry dengan ketus.Harry tersenyum sinis dan bertanya balik, "Menurutmu?"Darwin merupakan bos dari Spirit Animation, jadi dia bisa memecat Harry. Apa Harry tidak bisa menduganya?Harry baru memahami maksud Darwin. Dia mulai panik karena dirinya sudah berjuang untuk proyek ini
Harry tidak menutupinya. Dia langsung menjawab, "Light Animation."Darwin mengangkat alis, sepertinya dia tidak pernah mendengar perusahaan animasi ini. Paula juga demikian, dia bertanya, "Itu perusahaan baru?"Harry mengangguk seraya menyahut, "Aku pernah bertemu penanggung jawab mereka. Dia sangat kreatif. Lebih cocok untuk perkembangan proyek kita daripada Grup Sasongko.""Siapa nama penanggung jawab itu?" tanya Darwin."Henley," jawab Harry. Awalnya dia memang ingin membahas hal ini dengan Paula. Jadi, dia tidak berniat menutupinya."Apa orang itu berasal dari luar negeri?" tanya Paula sembari mengernyit. Dia curiga Harry ditipu.Harry menggeleng dan menjawab, "Bukan."Paula yang cemas bertanya lagi, "Sejak kapan kamu kenal dia? Kamu sudah tunjukkan sketsaku kepadanya?"Harry segera menyahut, "Tentu saja belum. Aku juga nggak bodoh. Aku baru kenal dia semalam."Paula yang merasa tidak berdaya melihat Tristan, kenapa dia tidak membujuk Harry? Tristan berucap, "Aku sudah membujuknya.
Darwin menatap Paula dengan ekspresi tak berdaya, tetapi penuh kasih. Dia menghela napas sebelum membalas, "Aku ikut denganmu. Kamu nggak akan keberatan, 'kan?""Tentu saja nggak. Kamu bos perusahaan, nggak ada rahasia yang kamu nggak boleh tahu," jawab Paula dengan gembira, lalu beranjak ke kamar tidur untuk ganti baju.Setelah keduanya siap dan makan siang, mereka pergi ke kafe yang sudah disepakati. Ketika mereka tiba, Harry dan Tristan sudah menunggu lebih dari satu jam.Bukan karena Paula terlambat, tetapi karena Harry yang terlalu bersemangat. Dia tiba-tiba mendapat ide baru yang ingin segera dibagikan kepada Paula.Itu sebabnya, ketika Paula masuk dengan Darwin yang memakai masker, dia hanya melihat wanita itu dan langsung mendekatinya dengan penuh semangat.Harry bahkan meraih tangannya. Akan tetapi, Darwin segera memutar tangannya ke belakang dan mendorongnya menjauh."Siapa kamu? Mau apa?" tanya Harry yang menatap Darwin dengan marah. Beberapa saat kemudian, dia cemberut dan
Untuk beberapa saat, Paula tidak mendengar respons dari Darwin. Ketika menoleh, dia melihat ekspresi Darwin sedikit aneh seperti sedang kesal sendiri.Paula menyentuh dagunya sambil bertanya, "Kenapa? Kok kelihatannya nggak senang?"Darwin memandangnya dengan tatapan kecewa. Pria itu bertanya, "Kamu sama sekali nggak punya impian tentang pernikahan ya?"Meskipun tidak bisa mengumumkan hubungan ini dan tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, mereka sudah menikah dan resmi menjadi suami istri.Bukankah seharusnya ada antusiasme untuk membeli cincin, foto bersama, atau rencana bulan madu? Menurut Darwin, biasanya wanita yang jatuh cinta pasti punya harapan-harapan seperti itu.Mata Paula berkedip cepat dan menyiratkan sedikit kebingungan. Bukannya antusias, pernikahan lebih membuatnya cemas, takut, dan merasa bakal ada banyak masalah.Paula bahkan sudah membayangkan bagaimana nanti harus menghindari sorotan media, menghadapi wanita yang mengejar Darwin, dan menghadap keluarganya.Darwin t
Paula sudah punya firasat tentang dua buku kecil itu. Saat mengambilnya, tangannya sedikit bergetar.Ketika membuka dan melihat foto dirinya dan Darwin di halaman dalam, bibir Paula tak bisa menahan senyum. Darwin terus mengamati ekspresi Paula. Melihat dia tidak marah, hatinya merasa lega.Darwin menjelaskan, "Sebenarnya aku mau membawamu ke Kantor Catatan Sipil. Tapi, Wilson malah mengambil keputusan sendiri ...."Sebelum selesai bicara, tiba-tiba Darwin merasakan sentuhan hangat di bibirnya. Dia sontak menahan kepala Paula dan memperdalam ciuman itu.Setelah mereka berhenti, Darwin menatap mata Paula yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa begitu hangat.Darwin tiba-tiba berucap, "Makasih."Paula menyandarkan diri di dada bidang Darwin. Dia bertanya sambil tersenyum, "Untuk apa?"Darwin menjelaskan dengan serius, "Makasih karena kamu hadir dalam hidupku. Makasih karena kamu kasih aku kesempatan untuk berada di sisimu. Makasih karena kamu nggak menolak untuk menikah denganku ...."
Wilson merasa ada masalah dengan pikiran wanita itu. Dia mencoba menghentikan Fanny sambil mendesak para pengawal untuk segera datang.Begitu disentuh, Fanny langsung terjatuh ke jalan. Bahkan, sesaat kemudian wajahnya sudah penuh dengan luka memar. Untuk menjebak orang, dia benar-benar tega menyakiti dirinya sendiri.Para pengawal yang melihat pemandangan ini pun terkejut. Dalam kesan mereka, Wilson selalu lembut dan sopan. Kalau ada yang perlu dipukul, seharusnya itu tugas mereka, 'kan?"Cepat bawa orang ini pergi!" pinta Wilson dengan tidak sabar. Dia juga mengingatkan para pengawal, "Hati-hati, dia bawa kamera tersembunyi."Mendengar ini, salah satu pengawal langsung meraih kancing baju Fanny untuk memeriksanya. Wanita itu segera meronta-ronta sambil berseru, "Pelecehan! Tolong, ada pelecehan!"Pada saat yang sama, pintu vila terbuka. Paula muncul dengan ekspresi bingung ketika melihat semua keributan di luar.Awalnya, Paula hanya ingin ke toilet. Berhubung mendengar suara bel yang