Setelah Darwin masuk ke mobil, bawahan segera memberinya ponsel baru. Darwin langsung menelepon Paula.Darwin tahu tujuan Martin sehingga yakin pria itu tidak akan melukai Paula. Itu sebabnya, dia tidak langsung mendatangi Paula tadi.Namun, 30 menit adalah batas kesabaran Darwin. Tidak peduli apa yang terjadi, dia tetap harus bertemu dengan Paula."Pak, ada masalah di ibu kota. Obat baru kita bermasalah lagi," lapor Wilson yang memperlihatkan layar laptop kepada Darwin.Namun, Darwin tampak menatap layar ponselnya lekat-lekat. Paula tidak menjawab panggilannya. Nomor Paula bisa dihubungi, tetapi wanita itu tidak menerimanya. Apakah terjadi sesuatu atau Paula tidak ingin berbicara dengannya? "Pak, kita harus segera kembali ke ibu kota," ujar Wilson untuk memperingatkan. Darwin membantu Keluarga Fonda melawan orang-orang itu. Itu artinya, mereka akan membalas dendam kepada Grup Sasongko.Makanya, obat mereka baru diluncurkan, tetapi sudah bermasalah. Jika tidak diatasi dengan baik, rep
Setelah memikirkan ini, suasana hati Darwin menjadi makin buruk. Dia berharap Paula tidak termakan tipuan Martin.Paula menatap layar ponselnya yang berkedap-kedip. Dia tidak berani menjawab panggilan itu. Ini karena Martin memberitahunya bahwa perusahaan penelitian Darwin akan hancur jika menolak mengikutinya pergi.Setelah itu, nama baik Darwin akan tercoreng dan orang-orang akan membencinya. Sebenarnya, Darwin dan Paula belum mengenal cukup lama. Namun, Paula tahu Darwin yang merupakan pewaris Grup Sasongko sangat tertarik pada penelitian. Perusahaan itu mungkin adalah semangat hidupnya."Setahuku kalian belum mengenal lama. Tapi, perasaan kalian terhadap satu sama lain sudah begitu mendalam?" goda Martin.Paula menatap matanya dan membalas, "Cinta nggak ada hubungannya dengan waktu dan uang. Hanya perlu 2 hati yang saling mencintai.""Jawaban yang sangat romantis," ujar Martin yang jelas tidak peduli dengan pernyataan Paula."Kamu yakin akan membantu Keluarga Fonda melewati krisis
"Perjodohan hanya mengikat kedua insan yang nggak saling mencintai. Mereka akan menjadi pasangan penuh kebencian. Apa bagusnya dari hal seperti ini?" tanya Paula yang tidak menyetujui pernyataan Martin.Selain itu, Paula merasa Martin memiliki maksud lain sehingga berbicara seperti ini. Jangan-jangan Martin akan menggunakan metode jahat supaya dijodohkan dengan Rhea? Namun, selama ada Darwin di Keluarga Sasongko, mereka tidak mungkin mengorbankan kebahagiaan Rhea."Bukannya 2 orang yang terikat kepentingan dan punya tujuan bersama akan mencintai sesama?" tanya Martin sambil melipat lengan di depan dada. Dia melirik Paula, seolah-olah Paula hanya anak kecil yang tidak memahami dunia orang dewasa."Cinta hanya sesuatu yang gegabah. Cinta bisa berubah dan hilang. Tapi, hubungan keluarga dan kepentingan nggak akan pernah berubah," lanjut Martin.Paula terkekeh-kekeh dan membalas, "Mencintai bukan berarti memiliki, apalagi mengurung. Meski orang yang kamu cintai nggak di sisimu, kamu akan b
Sebenarnya, Martin tidak punya rencana jahat terhadap Paula. Hanya saja, Paula terlihat terlalu polos sehingga membuatnya ingin menindasnya. Jika melihat Paula marah, Martin akan merasa seru.Lagi pula, Paula ditakdirkan untuk hidup dalam kegelisahan. Tidak masalah jika menindasnya duluan. Setelah terbiasa, Paula baru bisa melawan orang-orang jahat itu."Kamu terus merasa kalau Darwin mencintaiku, dia seharusnya mengabaikan semua urusannya dan langsung datang kemari untuk melindungiku. Tapi, aku sudah dewasa. Aku seharusnya melindungi diriku sendiri. Apa urusannya dengannya?""Kalau Darwin lebih mementingkan hubungan percintaan daripada tanggung jawabnya, justru aku meremehkannya," jelas Paula. Suaranya tidak terdengar besar ataupun marah. Meskipun demikian, perkataan ini mengenai lubuk hati Martin.Martin mengangkat alisnya sedikit. Dia tidak menyangka Paula yang terlihat lemah lembut ternyata memiliki hati yang begitu besar."Gimana kalau ternyata dia sedang bersama Sheila? Kamu juga
Ketika melihat Paula di dalam mobil, Harry tersenyum bodoh sambil berujar, "Tuan Putri, jangan takut! Aku akan segera menolongmu!"Selesai mengatakan itu, Harry menambah kecepatan motornya untuk mengadang di depan mobil. Paula tentu memahami niat Martin. Dia segera menarik pakaian sopir dan berteriak, "Berhenti!"Akan tetapi, sopir tidak akan menginjak rem tanpa perintah dari Martin. Mobil makin dekat dengan Harry. Harry si bodoh masih mengira Martin tidak berani menabraknya. Dia malah berlagak keren di sepeda motornya."Aku setuju!" Di momen genting, Paula akhirnya berteriak untuk menyetujui. Martin pun memberi isyarat supaya mobil berhenti. Jarak mereka hanya tersisa beberapa sentimeter dari Harry."Buset! Hebat sekali kemampuan menyetirmu!" Harry mengacungkan jempol kepada sopir. Sebelum sopir bereaksi, Harry mencoba untuk menghantam kepala sopir itu ke setir.Sayangnya, Harry telah meremehkan kemampuan si sopir. Dia bukan hanya gagal membuat sopir itu jatuh pingsan, tetapi tanganny
Harry mendongak dan tersenyum. Kemudian, pria itu hendak menariknya pergi. Tiba-tiba, Harry yang terlihat sekarat menyelinap masuk ke mobil dan membantu Paula menghalangi Martin. Dia berkata, "Cepat pergi."Martin segera bereaksi. Dia mencengkeram leher Harry, membuat Harry kesulitan bernapas. Akan tetapi, Harry tidak takut dan masih melawan.Paula memanfaatkan kesempatan ini untuk turun. Dia melihat motor Harry dan menaikinya untuk kabur.Sopir dan pria itu hendak mengejar, tetapi mereka khawatir Paula terjatuh. Apalagi, Paula hamil. Mereka pun tidak berani mengejar dan hanya bisa menyaksikan Paula pergi."Kamu benar-benar setia. Demi seorang wanita hamil, kamu rela mengorbankan nyawamu," sindir Martin sambil melepaskan tangannya yang mencekik Harry.Harry pun terbatuk sesaat. Setelah merasa lebih tenang, dia menyeka darah di bibirnya dan berujar, "Aku bukan penganut aliran sesat. Aku mau bersaing secara adil.""Huh! Kamu mati-matian menolongnya, tapi dia malah mencari pria lain." Mar
"Tuan Putri, jangan takut. Aku akan melindungimu." Usai berbicara, kaki Harry malah terkilir. Dia pun terjatuh ke tanah.Jadi, Martin langsung menarik Paula masuk ke mobil. Paula tentu tidak tega meninggalkan Harry sendirian. Dia hendak membuka pintu mobil dan membawa Harry bersamanya."Tenang saja, nggak akan ada yang berani menyentuhnya," ujar Martin yang segera menutup pintu.Harry pun bangkit. Dengan wajah berlumuran tanah, dia melambaikan tangannya sambil berseru, "Tuan Putri, kamu pergi saja dulu! Aku akan menyusulmu nanti!"Paula melihat dengan mata kepala sendiri bahwa para preman itu tidak meladeni Harry. Bahkan, ada yang bergegas menghindar saat hampir menginjaknya. Dia pun yakin Harry akan baik-baik saja, jadi mengalihkan pandangannya dengan lega."Pegangan yang erat!" Martin yang mengemudikan mobil. Dia menginstruksi Paula agar wanita ini lebih berwaspada.Ketika melihat belasan orang hendak mengadang mobil dengan ekspresi galak, Paula buru-buru berpegangan dengan erat.Mob
Dalam sekejap, Darwin telah menyingkirkan tiga orang yang mengepungnya. Kemudian, dia merampas pisau dari tangan orang yang bersiap untuk menyerangnya dan melemparkannya kepada Paula. Paula menggenggam erat pisau itu, siap untuk menusuk siapa pun yang mendekatinya."Perlakuan Nona Paula benar-benar berbeda, ya. Padahal tadi aku juga mempertaruhkan nyawa untuk melindungimu," kata Martin dengan nada sinis sambil bertarung.Paula sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan Martin. Dia hanya memusatkan perhatian penuh pada pisau tersebut. Saat nyawa berada di ujung tanduk, siapa lagi yang masih punya waktu untuk mengobrol denganmu?Saat ini, Paula menyadari bahwa orang-orang di luar jendelanya telah dihabisi Darwin. Namun, Darwin malah terjebak oleh orang-orang yang datang untuk membantunya dan tidak bisa melepaskan diri. Akhirnya, mobil yang ditumpanginya itu pun bergerak.Saat menoleh, Paula melihat Martin juga sudah menyingkirkan orang-orang yang mengepungnya. Dengan darah dan luka d