Paula memeluk handuk itu, lalu bersiap-siap untuk mandi. Setelah tiba di pintu kamar mandi, dia baru menyadari tidak ada sandal. Dia pun berbalik, lalu bertanya, "Pak, apa ada sandal di apartemen ini?"Darwin baru menyadari hal ini. Apartemen ini jarang ditinggali sehingga barang-barang di sini hanya apa adanya, tidak ada barang untuk wanita.Darwin mengernyit, lalu mengambilkan sandal baru dari lemari. "Ini ada sepatu cadangan, tapi ukuranku. Kamu pakai dulu, aku akan menyuruh orang membelinya nanti."Paula memakainya, merasa ukuran sepatu ini terlalu besar. Kemudian, dia berjalan masuk dengan memakai sandal itu, mengeluarkan suara langkah kaki yang cukup bising. Meskipun demikian, Paula tetap memutuskan untuk mandi supaya merasa lebih segar.Air hangat membasahi tubuhnya, membawa pergi semua perasaan lelahnya. Selesai mandi, Paula membungkus tubuhnya dengan handuk. Rambutnya masih basah kuyup sehingga tetesan air terus mengenai lantai.Sesudah membuka pintu, Paula menjulurkan kepala
Paula mengeluarkan sandal dulu. Selera pengasuh ini lumayan bagus. Dia memilih model sandal yang simpel, tetapi warnanya sangat indah.Paula memakai sandal itu, lalu merasa sangat nyaman saat berjalan. Seiring dengan gerakan Paula, tatapan Darwin tertuju pada kakinya. Kaki Paula putih dan ramping, bahkan kukunya terlihat sangat terawat.Kemudian, pengasuh itu mengambil kantong lainnya. "Nyonya, ini pakaian dalammu. Semua sudah dicuci dan dikeringkan sesuai instruksi Tuan. Kamu sudah bisa memakainya besok."Begitu melihatnya, wajah Paula sontak memerah. Dia tidak menyangka Darwin sampai menyiapkan pakaian dalam untuknya. Hebatnya, ukuran pakaian dalam ini tidak salah! Padahal, dia tidak pernah memberi tahu Darwin tentang hal ini!"Berikan saja padaku, kamu sudah boleh pulang dan istirahat," ujar Paula dengan wajah memerah. Kemudian, dia segera menyimpannya ke lemari, seolah-olah barang-barang itu sangat berbahaya.Gerak-gerik Paula ini terlihat tergesa-gesa sekaligus lucu. Darwin menata
Yuni pun mengajak Paula bertemu. Setibanya di hotel, Paula bukan hanya melihat Yuni dan Kamil, tetapi juga seorang pemuda."Kami akhirnya menemukanmu!" ucap Yuni sambil menyeka air matanya dan menyerahkan hasil tes DNA.Sikapnya benar-benar berbeda dengan sebelumnya yang terus mengeluh. Meskipun tidak termasuk lembut, sikap Yuni sudah jauh lebih baik.Paula menerima hasil tes itu. Begitu membukanya untuk dilihat, tangannya seketika gemetaran. Dia membuka mulutnya, tetapi tidak bisa memanggil mereka dengan sebutan ayah maupun ibu.Ketika melihat ini, Yuni mendorong pemuda di sampingnya dan memperkenalkan, "Ini adikmu, dia lebih muda 4 tahun darimu. Tahun ini, dia baru tamat SMA."Pemuda itu sedang bermain gim. Dia mendongak menatap Paula dengan tidak sabar, lalu menunduk untuk melanjutkan gimnya, seolah-olah tidak melihat Paula.Sikapnya yang dingin ini pun membuat Paula malas untuk menyapanya. Pemuda ini bertubuh gemuk dan mengenakan pakaian bermerek. Dia bermain gim sembari memakan bu
Paula menatap Yuni tanpa merasa takut sedikit pun. Yuni tentu naik pitam. Dia menunjuk Paula sambil memaki, "Berengsek, apa maksudmu? Kalau aku nggak melahirkanmu, mana mungkin kamu bisa menjadi nona besar selama 20 tahun ini? Aku hanya memintamu membeli vila untuk adikmu, kamu langsung nggak mau mengakui kami? Benar-benar nggak punya hati nurani."Paula merasa makin putus asa melihat Yuni yang seperti ini. Dia mengeluarkan 4 juta yang tersisa di dompetnya, lalu meletakkannya di atas meja sambil berkata, "Terserah mau memakiku seperti apa. Yang jelas, aku hanya punya uang ini. Ambil saja, kelak jangan cari aku lagi.""Kamu ingin mengusir kami dengan uang 4 juta? Kamu kira kami ini pengemis?" hardik Yuni dengan galak."Ibu, untuk apa berbasa-basi dengannya? Pukul saja jalang ini kalau berani membantahmu!" teriak Avan sambil bangkit dan menyerbu ke arah Paula.Paula tentu ketakutan melihatnya. Dia sedang mengandung, jangan sampai membahayakan janinnya sendiri. Itu sebabnya, Paula langsun
Di dalam taksi, mata Paula tampak merah dan berkaca-kaca. Meskipun terlihat sedih, tatapannya yang tertuju pada luar jendela justru dipenuhi keteguhan. Dia berusaha menahan air matanya agar tidak menetes.Sopir pun melirik sekilas kaca spion tengah. Kemudian, dia diam-diam menyalakan kamera yang menghadap ke arah Paula.Di lantai atas Gedung Imperial, para bos besar industri farmasi dari seluruh dunia tengah berkumpul. Mereka menatap pintu ruang rapat dengan penuh penantian, berharap bisa mendapatkan hak agen atas obat yang baru dikembangkan.Darwin akhirnya tiba dengan membawa timnya. Beberapa orang asing yang terkenal di dunia dan terobsesi dengan pengobatan pun berdiri dengan semangat sambil menatap Darwin.Namun, Willy tiba-tiba memberi isyarat tangan sehingga Darwin tidak jadi melangkah masuk. Pria ini berbalik dan pergi. Melihat ini, para bos sontak merasa panik dan mulai bergosip, "Apa yang terjadi? Kenapa mereka tiba-tiba pergi?"Willy melambaikan tangannya dan menjelaskan, "Ak
Sejak bertemu Paula di rumah sakit hari itu, Richie tiba-tiba menjadi sangat bernafsu padanya. Dia telah melakukannya dengan Aurel, tetapi hasratnya masih belum padam. Pikiran Richie dipenuhi tahi lalat pada sudut mata Paula. Memang wanita penggoda!"Richie, berobat kalau kamu memang sakit. Jangan ganggu aku!" Paula sontak mengakhiri panggilan dan memblokir nomor Richie.Richie lagi-lagi meneleponnya dengan nomor lain. Dia memaki, "Dasar wanita murahan! Kamu kira dirimu sudah hebat? Berani sekali kamu memblokirku! Kamu ...."Paula mengakhiri panggilan dan memblokirnya lagi. Kejadian seperti ini terus terulang beberapa kali. Paula akhirnya kehabisan kesabaran, jadi membentak, "Kalau punya mulut, bicara baik-baik! Kamu nggak ada bedanya dengan orang nggak berpendidikan! Mulutmu bau seperti kotoran!"Ini pertama kalinya Paula memarahi seseorang. Setelah melampiaskan amarah, dia ingin mengakhiri panggilan.Tiba-tiba, terdengar suara familier dari ponselnya. "Heh, ternyata kamu bisa marah j
Tuan Besar Keluarga Antoro dan Sasongko, yaitu Angga dan Terry lumayan akrab. Saat Darwin pulang dari luar negeri, dia bahkan pernah mendengar kakeknya mengomel tentang Angga yang telah bijaksana seumur hidupnya, malah membesarkan seorang pengacau yang suka melanggar hukum.Paula membatalkan pernikahan dengannya juga bisa dibilang merupakan sebuah hal bagus.Selain itu, setelah dia menyuruh orang untuk mematahkan kaki Richie, Angga marah besar. Dia memerintahkan bawahannya untuk menjaga Richie dengan baik. Karena takut orang-orang di rumah sakit keluarganya melindungi Richie, Angga sengaja memasukkan Richie ke rumah sakit milik Keluarga Sasongko.Mengingat insiden Richie yang menelepon Paula untuk mengganggunya, Darwin langsung menelepon ke rumah sakit, "Katanya Richie dirawat di rumah sakit kita?"Saat Kepala Bagian Ortopedi menerima panggilan dari bos, keringat dinginnya langsung bercucuran. "Ya," jawabnya."Bagaimana keadaannya?" tanya Darwin dengan nada yang agak merendahkan.Kepal
"Memangnya siapa lagi kalau bukan kamu? Orang tuaku sudah susah payah membesarkanmu, bukankah kamu memang sudah seharusnya balas budi pada kami?" Lantaran orang tuanya tidak ada di sini dan Richie juga sedang pingsan, Aurel juga tidak ingin berpura-pura lagi. Dia langsung menunjukkan sifat aslinya."Oh ...." Paula menghampiri Aurel dan memegang lengannya. Saat Aurel hendak berdiri, Paula tiba-tiba melepaskan genggamannya. Aurel yang mengenakan sepatu hak tinggi itu kembali terjatuh di lantai."Kamu sengaja! Jalang sialan!" umpat Aurel dengan kesal."Kamu sudah jelas-jelas tahu aku membencimu, tapi malah masih menyuruhku untuk membantumu. Aku kira hati nuranimu sudah sadar dan ingin memberiku kesempatan untuk balas dendam," pungkas Paula sambil mengedikkan bahunya dengan wajah tak merasa bersalah.Aurel berusaha bangkit untuk menghajar Paula, tapi tangannya malah berhenti di tengah udara. Saat melihatnya lagi, ternyata Darwin telah mencengkeram pergelangan tangannya. Tenaga Darwin sanga