Wilson sudah ingin melakukan ini sejak awal. Dia sudah cukup bersabar sejak awal. Darwin jelas-jelas ditakuti saat di luar negeri, tetapi sekarang malah harus berwaspada karena orang-orang ini.Jika Terry tidak mengatakan para keluarga kaya ini sudah berteman lama sehingga tidak perlu dilenyapkan, Darwin tidak mungkin menjadi sasaran pembunuhan seperti ini.Darwin tidak mengatakan apa pun. Dia hanya melirik sekilas, tetapi Kepala Keluarga Kurniawan sudah ketakutan. Namun, Kepala Keluarga Kurniawan masih merasa enggan menerima kekalahan ini. Dia masih ingin mencoba menyerang Darwin.Bukankah Darwin dikatakan tewas karena ledakan di bar? Kenapa dia masih hidup? Namun, dua jam kemudian, Kepala Keluarga Kurniawan terpaksa menarik mundur semua bawahannya.Ini karena mereka mendapat kabar bahwa generasi muda Keluarga Mukhti dihajar habis-habisan, bahkan seluruh sumber daya mereka terputus. Semua klien sampai datang untuk meminta ganti rugi.Kepala Keluarga Mukhti hampir terkena stroke, tetap
Paula membuka pintu kamar dengan wajah murung. Terlihat Darwin yang berdiri di luar sambil menggoyangkan ponselnya dan berkata, "Terima kasih."Wajah Paula pun memerah. Dia membalas, "Aku cuma merasa orang-orang yang diam-diam bekerja keras harus mendapat pengakuan."Entah apa yang menjadi pertimbangan para polisi, tidak ada laporan resmi tentang peristiwa malam itu. Mereka hanya melaporkan terjadi perkelahian sengit dan kebakaran yang menyebabkan 5 orang tewas dan 20 orang terluka parah.Para netizen mengira Darwin membawa orang-orang untuk berkelahi di bar hingga memunculkan korban. Itu sebabnya, dia menjadi sasaran kritik publik. Apalagi, ada hoaks yang mengatakan Darwin memukul satresnarkoba hingga terluka parah."Sayangnya, usahaku nggak ada gunanya," ujar Paula dengan sedih.Darwin membalas dengan sungguh-sungguh, "Kata siapa? Berguna kok."Paula mencebik, tahu Darwin hanya menghiburnya. Ketika melihat Paula murung, Darwin berucap, "Paula, kamu sudah bisa keluar dari sini besok."
Di tengah ruangan yang gelap gulita, Aurel mengakhiri panggilan. Di seberangnya, duduk seorang pria yang memegang gelas sampanye dengan culas.Aurel menatapnya dengan takut. Dia tidak menyangka pria setampan ini memiliki hati yang begitu kejam. Pria itu membujuk Aurel untuk memperkenalkannya kepada Richie, lalu membeli seluruh saham perusahaan hiburan Richie dan memfitnah Darwin atas nama perusahaan itu.Bukan hanya itu, Aurel sudah melihat bagaimana pria ini mempermainkan Richie dengan licik. Itu sebabnya, Aurel merasa takut padanya."Aku sudah menuruti perintahmu. Apa aku boleh membawanya pergi sekarang?" tanya Aurel yang menelan ludah dengan hati-hati. Tidak jauh dari sana, terlihat Richie yang bersimbah darah dan dua pria kekar yang seperti siap menghabisi Richie kapan saja."Tenang saja. Asalkan Darwin tertangkap, kalian akan selamat," balas pria itu. Dia melirik Aurel dan menyesap sampanye dengan nakal.Jantung Aurel seperti akan copot. Dia seperti akan dimangsa oleh harimau gana
Aurel bersedia menolong Richie karena suatu tujuan. Dia berharap rencana pria itu berhasil, lalu statusnya akan meningkat karena menyelamatkan Richie. Bagaimanapun, Keluarga Sasongko akan hancur nantinya.Ketika Aurel berangkat ke lokasi konferensi pers dengan membawa sebotol air mineral itu, Paula mencoba menelepon Rhea dan Darwin. Ponsel Rhea tidak bisa dihubungi sehingga dia menelepon Darwin.Darwin akhirnya menjawab panggilan. Paula berkata, "Aurel akan melakukan sesuatu di konferensi pers kalian. Dia ....""Tenang saja, kami menunggu kehadirannya," sela Darwin dengan santai. Pria ini terlihat dipenuhi kepercayaan diri.Paula merasa jauh lebih tenang. Jika Darwin berani mengadakan konferensi pers, berarti dia telah membuat persiapan matang. Paula merasa kekhawatirannya sudah berlebihan."Kamu di mana?" Nada bicara Darwin tiba-tiba menjadi serius saat mendengar suara mesin mobil.Jantung Paula sontak berdetak kencang. Dia tanpa sadar melirik sopir itu. Sopir itu pun merasa aneh sehi
Paula menghampiri. Darwin menyerahkan segelas susu dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya lagi memegang segelas sampanye. Dia berkata, "Hari ini ada drama seru. Sayang kalau dilewatkan.""Rhea sendiri di bawah? Apa dia sanggup?" tanya Paula dengan cemas."Bukannya kamu percaya pada kemampuannya?" balas Darwin sambil mengangkat gelas untuk bersulang dengan Paula. Dentingan gelas membuat Paula merasa lebih tenang.Di lantai bawah, Rhea sedang memimpin konferensi pers. Para reporter terus menanyakan tentang Darwin, Grup Sasongko, dan peluncuran obat terbaru. Tidak peduli apa yang dikatakan Rhea, para reporter terkesan tidak peduli seolah-olah telah mengecap Grup Sasongko sebagai perusahaan tak bermoral.Tiba-tiba, terdengar teriakan dari lantai bawah. Terlihat beberapa orang yang terluka parah dibawa masuk oleh anggota keluarga masing-masing. Tubuh mereka semua diperban, yang tidak tahu pasti mengira mereka sudah mati."Bos kalian mencelakai putraku sampai seperti ini. Kalian harus
Saat ini, pria yang menyuruh Rhea menikah dengan putranya sebagai bentuk kompensasi pun berteriak, "Keluarga Sasongko kaya dan berkuasa. Kalian bisa saja menyelesaikan apa pun dengan uang."Rhea mendengus dan bertepuk tangan. Layar lebar kembali menyala. Terlihat pihak kepolisian meneruskan komik yang dilukis oleh Paula. Pada saat yang sama, orang-orang yang selamat dari kericuhan di bar juga datang. Begitu melihat gambar di layar, mereka teringat pada insiden malam itu."Yang pakai baju biru itu aku. Aku didorong orang dan hampir diinjak sampai mati. Tokoh utama pria itu yang menolongku!""Aku yang pakai gaun bermotif bunga. Ada yang melukai kakiku dengan pisau, lalu tokoh utama pria itu yang menggendongku keluar!""Waktu itu situasi di bar benar-benar kacau. Kalau nggak ada mereka, entah berapa banyak korban yang mati!"Setelah orang-orang ini memperjelas bahwa Darwin yang menolong mereka, orang-orang makin memercayai hasil karya Paula."Terima kasih," ucap Darwin sambil menatap Paul
"Aurel sudah datang. Teko yang dipegangnya sama dengan yang kita pakai," jawab Paula dengan suara bergetar. Dia merasa cemas karena teringat pada ancaman Aurel.Begitu mendengarnya, Darwin mengikuti arah pandang Paula. Tidak terlihat lagi sosok Aurel di sana. Paula sontak meraih lengan baju Darwin sambil mendesaknya, "Cepat pergi ke laboratorium!"Paula tidak tahu obat apa yang akan diberikan Aurel kepada mereka, tetapi obat itu pasti berbahaya. Darwin tidak mengkhawatirkan diri sendiri, melainkan mengkhawatirkan Paula. Dia berujar, "Tenang sedikit, aku akan menghubungi laboratorium."Paula sedang hamil. Jika ada zat berbahaya memasuki tubuhnya, nyawa Paula dan anaknya mungkin akan terancam.Darwin menghubungi Willy. Beberapa saat kemudian, Willy baru menerima panggilan dan berucap dengan kesal, "Darwin, entah siapa yang membocorkan lokasi laboratorium kita. Ada sekelompok bajingan yang membawa jenazah kemari. Katanya, orang itu mati karena eksperimen kita. Sekarang polisi sudah menyeg
"Cepat beri aku obatnya! Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, Darwin juga makan obat itu! Kalau kalian nggak percaya, suruh dia menjalani pemeriksaan!" Meskipun terlihat tidak waras, setiap kata yang dilontarkannya terdengar masuk akal. Selain itu, tujuan wanita ini juga sangat jelas.Paula tanpa sadar mengepalkan tangannya. Dia akhirnya mengerti apa yang ingin dilakukan Aurel. Aurel ingin memfitnah Darwin mengonsumsi narkoba."Maaf," ujar Paula. Jika dia tidak meminta teh, Darwin tidak akan terjebak."Bukan salahmu." Darwin terus menelepon bawahannya untuk mengatur strategi selanjutnya.Paula hanya bisa menatapnya. Karena tidak bisa membantu apa pun, Paula merasa sangat bersalah. Tiba-tiba, ponsel Paula berdering. Aurel mengirim pesan kepadanya.[ Kamu ingin tahu siapa orang tua kandungmu? Kalau mau, datang ke lantai 2. Jangan beri tahu apa pun kepada Darwin atau kamu nggak bakal tahu rahasia ini untuk selamanya. ]Paula tanpa sadar mendongak melirik Darwin. Meskipun situasi begi