Share

Bab 6

Author: Vya Kim
last update Last Updated: 2024-12-18 09:59:22

“Apa yang kau lakukan pada wanitaku?”

Suara Rey seketika. membuat Hana dan Juna membeku. Dengan Cepat Hana menoleh pada sosok tinggi tegap itu, begitu pula Juna yang reflek melepaskan cengkramannya juga.

Pipi Hana memanas, dan jantungnya berdetak tak karuan, tapi dia tidak tahu apakah itu karena malu, marah, atau bingung. Pandangannya terarah pada Rey, yang tampak begitu tenang, seolah ucapan tadi adalah sesuatu yang wajar saja.

"Tu-Tuan Rey," gumamnya hampir seperti bisikan.

Juna, di sisi lain, tampak benar-benar terusik. Rahangnya mengeras, dan matanya menatap tajam pada Rey, penuh dengan rasa tidak percaya sekaligus kemarahan yang terpendam. Tangannya mengepal, seakan mencoba mengendalikan emosinya.

"Wanitamu?" tanya Juna dengan nada bergetar.

Hana menoleh sekilas ke arah Juna. Dia mengenali nada itu, nada pria yang egonya terluka.

'Seharusnya aku merasa puas melihatnya seperti ini. Tapi kenapa aku malah merasa ... canggung?" batin Hana.

Matanya kembali pada Rey, yang tetap berdiri tegap dan tak tergoyahkan. Wajah pria itu sama sekali tidak menunjukkan niat untuk memperbaiki suasana, malah terlihat seperti sengaja memanaskan situasi.

"Tolong jangan melewati batas, Tuan Juna." Suara Rey tetap tenang, berdiri di sana seperti perisai yang tak bisa ditembus. Juna, di sisi lain, terlihat semakin kecil.

"Hana, kita harus kembali ke kantor," pinta Rey lagi sembari menatap Hana tanpa ekspresi.

"Ba-baik Tuan Rey," sahut Hana tergagap masih berselimut keterkejutan, tapi ia segera beranjak dari sana mengikuti Rey di depannya, meninggalkan Juna yang tengah menatap kepergian begitu tajam.

Langkahnya terburu-buru, nyaris mengikuti ritme langkah Rey yang tegap dan penuh kendali. Hingga akhirnya mereka tiba di lobi belakang yang lebih sepi. Rey berhenti,

Ia berbalik, dan menatap dingin pada Hana yang sekarang sedang menunduk, seolah di pergoki melakukan kesalahan.

Menyadari itu, perlahan Hana mendongakkan kepala menatap atasannya gugup.

"Maafkan saya Tuan, itu tak akan terjadi lagi," ujarnya kembali menunduk.

"Jika kau tidak bersalah, jangan tundukkan pandanganmu, aku melihat semuanya." Rey berdiri menyembunyikan tangan di saku celananya.

Hana mendongak perlahan lagi, menyadari Rey benar, kata-kata singkat atasannya itu membuat kepercayaan dirinya meningkat.

"Ya, Tuan. Terima kasih atas bantuan Anda." Hana tersenyum gugup.

"Apa pun masa lalumu, kuharap tak mencampuri urusan kantor."

"Tentu Tuan! Saya akan lebih hati-hati kedepannya." Hana membungkuk sopan, tapi hanya di balas dengan helaan nafas dari Rey, dan CEO-nya itu berbalik melanjutkan langkah meninggalkannya.

Menyadari itu, Hana kembali menegakkan tubuh, bahu yang semula menegang ia turunkan bersamaan hembusan nafasnya, membuang ketegangan.

"Tadi itu sangat ... menegangkan ...," gumamnya sembari melangkah lagi menyusul Rey yang terlihat memasuki mobilnya.

'Apa aku harus naik mobilnya lagi?' batin Hana semakin canggung.

Namun ketika ia sampai di depan mobil Rey, Bastian sudah membukakan pintu untuknya di kursi penumpang, yang artinya harus duduk bersebelahan dengan Rey lagi.

Hana tak bisa mengelak, padahal ia bermaksud untuk naik taksi saja kembali ke kantor, tapi keadaannya malah seperti ini ...

"Terima kasih Tuan Bastian," ujar Hana sungkan, ia pun duduk dengan cepat, tahu bahwa atasannya ini tak suka menunggu lama.

Di dalam mobil, suasana begitu sunyi hingga deru mesin terdengar jelas. Hana duduk kaku, tangannya terkepal di pangkuan, berusaha mengatur napas agar tak terlihat gelisah. Rey di sebelahnya, duduk tenang, memandang keluar jendela seolah dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Hana.

Namun, keheningan itu justru membuat Hana semakin tidak nyaman. Dia melirik sekilas ke arah Rey, tetapi tatapannya segera beralih kembali ke pangkuannya begitu melihat ekspresi pria itu, dingin, seperti tembok kokoh yang tak bisa ditembus.

Tiba-tiba suara telepon memecah suasana. Rey merogoh saku, mengeluarkan ponselnya, dan melihat nama yang tertera di layar. Wajahnya berubah sedikit, ada gurat ketidaksukaan yang jelas terbaca oleh Hana.

Tanpa sepatah kata, Rey menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga.

“Ada apa, Kakek?” tanyanya datar, nyaris tanpa emosi.

“Sudah menungguku di kantor?” Rey mengulang ucapan dari telepon, suaranya terdengar lebih berat.

Dia menutup telepon tanpa banyak basa-basi, lalu menoleh ke depan.

“Bastian, percepat ke Agensi.”

Mobil melaju lebih cepat, membuat Hana semakin terpojok pada kursinya. Tapi dia tetap tidak berani berkata apa pun. Saat mereka tiba di depan gedung, Rey hanya menoleh sedikit.

“Turunlah.”

“Terima kasih, Tuan Rey,” ucap Hana, terburu-buru keluar dari mobil tanpa menunggu balasan. Dia melangkah menuju ruangannya, berusaha menenangkan diri dari keadaan canggung di depan mobil.

Rey melangkah masuk ke ruangannya dengan ekspresi serius. Dari kejauhan, Hana dapat melihat seorang pria tua namun tetap berwibawa, duduk di kursi tamu ruangan Rey.

Kakek Rey tampak elegan, mengenakan setelan jas hitam Armani yang pas membalut tubuh tegapnya. Dia memegang tongkat dengan ukiran mewah, meski terlihat lebih sebagai simbol kekuasaan daripada alat bantu jalan.

Dinding kaca ruang kerja Rey yang sebelumnya transparan perlahan berubah buram. Hana tahu pertemuan itu bukan untuk sembarang orang mendengar.

Rey berdiri di hadapan pria tua itu, tangannya bersembunyi di dalam saku celananya. Tatapannya tegas, tidak menunjukkan rasa hormat yang biasanya ditunjukkan seorang cucu pada kakeknya.

“Langsung saja. Ada apa?” tanya Rey dingin.

Kakeknya tersenyum kecil, senyuman yang lebih terasa seperti ancaman daripada keramahan.

“Kau tahu apa yang aku inginkan, Rey. Pernikahan ini adalah langkah yang tepat. Kau akan menikah dengan wanita yang sudah kupilih.”

Rey mendesah pelan, tapi tetap berdiri tegak. “Aku sudah bilang sebelumnya, Kakek. Aku tidak tertarik.”

Wajah kakeknya mengeras. Tatapannya menjadi lebih tajam, seolah mencoba mencari celah di balik sikap keras Rey.

“Apakah kau menolak karena sudah memiliki wanita di sisimu?” tanyanya, suaranya rendah namun penuh tekanan.

Rey menatap lurus ke arah kakeknya, tidak berkedip sedikit pun. “Ya, aku punya pilihan sendiri,” jawabnya dengan nada datar, meski dalam hati dia tahu itu kebohongan besar.

Kakeknya tersenyum tipis, senyuman yang penuh skeptisisme. “Pilihanmu sendiri?”

Kemudian, dia melanjutkan, “Apakah dia wanita yang bersamamu tadi?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 7

    Ruangan itu terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun sinar matahari menembus tirai yang terbuka.Rey berdiri tegap di dekat meja kerjanya, tak menjawab pertanyaan sang kakek.Sementara kakeknya duduk dengan tenang, tapi sorot matanya penuh tuntutan. Di balik ketenangan itu, ada ambisi besar yang tersirat.Kakeknya, pria yang membangun Astroha Entertainment dari nol, tahu usianya tidak lagi muda. Masa kejayaan sudah berlalu, dan kini dia mengandalkan Rey untuk menjaga warisan itu tetap hidup.Bagi sang kakek, pernikahan Rey adalah langkah strategis, lebih dari sekadar urusan keluarga. Kerja sama dengan keluarga pengusaha lain akan memperkuat perusahaan mereka, memastikan Astroha tetap berada di puncak. Namun, Rey, dengan status lajangnya, dianggap kurang stabil di mata mitra bisnis yang mereka targetkan.Kakek Rey menghela napas panjang, memecah keheningan yang menyelimuti ruangan. Dia bersandar di kursi dengan tongkat di pan

    Last Updated : 2025-01-03
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 8

    Setelah kakeknya pergi, Rey keluar dari ruangannya dengan langkah tenang namun tegas. Sepatu kulitnya berbunyi ringan di atas lantai marmer, menarik perhatian karyawan yang berada di area meja kerja. Semua karyawan serempak berdiri menyambut kedatangan CEO mereka. Di antara mereka, Rocky, salah satu supervisor tim, melangkah maju dan memberi salam dengan hormat. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Rocky dengan nada formal namun penuh rasa hormat. Rey mengedarkan pandangannya ke seluruh area, matanya sekilas berhenti di meja Hana sebelum ia menjawab dengan suara yang tenang namun tegas. “Setelah pulang kerja, mari makan malam bersama untuk penyambutan karyawan baru.” Rocky, yang menangkap maksud itu, melirik cepat ke arah Hana sebelum kembali menatap Rey. “Oh, tentu, Tuan! Saya akan mengatur semuanya.” Rey mengangguk singkat. “Saya yang traktir,” tam

    Last Updated : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 9

    Hana tertegun, matanya membesar karena keterkejutan. "Maaf, Tuan? Saya rasa saya salah dengar," katanya gugup, langkahnya secara refleks mundur sedikit. Rey tetap tenang, seolah tidak terganggu oleh reaksi Hana. Ia menghela napas panjang, memperhatikan sekeliling sebentar, lalu kembali menatapnya. "Mari kita bicara di tempat lain," ujarnya dengan nada datar namun penuh keyakinan. Hana membuka mulut hendak menolak, tetapi Rey sudah melangkah mendekat, memberikan isyarat agar ia mengikuti. Meski ragu, Hana akhirnya menurut, pikirannya penuh tanda tanya. Mereka masuk ke dalam mobil Rey, sebuah Mercedes-Benz S-Class yang terlihat mengilap di bawah lampu jalan. Suasana di dalam mobil hening, hanya diisi suara lembut musik klasik dari speaker mobil. Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di sebuah kafe kecil dengan suasana hangat. Rey memesan ruang makan tertutup yang dirancang khusus untuk privasi

    Last Updated : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 10

    Rey baru saja memasuki apartemennya yang luas dan modern, dengan pemandangan kota yang berkilauan di malam hari. Ia melepas jasnya, menggantungnya di sandaran kursi, dan duduk di meja kerjanya. Di depan Rey, tumpukan dokumen menunggu untuk diperiksa, tetapi pikirannya melayang-layang, memikirkan rencana besar yang mulai terbentuk. Saat ia baru hendak membuka salah satu dokumen, teleponnya berdering. Nama "Hana" tertera di layar. Rey melirik ponselnya, lalu menjawab dengan suara tenang. “Ya, Hana?” Ia bersandar di kursi putarnya, menunggu apa yang akan dikatakan wanita itu. Di seberang, suara Hana terdengar jelas meski sedikit gemetar, “Saya bersedia menjadi tunangan palsu Anda.” Mendengar itu, sudut bibir Rey terangkat tinggi, membentuk senyuman penuh kemenangan. Ia menunggu sejenak, menikmati momen itu sebelum menjawab, “Baiklah, akan kusiapkan kontrak kerja sama kita.”

    Last Updated : 2025-01-06
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 11

    Petang menjelang, dan suasana kantor perlahan berubah menjadi sepi. Hana dan timnya baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka hari itu. Naskah yang tengah mereka kerjakan sudah mencapai 80 persen. Dalam hati, Hana merasa bangga karena usahanya untuk terus belajar dan bertanya saat menemui kesulitan benar-benar membuahkan hasil.Rekan-rekan satu timnya pun tampak senang bekerja sama dengannya. Hana adalah tipe orang yang mau mendengarkan kritik dan menerima masukan dengan lapang dada, membuat suasana kerja menjadi lebih nyaman."Bye, Hana! Besok kita tempur lagi! Sepertinya naskah kita sudah selesai sepenuhnya besok. Semangat, ya!" seru Rocky, salah satu rekan yang terkenal enerjik, sambil melambai dengan penuh semangat."Iya, bye! Terima kasih untuk hari ini!" balas Hana ceria, melambai-lambaikan tangannya. Suaranya yang ceria menyelimuti kantor yang mulai sepi, menghangatkan suasana sebelum akhirnya Rocky dan yang lain keluar. TING!

    Last Updated : 2025-01-06
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 12

    Hana akhirnya sampai di depan gedung pencakar langit dengan logo besar bertuliskan "BG TV."Gedung itu berdiri megah, memancarkan aura arogan. Hana menatapnya dengan mata tajam, penuh kebencian. Seolah dengan pandangannya saja, ia mampu meruntuhkan seluruh bangunan.Setelah menarik napas panjang, ia melangkah masuk. Suara langkah sepatunya menggema di lantai lobby yang sepi. Tanpa ragu, ia menuju lift, menekan tombol menuju lantai tempat Juna berada.Ketika pintu lift terbuka, lantai itu masih dipenuhi beberapa karyawan yang lembur. Namun, Hana tidak peduli. Pandangannya lurus ke depan, langkahnya mantap, hingga ia berhenti di depan pintu ruangan Juna.Di luar, ia melirik sekilas meja wanita yang sering ia lihat bersama Juna, si wanita j*lang Dara. Wanita itu tampak masih menunggu, entah untuk pekerjaan atau untuk menunggu Juna.Hana tak mengetuk pintu. Ia langsung mendorongnya dengan kuat dan masuk ke dalam ruangan.Juna yang s

    Last Updated : 2025-01-07
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 13

    Di sebuah ruangan kerja yang megah, Tuan Noh duduk di belakang meja kayu mahoni yang besar dan elegan. Di sekitarnya, rak-rak penuh buku dan penghargaan bisnis berjajar rapi, menandakan betapa panjang dan gemilang perjalanan hidupnya sebagai seorang pengusaha.Di atas meja, tergeletak sebuah berkas dengan tulisan Hana Varelly di sudutnya. Tuan Noh menyandarkan tubuhnya di kursi, tangannya perlahan membuka berkas itu. Sebuah CV sederhana terlihat di dalamnya, memuat informasi tentang seorang wanita muda dengan riwayat pendidikan dan pengalaman kerja yang tak terlalu mencolok.Namun, yang membuatnya berhenti adalah kolom data keluarga. Di sana, tertera nama Federic Varelly sebagai ayah Hana. Tatapannya berubah tajam, jari-jarinya mengetuk ringan permukaan meja.“Federic Varelly ...,” gumamnya dengan nada rendah, mengingat nama yang begitu familiar baginya. Federic adalah rekan bisnis lamanya yang dulu sangat ia hormati, seorang pria yang dikenal karena kecer

    Last Updated : 2025-01-07
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 14

    Semilir angin pagi membelai lembut rambut Rey, menambah kesan memukau pada dirinya. Rambutnya yang masih setengah basah memberi kesan segar, sementara sorot matanya tajam namun tenang saat ia berbalik dan mendapati Hana berdiri di ambang pintu.Hana awalnya terkejut. Pertanyaan "Kenapa Tuan Rey tiba-tiba menjemput?" sempat terlintas di pikirannya. Namun, seketika ia menyadari, ini adalah bagian dari peran yang harus ia jalani.Wajahnya yang semula menunjukkan kebingungan berubah dengan cepat. Ia menyunggingkan senyum, sepenuhnya sadar bahwa permainannya telah dimulai.Rey melangkah mendekat, angin pagi ikut membawa aroma maskulin samar dari tubuhnya. Ia berhenti tepat di hadapan Hana, lalu membungkuk sedikit, bibirnya nyaris menyentuh telinga Hana.“Bersikaplah seperti pasangan pada umumnya. Kakekku memantau dari jauh,” bisiknya datar namun tegas, nyaris seperti sebuah perintah.Hana langsung merespons. Senyumnya meluas, kali ini lebih ce

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 83. Hati yang Masih Tertaut

    Sejak wawancara itu tayang, drama Stolen Heart semakin populer. Rating acara bincang-bincang tempat Hana hadir sebagai bintang tamu utama pun melesat tinggi. Komentar-komentar positif membanjiri media sosial, membahas betapa jujur dan menyentuhnya kata-kata Hana saat menjelaskan inspirasinya dalam menulis naskah drama tersebut.Banyak yang merasa terhubung dengan kisah itu, terutama mereka yang pernah merasakan sakitnya diselingkuhi. Bahkan, beberapa artikel mulai membahas betapa kuatnya sosok Hana sebagai penulis wanita yang bisa menyampaikan perasaan perempuan dengan begitu nyata.Di tengah kesibukan dan euforia itu, Hana tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Beberapa kali ia menyempatkan diri menjenguk Tuan Noh di rumah sakit, memastikan kondisi kakek Rey tetap stabil. Pria tua itu selalu tersenyum setiap kali melihatnya datang, meski tubuhnya tampak semakin ringkih.Hingga akhirnya, undangan itu datang.Sebuah perayaan kecil di mansion Rey untuk merayakan kesuksesan drama.H

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 82. Hati Kita

    "Aku percaya bahwa cerita yang paling bisa menyentuh hati adalah yang berakar dari kenyataan," kata Hana. "Banyak dari kita yang pernah merasakan patah hati, dikhianati, atau ditinggalkan. Diselingkuhi itu menyakitkan, dan aku yakin ada banyak orang di luar sana yang mengalami hal serupa." Suasana di studio perlahan berubah menjadi lebih hening. Para pemain dan MC yang awalnya santai, kini mulai serius mendengarkan. "Tapi aku juga percaya bahwa di luar sana, masih ada cinta sejati untuk kita," lanjut Hana dengan nada penuh harapan. "Hanya saja, mungkin kita belum menemukannya. Lewat Stolen Heart, aku ingin menyampaikan sesuatu yang menurutku menjadi keinginan setiap wanita, untuk dihargai, dicintai, disayangi, ingin menjadi satu-satunya, dan yang terpenting… ingin bahagia." Beberapa penonton terlihat mengangguk pelan, seakan memahami betul perasaan yang Hana ungkapkan. Bahkan salah satu aktris utama dalam drama itu tampak berkaca-kaca, seolah-olah teringat pada pengalaman pribadi

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 81. Hati yang terluka

    Satu minggu berlalu dengan cepat. Drama "Stolen Heart" terus menjadi topik hangat di berbagai media. Penonton menyukainya, dan banyak kritik positif berdatangan, memuji alur cerita yang menarik serta karakter-karakter yang terasa hidup. Hana, sebagai penulis utama, tentu saja ikut terkena sorotan.Hari ini, ia bersiap menghadiri acara bincang-bincang televisi yang mengundang para pemain dan kru drama. Sebagai penulis, ia memiliki peran penting dalam acara ini, menceritakan proses kreatifnya, tantangan selama produksi, serta inspirasinya dalam menulis naskah yang kini tengah digandrungi banyak orang.Di ruang tunggu, Hana duduk di sofa panjang, sementara Dina dan beberapa rekan dari tim produksi menemaninya. Ruangan itu cukup nyaman, dengan meja penuh camilan ringan dan botol air mineral yang tertata rapi."Aku masih nggak percaya drama ini sukses besar," ujar Dina sambil tersenyum bangga. "Kita benar-benar kerja keras, dan hasilnya luar biasa!"Hana tersenyum kecil, merapikan rambutny

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 80. Hampa

    Hana menatap layar laptopnya dengan kosong. Jarum jam di meja kerjanya menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi otaknya masih terasa berat untuk bekerja. Aroma kopi yang mengepul dari cangkirnya pun tak mampu mengusir kepenatan yang menggelayut di pikirannya.Di luar jendela kantor, gedung-gedung tinggi berjajar rapi, langit sedikit mendung, pertanda akan hujan siang nanti. Kantor produksi tempatnya bekerja sebagai penulis skrip terasa lebih sibuk dari biasanya. Beberapa rekannya berlalu-lalang membawa dokumen, ada juga yang sedang berdiskusi seru di area lounge kecil.Namun, Hana hanya bisa terduduk diam di meja kerjanya, merasa hampa.Pikirannya masih melayang ke kejadian di hotel beberapa hari lalu, tatapan Rey yang penuh luka saat ia mengembalikan cincin itu. Wajah pria itu terus menghantui benaknya, membuat hatinya terasa seperti diremas."Hana, naskah episode tambahan sudah selesai?"Suara Dina, seperti biasa menyadarkannya tiba-tiba. Hana langsung tersadar dan tersenyum kecil. "Ah

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 79. Barisan Para Mantan

    Juna melirik sekilas ke samping, di mana Veronica duduk dengan anggun di kursi penumpang. Gadis itu tampak tenang, menatap lurus ke depan dengan bibir sedikit mengerucut. Setelah keluar dari rumah sakit dan meninggalkan Rey bersama Hana, suasana di dalam mobil terasa hening, hanya diisi oleh suara mesin yang menderu pelan.Juna sendiri bukan tipe orang yang suka memulai percakapan. Tapi ada sesuatu tentang Veronica yang membuatnya penasaran. Selama ini ia tak terlalu memperhatikan perempuan itu, tapi melihat bagaimana interaksi mereka dengan Rey dan Hana tadi, dia bisa menyimpulkan satu hal: Veronica dan dia sama-sama orang yang ‘terbuang.’"Kamu diam aja," ujar Veronica tiba-tiba, memecah keheningan. "Biasanya cowok yang mengantar seorang cewek akan mencoba berbasa-basi."Juna meliriknya sekilas. "Aku bukan tipe cowok kayak gitu."Veronica tertawa kecil, nada suaranya mengandung sedikit sarkasme. "Ya, aku bisa menebaknya. Dingin, sedikit kaku... mungkin juga egois?""Aku lebih suka m

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 78. Terlepas

    Setelah selesai menjenguk Tuan Noh, Hana merapikan tasnya dan bersiap untuk pulang bersama ibunya. Namun, sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, Rey berdiri di hadapannya, menghentikan langkah Juna yang tadinya berniat mengantar mereka.“Biar aku saja yang mengantarmu pulang,” ujar Rey dengan nada tegas. Dirinya menghadap Hana, namun tatapannya mengarah langsung pada Juna, memastikan bahwa pria itu tidak punya ruang untuk menolak.Hana melirik Rey, malas berdebat. Sudah cukup semua ketegangan hari ini, dan ia tidak ingin memperpanjang drama. “Terserah,” gumamnya pelan, lalu merangkul lengan Bu Lauren.Juna menaikkan satu alisnya, menatap Rey dengan ekspresi datar. "Lalu, bagaimana dengan Nona Veronica?" tanyanya santai, meski ada sedikit ketegangan dalam suaranya.Rey menoleh sekilas ke arah Veronica yang berdiri di belakang mereka. “Dia bisa kau antar. Rumahnya searah dengan tempat tinggalmu”Juna melipat tangan di dadanya, menimbang sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan nada acu

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 77. Perasaan Terdalam

    Hana duduk di bangku taman rumah sakit, bahunya bergetar halus menahan isakan. Ia menggigit bibir, mencoba menahan tangisnya, tapi air mata tetap jatuh tanpa bisa dihentikan.Seharusnya ia tidak merasa sesakit ini. Seharusnya ia kuat.Tapi nyatanya, dadanya terasa sesak.Ia sudah berusaha mempercayai Rey. Berusaha membuka hatinya untuk pria itu, meski bekas luka yang Juna tinggalkan belum sepenuhnya sembuh. Namun, baru saja ia mulai melangkah maju, dunia seolah mengingatkannya bahwa ia bisa dikecewakan lagi.'Kenapa sih, aku harus selalu merasa seperti ini?'Ia menarik napas panjang, tapi justru semakin terasa berat. Tangannya mengepal di atas pangkuannya, gemetar. Ia trauma. Ia takut.Dan yang lebih menyakitkan, justru Juna yang sekarang duduk di sampingnya.Bukan Rey.Juna menatap Hana dengan perasaan campur aduk. Ada rasa bersalah, ada kepedihan, ada keinginan besar untuk menarik gadis itu ke dalam pelukannya, tapi ia tahu ia tidak berhak.Pelan-pelan, ia berlutut di hadapan Hana,

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 76. Rintangan

    Pagi itu, suara notifikasi ponsel membangunkan Hana dari tidurnya. Dengan mata masih setengah terpejam, ia meraih ponselnya di meja samping tempat tidur dan melihat pesan yang masuk.[Pagi, Hana. Kamu udah ke rumah sakit? Kalau belum, aku bisa antar. Jangan sungkan. Sungguh, biarkan aku menebus kesalahanku di masa lalu.]Hana menatap layar ponselnya beberapa detik, jari-jarinya ragu untuk mengetik balasan. Ia menghela napas panjang, lalu menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur, mengusap rambutnya ke belakang sambil merenungkan kata-kata dari Juna.Juna kini terlihat benar-benar berusaha berubah. Sejak kemarin, sikapnya terasa berbeda. Lebih tulus, lebih dewasa. Tapi… apakah itu cukup untuk menghapus semua yang telah terjadi di antara mereka?"Huft, ya sudah… apa boleh buat," gumam Hana pelan.Akhirnya, ia mengetik balasan. [Baiklah, terima kasih. Aku setuju.]Tak butuh waktu lama, Juna membalas. [Aku akan menjemputmu dalam 30 menit.]Hana meletakkan ponselnya, lalu bangkit dar

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 75. Kesempatan Veronica?

    Rey melangkah cepat mendekati Veronica, napasnya sedikit memburu karena ia hampir setengah berlari sejak keluar dari mobil. Ruang tunggu rumah sakit terasa dingin dan sunyi, hanya sesekali terdengar suara langkah perawat yang berlalu-lalang serta desahan napas cemas dari para keluarga pasien lainnya."Veronica!" panggilnya dengan nada mendesak.Wanita itu menoleh, wajahnya sedikit pucat, entah karena cemas atau kelelahan. Ia segera berdiri dari kursinya, menatap Rey dengan sorot mata yang sulit ditebak, ada kecemasan, ada rasa bersalah, dan mungkin sedikit kelegaan karena Rey akhirnya datang."Apa yang terjadi?" tanya Rey tanpa basa-basi.Veronica menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku hendak berkunjung ke rumah kakek, hanya ingin mengobrol santai sambil menikmati kue kesukaannya. Kami berbicara cukup lama, lalu kakekmu pamit ke toilet," jelasnya, suaranya sedikit bergetar. "Tapi setelah hampir tiga puluh menit, dia tak juga kembali. Aku mulai merasa ada yang tidak beres, jadi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status