Share

Bab 15

Paula mengeluarkan sandal dulu. Selera pengasuh ini lumayan bagus. Dia memilih model sandal yang simpel, tetapi warnanya sangat indah.

Paula memakai sandal itu, lalu merasa sangat nyaman saat berjalan. Seiring dengan gerakan Paula, tatapan Darwin tertuju pada kakinya. Kaki Paula putih dan ramping, bahkan kukunya terlihat sangat terawat.

Kemudian, pengasuh itu mengambil kantong lainnya. "Nyonya, ini pakaian dalammu. Semua sudah dicuci dan dikeringkan sesuai instruksi Tuan. Kamu sudah bisa memakainya besok."

Begitu melihatnya, wajah Paula sontak memerah. Dia tidak menyangka Darwin sampai menyiapkan pakaian dalam untuknya. Hebatnya, ukuran pakaian dalam ini tidak salah! Padahal, dia tidak pernah memberi tahu Darwin tentang hal ini!

"Berikan saja padaku, kamu sudah boleh pulang dan istirahat," ujar Paula dengan wajah memerah. Kemudian, dia segera menyimpannya ke lemari, seolah-olah barang-barang itu sangat berbahaya.

Gerak-gerik Paula ini terlihat tergesa-gesa sekaligus lucu. Darwin menatapnya menyimpan pakaian dalam dengan terburu-buru, merasa wanita ini sangat menggemaskan. Begini saja sudah ketakutan, benar-benar penakut.

Setelah menyimpan semua pakaian dalamnya, Paula mendongak menatap Darwin untuk bertanya, "Pak, kamu mau makan bersamaku? Aku sering masak di rumah, rasanya lumayan kok. Kalau kamu nggak keberatan, aku akan memasak untukmu."

"Nggak perlu," tolak Darwin dengan lirih.

Ekspresi Paula berangsur menjadi murung. Dia menunduk, lalu berkata, "Maaf sudah lancang. Aku baru ingat, Rhea pernah bilang kamu biasanya makan masakan koki papan atas. Wajar kalau nggak tertarik dengan masakanku."

Paula hanya ingin berterima kasih karena Darwin telah banyak membantunya. Dia tidak ingin terlihat seperti wanita tidak berguna.

"Kamu sedang hamil anakku, masa aku merepotkanmu lagi?" balas Darwin sambil mengelus kepala Paula. Kemudian, dia meneruskan, "Tunggu di sini, aku akan memasak untukmu."

"Kamu bisa masak?" tanya Paula sambil membelalakkan mata dengan tidak percaya.

"Bisa, tapi yang simpel-simpel saja," jawab Darwin sambil tersenyum.

Begitu menyunggingkan senyuman, ekspresi Darwin menjadi lebih lembut. Di bawah cahaya lampu, pria ini tampak begitu menawan, membuat Paula terpana.

Paula mengangguk sambil menatap Darwin meninggalkan kamarnya. Sesudah itu, dia menjulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya. Rasanya panas ....

Ketika tinggal di kediaman Keluarga Ignasius, Paula selalu diabaikan karena tidak disukai oleh kedua orang tuanya. Dia berusaha untuk menjadi yang terhebat, tetapi masih tidak mendapatkan perhatian.

Rhea adalah satu-satunya sahabat Paula, hanya Rhea yang memberinya kehangatan. Kini, Paula pun merasakan kehangatan yang sama saat berada di sisi Darwin.

Paula menunduk, lalu mengelus perutnya seraya membatin, 'Nak, ayahmu pria yang sangat baik dan bertanggung jawab. Kamu seharusnya akan sangat bahagia setelah lahir ke dunia ini. Semoga kamu nggak sepertiku yang melewati kehidupan suram ....'

Dering ponsel tiba-tiba membuat Paula tersadar dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya dan melihat si penelepon adalah Yuni. Suara wanita ini terdengar tajam sekaligus gembira. "Hasil tesnya sudah keluar! Paula, kamu memang anak kami!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status