Alif mengira orang tua mereka bisa mengatasi masalah ini dengan baik, tetapi ternyata tidak. Dia merasa masalah hari ini berkaitan dengan perusahaan, tetapi tidak tahu apa penyebab spesifiknya.Tok, tok, tok. Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Koa membuka pintu, lalu tertegun mendapati Darwin berdiri di depan sana. Dia bertanya, "Kak Darwin, ada urusan apa?"Darwin melangkah masuk dan menutup pintu. Dia mengamati ketiga bersaudara itu dan bertanya, "Apa kalian tahu Keluarga Fonda sedang berada dalam krisis?"Ketiganya sama-sama menggeleng. Darwin meneruskan, "Ada yang berniat merebut aset keluarga kalian, tapi nggak ada seorang pun yang bisa menanganinya. Kakek kalian mengusir kalian juga demi kebaikan kalian."Ketiga bersaudara itu pun terkejut mendengarnya. Alif menatap Darwin dengan ekspresi tegang dan tidak percaya saat bertanya, "Apa masalahnya separah itu?""Kakek kalian ingin melindungi kalian, makanya nggak memberi tahu kalian apa pun. Tapi, dia sudah lupa akan satu hal.
"Siapa wanita itu? Kenapa mirip dengan Sheila?" tanya Alif yang mengabaikan perkataan Darwin.Darwin hanya memasang ekspresi masam tanpa menanggapi. Ketika melihat ekspresi ketiga bersaudara itu, dia tahu bahwa mereka belum menyadari keseriusan masalah ini.Lebih tepatnya, mereka sudah terbiasa hidup santai karena selalu ada yang membantu mereka mengatasi masalah.Koa tak kuasa bergidik saat melihat tatapan tajam Darwin. Dia tanpa sadar bersembunyi di belakang Ian.Sementara itu, Ian juga bergegas menghindar saat melihat tatapan Darwin. Jantungnya berdetak kencang. Perasaan ini seperti dimarahi oleh guru saat masih kecil.Pada akhirnya, Darwin menatap Alif. Ekspresi Alif berangsur menjadi serius. Pada akhirnya, Alif menunduk dengan malu. Untungnya, masih ada yang berguna dari ketiga bersaudara ini. Jika tidak, Darwin akan kesulitan untuk mengajari mereka."Kalau kalian merasa wajah seorang wanita lebih penting dari kelangsungan Keluarga Fonda, anggap saja aku nggak mengatakan apa pun t
Namun, Paula tidak tahu tentang semua ini.Begitu telepon tersambung, hati Darwin menjadi makin tegang setiap kali nada dering terdengar. Akhirnya ketika suara Paula terdengar di ujung telepon, dia merasa lega."Halo." Paula hanya mengatakan satu kata, tanpa menunjukkan emosi apa pun. Namun, Darwin bisa merasakan jarak di antara mereka."Barusan, kenapa kamu meneleponku?" tanya Darwin.Pria itu tidak khawatir tentang keamanan Paula karena telah mengutus cukup banyak orang untuk melindungi Paula dan Rhea. Saat ini, setiap gerakan Paula sepenuhnya diketahui oleh Darwin."Tadi ponsel Rhea kehabisan baterai, jadi dia meminjam ponselku untuk meneleponmu," jawab Paula dengan tenang.Meskipun telepon itu dilakukan oleh Rhea, yang muncul di layar ponsel Darwin adalah namanya. Hanya saja, Rhea memberi tahu bahwa Darwin langsung mematikan telepon setelah dering kedua.Sebenarnya bagus juga teleponnya tidak diangkat. Kalau tidak, apabila Darwin yang sembrono itu mengatakan sesuatu yang tidak seha
Paula merasa sangat kesal. Kenapa selalu dia yang mematikan panggilan? Lain kali, Paula pasti akan mematikan telepon lebih dulu. Perilaku seperti ini benar-benar menjengkelkan.Saat berikutnya, panggilan video dari Darwin masuk. Tanpa berpikir panjang, Paula langsung mematikannya.Di ujung telepon, Darwin tersenyum. Dia merasa senang karena Paula setidaknya masih mau marah padanya. Yang paling ditakutinya adalah Paula mengabaikan dia sepenuhnya.Setelah tiga kali memutuskan panggilan video, akhirnya Paula menerimanya dengan enggan. Begitu melihat tatapan Darwin yang senang, Paula menatapnya dengan marah. Bukan hanya tidak takut, senyuman Darwin malah makin lebar.Koa baru saja melihat sekilas informasi tentang empat keluarga besar, tetapi sudah tidak tertarik lagi. Pria itu beralih melihat Darwin yang sedang menelepon di balkon.Koa mencolek lengan Alif, lalu mengajaknya bergosip, "Kak, menurutmu Kak Darwin masih waras nggak? Tadi dia kelihatan serius banget, sekarang malah tersenyum l
Ian sedikit ragu. Dia bertanya, "Gimana kalau sampai Kak Darwin tahu ...?" Dia merasa, Darwin pasti akan marah jika ada pria lain yang mencoba mendekati pacarnya.Apalagi dari ekspresi Paula dan Darwin di foto, jelas terlihat bahwa wanita itu yang memegang kendali dalam hubungan mereka. Darwin seperti sedang berusaha keras untuk menyenangkannya. Tidak ada yang akan percaya jika hal ini disebarluaskan."Nggak akan ketahuan. Asalkan kita berhati-hati, Kak Darwin nggak bakal tahu. Wanita ini sangat mirip dengan adik kita. Setiap kali melihatnya, aku selalu merasa sedih. Aku ingin tahu gimana keadaannya sekarang," ucap Koa yang menarik napas dalam-dalam.Ian juga merasakan hal yang sama. Ada perasaan akrab yang aneh terhadap wanita ini. Mereka memutuskan untuk diam-diam mencari tahu tentang Paula dari Rhea, lalu membuat akun palsu untuk berteman dengannya agar tidak memberinya tekanan.Setelah merencanakan semuanya, mereka keluar dari kamar mandi. Begitu keluar, mereka melihat Darwin masih
Paula awalnya mendengarkan Rhea dengan serius, tetapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Darwin mengirimkan sebuah aplikasi mini. Pria itu juga mengirimkan pesan kepadanya.[ Dibuka ya. ]Paula ragu sejenak, lalu membuka aplikasi mini itu. Dia bisa melihat tampilan dari kamera pengintai di ponselnya.Tampilan itu terus bergerak sampai berhenti pada wajah tiga pemuda yang baru saja dilihatnya di video. Saat ini, Paula baru menyadari apa yang sedang terjadi."Kak Darwin, aku sudah selesai baca," ucap Alif."Ya, apa pendapatmu?" Suara rendah dan memikat Darwin terdengar. Paula lagi-lagi memastikan bahwa itu adalah rekaman dari kamera mikro yang dipasang di tubuh Darwin.Demi membuktikan bahwa dia tidak bersalah, Darwin bahkan memasang kamera pengintai di tubuhnya agar Paula bisa mengawasinya kapan saja. Paula merasa tidak nyaman untuk mendengarkan privasi orang lain, jadi segera menutup aplikasi mini itu.Kini Rhea melambaikan tangannya di depan wajah Paula, lalu bertanya, "Apa kamu mendengark
Paula melihat Rhea yang tampak cemas, lalu bertanya sambil tersenyum, "Kenapa kamu menghela napas?"Rhea cemberut dan tidak menjawab. Dia malah balik bertanya, "Kamu nggak penasaran? Nggak mau pergi melihatnya?""Apa yang dikatakan Martin?" tanya Paula sembari mengangkat alis."Dia bilang setelah menemukanmu, dia punya cara untuk meyakinkanmu agar pergi ke Swiza. Tapi, aku nggak bilang padanya bahwa aku mengenalmu," ucap Rhea.Wanita itu berpikir sejenak sebelum menambahkan, "Sebenarnya kalau kamu nggak mau menemuinya juga nggak masalah. Masih ada kami di sisimu, 'kan?""Aku mau bertemu Martin," ucap Paula. Meskipun tidak berharap banyak pada "kakek" ini, tetap saja masalah ini perlu diselesaikan.Apabila selalu dalam posisi pasif, bagaimana jika orang lain sebenarnya bukan menargetkannya, melainkan mengincar Darwin atau Rhea? Dia mungkin bisa menjadi alat untuk melukai mereka."Orang itu suka muncul dan menghilang begitu saja. Coba aku tanyakan dulu dia ada di mana," jawab Rhea.Wanit
Paula masih merasa sedikit cemas dalam hatinya, tetapi akhirnya dia tidak bisa menolak bujukan lembut Rhea. Dia hanya bisa mengirim pesan kepada Harry dan Tristan untuk meminta izin. Kemudian, Harry membalas dengan cepat.[ Kebetulan sekali. Besok aku juga ada urusan, harus pergi ke Kota Boram. ]Paula menduga, Harry juga akan menghadiri pesta pengakuan hubungan Sheila. Supaya tidak menimbulkan masalah, dia tidak memberi tahu Harry bahwa dia juga akan pergi ke sana.Kalau tidak, Harry pasti akan bersikeras untuk naik penerbangan yang sama dan terus menempel padanya. Dengan begitu, dia tidak akan bisa mencari tahu informasi dari Martin.Namun, yang membuat Paula terkejut adalah Tristan juga akan pergi ke Kota Boram besok. Bukankah ini terlalu kebetulan?[ Ayah angkatku bilang dia mau bertemu seorang teman lama di Kota Boram besok. Aku nggak tenang, jadi mau menemaninya ke sana. ]Harry langsung merespons.[ Kebetulan sekali. Tuan Putri, kamu mau ke mana? Kalau pergi ke Kota Boram juga,