Share

Bab 2

Author: Vya Kim
last update Last Updated: 2024-12-17 17:45:39

Hana keluar dari ruangan Juna dengan langkah limbung, seolah-olah kakinya tak lagi mampu menopang tubuhnya.

Air matanya mengalir deras, membasahi pipi tanpa bisa ia kendalikan. Ia tidak peduli pada tatapan heran para staf di kantor. Biar saja mereka tahu, biar saja dunia tahu hatinya hancur berkeping-keping.

Bisik-bisik terdengar di sekitarnya, samar, seperti dengungan lalat yang tak lagi penting untuk didengar.

“Astaga, itu istri Pak Juna Manager operasional kita 'kan?” Seorang kru televisi berdesis pada teman sebelahnya.

“Iya, tapi kenapa dia menangis begitu? Apa yang terjadi?” Dia celingukan melirik ke arah ruangan Juna, di mana Hana keluar.

Hana tak mengindahkan suara-suara itu. Ia terus berjalan, seolah-olah ruang kantor yang dingin dan penuh cahaya itu berubah menjadi lorong panjang yang tak berujung.

Setiap langkah terasa berat, seperti ada beban tak terlihat yang menghimpit dadanya.

Di dalam lift, ia mencoba menyeka air matanya dengan punggung tangan. Tapi rasa sakit di hatinya terlalu besar, terlalu pekat untuk dihapus begitu saja.

Pikirannya melayang, memutar ulang momen yang baru saja terjadi, tatapan puas Dara, senyum sinis Juna, dan kejadian-kejadian pengkhianatan yang dilakukan Juna kepadanya jelas terekam.

Selama ini, Hana berusaha keras untuk percaya bahwa Juna hanyalah pria sibuk, terlalu terfokus pada pekerjaannya.

Ia ingat bagaimana Juna dulu selalu tersenyum ramah, bagaimana ia mendukung Hana untuk mengejar mimpinya sebagai penulis. Ternyata semua itu hanya tipu muslihat, pikir Hana.

Semua kehangatan itu palsu, hanya topeng yang ia pakai untuk menyembunyikan kebohongan. Ketika Juna mengizinkannya untuk pergi ke seminar, sebenarnya itu adalah izin tak langsung untuk berselingkuh.

Air matanya jatuh lagi. Hatinya terasa seperti kaca yang remuk, setiap pecahannya melukai lebih dalam.

Saat pintu lift terbuka, Hana berjalan cepat ke lobi. Tanpa sadar, ia menabrak seseorang yang berdiri di depannya.

BRAK!!

Tubuhnya hampir terjatuh, tetapi lengan kuat pria itu menangkap pinggangnya dengan sigap.

“Anda tidak apa-apa?” tanya pria itu dengan suara rendah, berat, tetapi hangat.

Hana mendongak. Di hadapannya berdiri seorang pria dengan jas hitam yang rapi, wajahnya begitu sempurna hingga terlihat seperti pahatan dewa Yunani. Ia indah bagai karya seni yang di ciptakan dengan sempurna.

Alisnya yang tebal berkerut, mungkin karena melihat mata Hana yang sembab.

“Tu-Tuan Rey?” Hana tergagap, mengenali pria itu sebagai narasumber seminar yang baru saja ia hadiri sebelum ia berada di sini.

Pria itu melepaskan tangannya dari pinggang Hana. “Barang-barang Anda terjatuh," ujarnya, matanya terlihat melirik ke bawah samping Hana.

Hana menunduk dan melihat tasnya beserta isinya berserakan di lantai. Tab-nya retak, layarnya pecah, sama seperti hatinya saat ini.

“Jika itu rusak,” kata Rey. Ia memberi isyarat pada asistennya yang segera menyerahkan kartu nama. “Hubungi saya, dan saya akan menggantinya.”

Hana menerima kartu itu dengan tangan gemetar. “Tak perlu, Tuan. Ini salah saya.” Suaranya pelan, nyaris tak terdengar.

Rey memperhatikannya sejenak, lalu mengangguk dengan senyum simpul. “Baiklah.”

Setelah itu, Rey pergi, menyisakan Hana yang masih berdiri dengan pandangan kosong. Ia menatap kartu nama di tangannya, lalu menghela napas panjang.

“Tab ini tak seberapa dibandingkan hatiku yang lebih hancur,” gumamnya.

Ia berjongkok, memungut barang-barang yang masih berserakan. Tangannya gemetar, dan air mata kembali menetes tanpa bisa ia tahan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 3

    Saat pintu lift tertutup perlahan, Rey melirik sekilas ke arah Hana yang masih sibuk memungut barang-barangnya di lantai. Rey memicingkan matanya, masih terus memperhatikan Hana dengan raut yang datar. “Tuan, dia peserta seminar tadi pagi, duduk di barisan depan,” ujar Bastian, ia paham betul dengan tatapan bos-nya yang penuh tanya tertuju pada wanita itu. Rey hanya mengangguk kecil, ekspresinya tetap datar. Begitu lift tiba di lantai tujuan, ia melangkah keluar dengan tenang namun penuh wibawa. Tatapan tajamnya menyapu ruang kantor, membuat semua yang ada di sana terdiam sejenak. Di depan ruangan Juna, Dara menyambut dengan senyum canggung. “Tuan Rey, kami sudah menunggu.” Rey tidak menjawab, hanya memberi anggukan kecil sebelum masuk. Di dalam, Juna menyambutnya dengan senyum ramah, meski jelas terlihat gugup. “Silakan duduk, Tuan Rey. Nyamankan diri Anda,” katanya. Rey duduk dengan santai, namun tatapannya menusuk seperti sedang menguliti lawan bicaranya. “Langsung saja,” uc

    Last Updated : 2024-12-17
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 4

    “Saya Dina, produser proyek ini,” wanita itu memperkenalkan diri, tetapi nada suaranya menyiratkan sesuatu yang lain. “Kita lihat apakah tulisanmu bisa memenuhi ekspektasi Tuan Rey.” Hana hanya mengangguk kecil. “Saya akan melakukan yang terbaik.” “Semoga,” jawab Dina sambil melirik tajam, lalu berlalu dengan langkah ringan. Hana merasa ada tatapan lain dari arah ruangan kaca Rey, tetapi ketika ia menoleh, Rey sudah berbalik, kembali fokus pada layar komputernya. Sore itu di meja kerja, Hana tengah fokus mengetik uji naskah di laptopnya. Jemarinya berhenti sejenak ketika ia merasakan tekanan berat dari target yang harus diselesaikan. Meski begitu, ia mencoba menenangkan diri, mengingat bahwa ini adalah kesempatan besar yang tak boleh ia sia-siakan. “Permisi,” suara Bastian memecah keheningan. Hana mendongak, melihat pria itu berdiri di depan mejanya dengan map di tangan. “Kau diminta untuk ikut rapat sore ini. Tuan Rey ingin kau mendapatkan gambaran lebih jelas tentang proyek

    Last Updated : 2024-12-17
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 5

    Hana terbangun pagi itu dengan rasa letih yang masih tersisa dari malam sebelumnya. Pertemuan dengan Rey masih teringat di pikirannya, seperti film yang terus diputar ulang tanpa akhir. Kata-katanya yang dingin, tatapan skeptisnya, dan tantangan tersirat itu mengisi pikirannya sejak ia meninggalkan ruangannya. Namun, pagi ini, ada sesuatu yang berbeda. Sambil menyesap teh hangat di meja makan, ponselnya bergetar di atas meja. Notifikasi email masuk. Hana meletakkan cangkirnya dan meraih ponselnya dengan cepat. Matanya menyipit membaca nama pengirimnya: Astroha Entertainment. Hatinya berdegup kencang. Dengan jari yang sedikit gemetar, ia membuka email itu. [Selamat kepada Yth. Hana Varelly, Anda diterima di Agency Astroha Entertainment sebagai penulis dengan masa training 3 bulan .…]Kalimat itu seperti musik yang mengalun indah di telinganya. Hana menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan teriakan bahagia yang hampir lolos. Senyum lebar merekah di wajahnya. “Ya Tuhan... ak

    Last Updated : 2024-12-17
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 6

    “Apa yang kau lakukan pada wanitaku?”Suara Rey seketika. membuat Hana dan Juna membeku. Dengan Cepat Hana menoleh pada sosok tinggi tegap itu, begitu pula Juna yang reflek melepaskan cengkramannya juga.Pipi Hana memanas, dan jantungnya berdetak tak karuan, tapi dia tidak tahu apakah itu karena malu, marah, atau bingung. Pandangannya terarah pada Rey, yang tampak begitu tenang, seolah ucapan tadi adalah sesuatu yang wajar saja."Tu-Tuan Rey," gumamnya hampir seperti bisikan.Juna, di sisi lain, tampak benar-benar terusik. Rahangnya mengeras, dan matanya menatap tajam pada Rey, penuh dengan rasa tidak percaya sekaligus kemarahan yang terpendam. Tangannya mengepal, seakan mencoba mengendalikan emosinya."Wanitamu?" tanya Juna dengan nada bergetar.Hana menoleh sekilas ke arah Juna. Dia mengenali nada itu, nada pria yang egonya terluka. 'Seharusnya aku merasa puas melihatnya seperti ini. Tapi kenapa aku malah merasa ... canggung?" batin Hana. Matanya kembali pada Rey, yang tetap berdi

    Last Updated : 2024-12-18
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 7

    Ruangan itu terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun sinar matahari menembus tirai yang terbuka.Rey berdiri tegap di dekat meja kerjanya, tak menjawab pertanyaan sang kakek.Sementara kakeknya duduk dengan tenang, tapi sorot matanya penuh tuntutan. Di balik ketenangan itu, ada ambisi besar yang tersirat.Kakeknya, pria yang membangun Astroha Entertainment dari nol, tahu usianya tidak lagi muda. Masa kejayaan sudah berlalu, dan kini dia mengandalkan Rey untuk menjaga warisan itu tetap hidup.Bagi sang kakek, pernikahan Rey adalah langkah strategis, lebih dari sekadar urusan keluarga. Kerja sama dengan keluarga pengusaha lain akan memperkuat perusahaan mereka, memastikan Astroha tetap berada di puncak. Namun, Rey, dengan status lajangnya, dianggap kurang stabil di mata mitra bisnis yang mereka targetkan.Kakek Rey menghela napas panjang, memecah keheningan yang menyelimuti ruangan. Dia bersandar di kursi dengan tongkat di pan

    Last Updated : 2025-01-03
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 8

    Setelah kakeknya pergi, Rey keluar dari ruangannya dengan langkah tenang namun tegas. Sepatu kulitnya berbunyi ringan di atas lantai marmer, menarik perhatian karyawan yang berada di area meja kerja. Semua karyawan serempak berdiri menyambut kedatangan CEO mereka. Di antara mereka, Rocky, salah satu supervisor tim, melangkah maju dan memberi salam dengan hormat. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Rocky dengan nada formal namun penuh rasa hormat. Rey mengedarkan pandangannya ke seluruh area, matanya sekilas berhenti di meja Hana sebelum ia menjawab dengan suara yang tenang namun tegas. “Setelah pulang kerja, mari makan malam bersama untuk penyambutan karyawan baru.” Rocky, yang menangkap maksud itu, melirik cepat ke arah Hana sebelum kembali menatap Rey. “Oh, tentu, Tuan! Saya akan mengatur semuanya.” Rey mengangguk singkat. “Saya yang traktir,” tam

    Last Updated : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 9

    Hana tertegun, matanya membesar karena keterkejutan. "Maaf, Tuan? Saya rasa saya salah dengar," katanya gugup, langkahnya secara refleks mundur sedikit. Rey tetap tenang, seolah tidak terganggu oleh reaksi Hana. Ia menghela napas panjang, memperhatikan sekeliling sebentar, lalu kembali menatapnya. "Mari kita bicara di tempat lain," ujarnya dengan nada datar namun penuh keyakinan. Hana membuka mulut hendak menolak, tetapi Rey sudah melangkah mendekat, memberikan isyarat agar ia mengikuti. Meski ragu, Hana akhirnya menurut, pikirannya penuh tanda tanya. Mereka masuk ke dalam mobil Rey, sebuah Mercedes-Benz S-Class yang terlihat mengilap di bawah lampu jalan. Suasana di dalam mobil hening, hanya diisi suara lembut musik klasik dari speaker mobil. Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di sebuah kafe kecil dengan suasana hangat. Rey memesan ruang makan tertutup yang dirancang khusus untuk privasi

    Last Updated : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 10

    Rey baru saja memasuki apartemennya yang luas dan modern, dengan pemandangan kota yang berkilauan di malam hari. Ia melepas jasnya, menggantungnya di sandaran kursi, dan duduk di meja kerjanya. Di depan Rey, tumpukan dokumen menunggu untuk diperiksa, tetapi pikirannya melayang-layang, memikirkan rencana besar yang mulai terbentuk. Saat ia baru hendak membuka salah satu dokumen, teleponnya berdering. Nama "Hana" tertera di layar. Rey melirik ponselnya, lalu menjawab dengan suara tenang. “Ya, Hana?” Ia bersandar di kursi putarnya, menunggu apa yang akan dikatakan wanita itu. Di seberang, suara Hana terdengar jelas meski sedikit gemetar, “Saya bersedia menjadi tunangan palsu Anda.” Mendengar itu, sudut bibir Rey terangkat tinggi, membentuk senyuman penuh kemenangan. Ia menunggu sejenak, menikmati momen itu sebelum menjawab, “Baiklah, akan kusiapkan kontrak kerja sama kita.”

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 83. Hati yang Masih Tertaut

    Sejak wawancara itu tayang, drama Stolen Heart semakin populer. Rating acara bincang-bincang tempat Hana hadir sebagai bintang tamu utama pun melesat tinggi. Komentar-komentar positif membanjiri media sosial, membahas betapa jujur dan menyentuhnya kata-kata Hana saat menjelaskan inspirasinya dalam menulis naskah drama tersebut.Banyak yang merasa terhubung dengan kisah itu, terutama mereka yang pernah merasakan sakitnya diselingkuhi. Bahkan, beberapa artikel mulai membahas betapa kuatnya sosok Hana sebagai penulis wanita yang bisa menyampaikan perasaan perempuan dengan begitu nyata.Di tengah kesibukan dan euforia itu, Hana tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Beberapa kali ia menyempatkan diri menjenguk Tuan Noh di rumah sakit, memastikan kondisi kakek Rey tetap stabil. Pria tua itu selalu tersenyum setiap kali melihatnya datang, meski tubuhnya tampak semakin ringkih.Hingga akhirnya, undangan itu datang.Sebuah perayaan kecil di mansion Rey untuk merayakan kesuksesan drama.H

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 82. Hati Kita

    "Aku percaya bahwa cerita yang paling bisa menyentuh hati adalah yang berakar dari kenyataan," kata Hana. "Banyak dari kita yang pernah merasakan patah hati, dikhianati, atau ditinggalkan. Diselingkuhi itu menyakitkan, dan aku yakin ada banyak orang di luar sana yang mengalami hal serupa." Suasana di studio perlahan berubah menjadi lebih hening. Para pemain dan MC yang awalnya santai, kini mulai serius mendengarkan. "Tapi aku juga percaya bahwa di luar sana, masih ada cinta sejati untuk kita," lanjut Hana dengan nada penuh harapan. "Hanya saja, mungkin kita belum menemukannya. Lewat Stolen Heart, aku ingin menyampaikan sesuatu yang menurutku menjadi keinginan setiap wanita, untuk dihargai, dicintai, disayangi, ingin menjadi satu-satunya, dan yang terpenting… ingin bahagia." Beberapa penonton terlihat mengangguk pelan, seakan memahami betul perasaan yang Hana ungkapkan. Bahkan salah satu aktris utama dalam drama itu tampak berkaca-kaca, seolah-olah teringat pada pengalaman pribadi

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 81. Hati yang terluka

    Satu minggu berlalu dengan cepat. Drama "Stolen Heart" terus menjadi topik hangat di berbagai media. Penonton menyukainya, dan banyak kritik positif berdatangan, memuji alur cerita yang menarik serta karakter-karakter yang terasa hidup. Hana, sebagai penulis utama, tentu saja ikut terkena sorotan.Hari ini, ia bersiap menghadiri acara bincang-bincang televisi yang mengundang para pemain dan kru drama. Sebagai penulis, ia memiliki peran penting dalam acara ini, menceritakan proses kreatifnya, tantangan selama produksi, serta inspirasinya dalam menulis naskah yang kini tengah digandrungi banyak orang.Di ruang tunggu, Hana duduk di sofa panjang, sementara Dina dan beberapa rekan dari tim produksi menemaninya. Ruangan itu cukup nyaman, dengan meja penuh camilan ringan dan botol air mineral yang tertata rapi."Aku masih nggak percaya drama ini sukses besar," ujar Dina sambil tersenyum bangga. "Kita benar-benar kerja keras, dan hasilnya luar biasa!"Hana tersenyum kecil, merapikan rambutny

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 80. Hampa

    Hana menatap layar laptopnya dengan kosong. Jarum jam di meja kerjanya menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi otaknya masih terasa berat untuk bekerja. Aroma kopi yang mengepul dari cangkirnya pun tak mampu mengusir kepenatan yang menggelayut di pikirannya.Di luar jendela kantor, gedung-gedung tinggi berjajar rapi, langit sedikit mendung, pertanda akan hujan siang nanti. Kantor produksi tempatnya bekerja sebagai penulis skrip terasa lebih sibuk dari biasanya. Beberapa rekannya berlalu-lalang membawa dokumen, ada juga yang sedang berdiskusi seru di area lounge kecil.Namun, Hana hanya bisa terduduk diam di meja kerjanya, merasa hampa.Pikirannya masih melayang ke kejadian di hotel beberapa hari lalu, tatapan Rey yang penuh luka saat ia mengembalikan cincin itu. Wajah pria itu terus menghantui benaknya, membuat hatinya terasa seperti diremas."Hana, naskah episode tambahan sudah selesai?"Suara Dina, seperti biasa menyadarkannya tiba-tiba. Hana langsung tersadar dan tersenyum kecil. "Ah

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 79. Barisan Para Mantan

    Juna melirik sekilas ke samping, di mana Veronica duduk dengan anggun di kursi penumpang. Gadis itu tampak tenang, menatap lurus ke depan dengan bibir sedikit mengerucut. Setelah keluar dari rumah sakit dan meninggalkan Rey bersama Hana, suasana di dalam mobil terasa hening, hanya diisi oleh suara mesin yang menderu pelan.Juna sendiri bukan tipe orang yang suka memulai percakapan. Tapi ada sesuatu tentang Veronica yang membuatnya penasaran. Selama ini ia tak terlalu memperhatikan perempuan itu, tapi melihat bagaimana interaksi mereka dengan Rey dan Hana tadi, dia bisa menyimpulkan satu hal: Veronica dan dia sama-sama orang yang ‘terbuang.’"Kamu diam aja," ujar Veronica tiba-tiba, memecah keheningan. "Biasanya cowok yang mengantar seorang cewek akan mencoba berbasa-basi."Juna meliriknya sekilas. "Aku bukan tipe cowok kayak gitu."Veronica tertawa kecil, nada suaranya mengandung sedikit sarkasme. "Ya, aku bisa menebaknya. Dingin, sedikit kaku... mungkin juga egois?""Aku lebih suka m

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 78. Terlepas

    Setelah selesai menjenguk Tuan Noh, Hana merapikan tasnya dan bersiap untuk pulang bersama ibunya. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, Rey berdiri di hadapannya, menghentikan langkah Juna yang tadinya berniat mengantar mereka.“Biar aku saja yang mengantarmu pulang,” ujar Rey dengan nada tegas. Dirinya menghadap Hana, namun tatapannya mengarah langsung pada Juna, memastikan bahwa pria itu tidak punya ruang untuk menolak.Hana melirik Rey, malas berdebat. Sudah cukup semua ketegangan hari ini, dan ia tidak ingin memperpanjang drama. “Terserah,” gumamnya pelan, lalu merangkul lengan Bu Lauren.Juna menaikkan satu alisnya, menatap Rey dengan ekspresi datar. "Lalu, bagaimana dengan Nona Veronica?" tanyanya santai, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya.Rey menoleh sekilas ke arah Veronica yang berdiri di belakang mereka. “Dia bisa kau antar. Rumahnya searah dengan tempat tinggalmu”Juna melipat tangan di dadanya, menimbang sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan nada acu

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 77. Perasaan Terdalam

    Hana duduk di bangku taman rumah sakit, bahunya bergetar halus menahan isakan. Ia menggigit bibir, mencoba menahan tangisnya, tapi air mata tetap jatuh tanpa bisa dihentikan.Seharusnya ia tidak merasa sesakit ini. Seharusnya ia kuat.Tapi nyatanya, dadanya terasa sesak.Ia sudah berusaha mempercayai Rey. Berusaha membuka hatinya untuk pria itu, meski bekas luka yang Juna tinggalkan belum sepenuhnya sembuh. Namun, baru saja ia mulai melangkah maju, dunia seolah mengingatkannya bahwa ia bisa dikecewakan lagi.'Kenapa sih, aku harus selalu merasa seperti ini?'Ia menarik napas panjang, tapi justru semakin terasa berat. Tangannya mengepal di atas pangkuannya, gemetar. Ia trauma. Ia takut.Dan yang lebih menyakitkan, justru Juna yang sekarang duduk di sampingnya.Bukan Rey.Juna menatap Hana dengan perasaan campur aduk. Ada rasa bersalah, ada kepedihan, ada keinginan besar untuk menarik gadis itu ke dalam pelukannya, tapi ia tahu ia tidak berhak.Pelan-pelan, ia berlutut di hadapan Hana,

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 76. Rintangan

    Pagi itu, suara notifikasi ponsel membangunkan Hana dari tidurnya. Dengan mata masih setengah terpejam, ia meraih ponselnya di meja samping tempat tidur dan melihat pesan yang masuk.[Pagi, Hana. Kamu udah ke rumah sakit? Kalau belum, aku bisa antar. Jangan sungkan. Sungguh, biarkan aku menebus kesalahanku di masa lalu.]Hana menatap layar ponselnya beberapa detik, jari-jarinya ragu untuk mengetik balasan. Ia menghela napas panjang, lalu menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur, mengusap rambutnya ke belakang sambil merenungkan kata-kata dari Juna.Juna kini terlihat benar-benar berusaha berubah. Sejak kemarin, sikapnya terasa berbeda. Lebih tulus, lebih dewasa. Tapi… apakah itu cukup untuk menghapus semua yang telah terjadi di antara mereka?"Huft, ya sudah… apa boleh buat," gumam Hana pelan.Akhirnya, ia mengetik balasan. [Baiklah, terima kasih. Aku setuju.]Tak butuh waktu lama, Juna membalas. [Aku akan menjemputmu dalam 30 menit.]Hana meletakkan ponselnya, lalu bangkit dar

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 75. Kesempatan Veronica?

    Rey melangkah cepat mendekati Veronica, napasnya sedikit memburu karena ia hampir setengah berlari sejak keluar dari mobil. Ruang tunggu rumah sakit terasa dingin dan sunyi, hanya sesekali terdengar suara langkah perawat yang berlalu-lalang serta desahan napas cemas dari para keluarga pasien lainnya."Veronica!" panggilnya dengan nada mendesak.Wanita itu menoleh, wajahnya sedikit pucat, entah karena cemas atau kelelahan. Ia segera berdiri dari kursinya, menatap Rey dengan sorot mata yang sulit ditebak, ada kecemasan, ada rasa bersalah, dan mungkin sedikit kelegaan karena Rey akhirnya datang."Apa yang terjadi?" tanya Rey tanpa basa-basi.Veronica menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku hendak berkunjung ke rumah kakek, hanya ingin mengobrol santai sambil menikmati kue kesukaannya. Kami berbicara cukup lama, lalu kakekmu pamit ke toilet," jelasnya, suaranya sedikit bergetar. "Tapi setelah hampir tiga puluh menit, dia tak juga kembali. Aku mulai merasa ada yang tidak beres, jadi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status