Share

Bab 6

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 09:59:22

“Apa yang kau lakukan pada wanitaku?”

Suara Rey seketika. membuat Hana dan Juna membeku. Dengan Cepat Hana menoleh pada sosok tinggi tegap itu, begitu pula Juna yang reflek melepaskan cengkramannya juga.

Pipi Hana memanas, dan jantungnya berdetak tak karuan, tapi dia tidak tahu apakah itu karena malu, marah, atau bingung. Pandangannya terarah pada Rey, yang tampak begitu tenang, seolah ucapan tadi adalah sesuatu yang wajar saja.

"Tu-Tuan Rey," gumamnya hampir seperti bisikan.

Juna, di sisi lain, tampak benar-benar terusik. Rahangnya mengeras, dan matanya menatap tajam pada Rey, penuh dengan rasa tidak percaya sekaligus kemarahan yang terpendam. Tangannya mengepal, seakan mencoba mengendalikan emosinya.

"Wanitamu?" tanya Juna dengan nada bergetar.

Hana menoleh sekilas ke arah Juna. Dia mengenali nada itu, nada pria yang egonya terluka.

'Seharusnya aku merasa puas melihatnya seperti ini. Tapi kenapa aku malah merasa ... canggung?" batin Hana.

Matanya kembali pada Rey, yang tetap berdiri tegap dan tak tergoyahkan. Wajah pria itu sama sekali tidak menunjukkan niat untuk memperbaiki suasana, malah terlihat seperti sengaja memanaskan situasi.

"Tolong jangan melewati batas, Tuan Juna." Suara Rey tetap tenang, berdiri di sana seperti perisai yang tak bisa ditembus. Juna, di sisi lain, terlihat semakin kecil.

"Hana, kita harus kembali ke kantor," pinta Rey lagi sembari menatap Hana tanpa ekspresi.

"Ba-baik Tuan Rey," sahut Hana tergagap masih berselimut keterkejutan, tapi ia segera beranjak dari sana mengikuti Rey di depannya, meninggalkan Juna yang tengah menatap kepergian begitu tajam.

Langkahnya terburu-buru, nyaris mengikuti ritme langkah Rey yang tegap dan penuh kendali. Hingga akhirnya mereka tiba di lobi belakang yang lebih sepi. Rey berhenti,

Ia berbalik, dan menatap dingin pada Hana yang sekarang sedang menunduk, seolah di pergoki melakukan kesalahan.

Menyadari itu, perlahan Hana mendongakkan kepala menatap atasannya gugup.

"Maafkan saya Tuan, itu tak akan terjadi lagi," ujarnya kembali menunduk.

"Jika kau tidak bersalah, jangan tundukkan pandanganmu, aku melihat semuanya." Rey berdiri menyembunyikan tangan di saku celananya.

Hana mendongak perlahan lagi, menyadari Rey benar, kata-kata singkat atasannya itu membuat kepercayaan dirinya meningkat.

"Ya, Tuan. Terima kasih atas bantuan Anda." Hana tersenyum gugup.

"Apa pun masa lalumu, kuharap tak mencampuri urusan kantor."

"Tentu Tuan! Saya akan lebih hati-hati kedepannya." Hana membungkuk sopan, tapi hanya di balas dengan helaan nafas dari Rey, dan CEO-nya itu berbalik melanjutkan langkah meninggalkannya.

Menyadari itu, Hana kembali menegakkan tubuh, bahu yang semula menegang ia turunkan bersamaan hembusan nafasnya, membuang ketegangan.

"Tadi itu sangat ... menegangkan ...," gumamnya sembari melangkah lagi menyusul Rey yang terlihat memasuki mobilnya.

'Apa aku harus naik mobilnya lagi?' batin Hana semakin canggung.

Namun ketika ia sampai di depan mobil Rey, Bastian sudah membukakan pintu untuknya di kursi penumpang, yang artinya harus duduk bersebelahan dengan Rey lagi.

Hana tak bisa mengelak, padahal ia bermaksud untuk naik taksi saja kembali ke kantor, tapi keadaannya malah seperti ini ...

"Terima kasih Tuan Bastian," ujar Hana sungkan, ia pun duduk dengan cepat, tahu bahwa atasannya ini tak suka menunggu lama.

Di dalam mobil, suasana begitu sunyi hingga deru mesin terdengar jelas. Hana duduk kaku, tangannya terkepal di pangkuan, berusaha mengatur napas agar tak terlihat gelisah. Rey di sebelahnya, duduk tenang, memandang keluar jendela seolah dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Hana.

Namun, keheningan itu justru membuat Hana semakin tidak nyaman. Dia melirik sekilas ke arah Rey, tetapi tatapannya segera beralih kembali ke pangkuannya begitu melihat ekspresi pria itu, dingin, seperti tembok kokoh yang tak bisa ditembus.

Tiba-tiba suara telepon memecah suasana. Rey merogoh saku, mengeluarkan ponselnya, dan melihat nama yang tertera di layar. Wajahnya berubah sedikit, ada gurat ketidaksukaan yang jelas terbaca oleh Hana.

Tanpa sepatah kata, Rey menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga.

“Ada apa, Kakek?” tanyanya datar, nyaris tanpa emosi.

“Sudah menungguku di kantor?” Rey mengulang ucapan dari telepon, suaranya terdengar lebih berat.

Dia menutup telepon tanpa banyak basa-basi, lalu menoleh ke depan.

“Bastian, percepat ke Agensi.”

Mobil melaju lebih cepat, membuat Hana semakin terpojok pada kursinya. Tapi dia tetap tidak berani berkata apa pun. Saat mereka tiba di depan gedung, Rey hanya menoleh sedikit.

“Turunlah.”

“Terima kasih, Tuan Rey,” ucap Hana, terburu-buru keluar dari mobil tanpa menunggu balasan. Dia melangkah menuju ruangannya, berusaha menenangkan diri dari keadaan canggung di depan mobil.

Rey melangkah masuk ke ruangannya dengan ekspresi serius. Dari kejauhan, Hana dapat melihat seorang pria tua namun tetap berwibawa, duduk di kursi tamu ruangan Rey.

Kakek Rey tampak elegan, mengenakan setelan jas hitam Armani yang pas membalut tubuh tegapnya. Dia memegang tongkat dengan ukiran mewah, meski terlihat lebih sebagai simbol kekuasaan daripada alat bantu jalan.

Dinding kaca ruang kerja Rey yang sebelumnya transparan perlahan berubah buram. Hana tahu pertemuan itu bukan untuk sembarang orang mendengar.

Rey berdiri di hadapan pria tua itu, tangannya bersembunyi di dalam saku celananya. Tatapannya tegas, tidak menunjukkan rasa hormat yang biasanya ditunjukkan seorang cucu pada kakeknya.

“Langsung saja. Ada apa?” tanya Rey dingin.

Kakeknya tersenyum kecil, senyuman yang lebih terasa seperti ancaman daripada keramahan.

“Kau tahu apa yang aku inginkan, Rey. Pernikahan ini adalah langkah yang tepat. Kau akan menikah dengan wanita yang sudah kupilih.”

Rey mendesah pelan, tapi tetap berdiri tegak. “Aku sudah bilang sebelumnya, Kakek. Aku tidak tertarik.”

Wajah kakeknya mengeras. Tatapannya menjadi lebih tajam, seolah mencoba mencari celah di balik sikap keras Rey.

“Apakah kau menolak karena sudah memiliki wanita di sisimu?” tanyanya, suaranya rendah namun penuh tekanan.

Rey menatap lurus ke arah kakeknya, tidak berkedip sedikit pun. “Ya, aku punya pilihan sendiri,” jawabnya dengan nada datar, meski dalam hati dia tahu itu kebohongan besar.

Kakeknya tersenyum tipis, senyuman yang penuh skeptisisme. “Pilihanmu sendiri?”

Kemudian, dia melanjutkan, “Apakah dia wanita yang bersamamu tadi?”

Bab terkait

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 7

    Ruangan itu terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun sinar matahari menembus tirai yang terbuka.Rey berdiri tegap di dekat meja kerjanya, tak menjawab pertanyaan sang kakek.Sementara kakeknya duduk dengan tenang, tapi sorot matanya penuh tuntutan. Di balik ketenangan itu, ada ambisi besar yang tersirat.Kakeknya, pria yang membangun Astroha Entertainment dari nol, tahu usianya tidak lagi muda. Masa kejayaan sudah berlalu, dan kini dia mengandalkan Rey untuk menjaga warisan itu tetap hidup.Bagi sang kakek, pernikahan Rey adalah langkah strategis, lebih dari sekadar urusan keluarga. Kerja sama dengan keluarga pengusaha lain akan memperkuat perusahaan mereka, memastikan Astroha tetap berada di puncak. Namun, Rey, dengan status lajangnya, dianggap kurang stabil di mata mitra bisnis yang mereka targetkan.Kakek Rey menghela napas panjang, memecah keheningan yang menyelimuti ruangan. Dia bersandar di kursi dengan tongkat di pan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 8

    Setelah kakeknya pergi, Rey keluar dari ruangannya dengan langkah tenang namun tegas. Sepatu kulitnya berbunyi ringan di atas lantai marmer, menarik perhatian karyawan yang berada di area meja kerja. Semua karyawan serempak berdiri menyambut kedatangan CEO mereka. Di antara mereka, Rocky, salah satu supervisor tim, melangkah maju dan memberi salam dengan hormat. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Rocky dengan nada formal namun penuh rasa hormat. Rey mengedarkan pandangannya ke seluruh area, matanya sekilas berhenti di meja Hana sebelum ia menjawab dengan suara yang tenang namun tegas. “Setelah pulang kerja, mari makan malam bersama untuk penyambutan karyawan baru.” Rocky, yang menangkap maksud itu, melirik cepat ke arah Hana sebelum kembali menatap Rey. “Oh, tentu, Tuan! Saya akan mengatur semuanya.” Rey mengangguk singkat. “Saya yang traktir,” tam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 9

    Hana tertegun, matanya membesar karena keterkejutan. "Maaf, Tuan? Saya rasa saya salah dengar," katanya gugup, langkahnya secara refleks mundur sedikit. Rey tetap tenang, seolah tidak terganggu oleh reaksi Hana. Ia menghela napas panjang, memperhatikan sekeliling sebentar, lalu kembali menatapnya. "Mari kita bicara di tempat lain," ujarnya dengan nada datar namun penuh keyakinan. Hana membuka mulut hendak menolak, tetapi Rey sudah melangkah mendekat, memberikan isyarat agar ia mengikuti. Meski ragu, Hana akhirnya menurut, pikirannya penuh tanda tanya. Mereka masuk ke dalam mobil Rey, sebuah Mercedes-Benz S-Class yang terlihat mengilap di bawah lampu jalan. Suasana di dalam mobil hening, hanya diisi suara lembut musik klasik dari speaker mobil. Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di sebuah kafe kecil dengan suasana hangat. Rey memesan ruang makan tertutup yang dirancang khusus untuk privasi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 10

    Rey baru saja memasuki apartemennya yang luas dan modern, dengan pemandangan kota yang berkilauan di malam hari. Ia melepas jasnya, menggantungnya di sandaran kursi, dan duduk di meja kerjanya. Di depan Rey, tumpukan dokumen menunggu untuk diperiksa, tetapi pikirannya melayang-layang, memikirkan rencana besar yang mulai terbentuk. Saat ia baru hendak membuka salah satu dokumen, teleponnya berdering. Nama "Hana" tertera di layar. Rey melirik ponselnya, lalu menjawab dengan suara tenang. “Ya, Hana?” Ia bersandar di kursi putarnya, menunggu apa yang akan dikatakan wanita itu. Di seberang, suara Hana terdengar jelas meski sedikit gemetar, “Saya bersedia menjadi tunangan palsu Anda.” Mendengar itu, sudut bibir Rey terangkat tinggi, membentuk senyuman penuh kemenangan. Ia menunggu sejenak, menikmati momen itu sebelum menjawab, “Baiklah, akan kusiapkan kontrak kerja sama kita.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 11

    Petang menjelang, dan suasana kantor perlahan berubah menjadi sepi. Hana dan timnya baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka hari itu. Naskah yang tengah mereka kerjakan sudah mencapai 80 persen. Dalam hati, Hana merasa bangga karena usahanya untuk terus belajar dan bertanya saat menemui kesulitan benar-benar membuahkan hasil.Rekan-rekan satu timnya pun tampak senang bekerja sama dengannya. Hana adalah tipe orang yang mau mendengarkan kritik dan menerima masukan dengan lapang dada, membuat suasana kerja menjadi lebih nyaman."Bye, Hana! Besok kita tempur lagi! Sepertinya naskah kita sudah selesai sepenuhnya besok. Semangat, ya!" seru Rocky, salah satu rekan yang terkenal enerjik, sambil melambai dengan penuh semangat."Iya, bye! Terima kasih untuk hari ini!" balas Hana ceria, melambai-lambaikan tangannya. Suaranya yang ceria menyelimuti kantor yang mulai sepi, menghangatkan suasana sebelum akhirnya Rocky dan yang lain keluar. TING!

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 12

    Hana akhirnya sampai di depan gedung pencakar langit dengan logo besar bertuliskan "BG TV."Gedung itu berdiri megah, memancarkan aura arogan. Hana menatapnya dengan mata tajam, penuh kebencian. Seolah dengan pandangannya saja, ia mampu meruntuhkan seluruh bangunan.Setelah menarik napas panjang, ia melangkah masuk. Suara langkah sepatunya menggema di lantai lobby yang sepi. Tanpa ragu, ia menuju lift, menekan tombol menuju lantai tempat Juna berada.Ketika pintu lift terbuka, lantai itu masih dipenuhi beberapa karyawan yang lembur. Namun, Hana tidak peduli. Pandangannya lurus ke depan, langkahnya mantap, hingga ia berhenti di depan pintu ruangan Juna.Di luar, ia melirik sekilas meja wanita yang sering ia lihat bersama Juna, si wanita j*lang Dara. Wanita itu tampak masih menunggu, entah untuk pekerjaan atau untuk menunggu Juna.Hana tak mengetuk pintu. Ia langsung mendorongnya dengan kuat dan masuk ke dalam ruangan.Juna yang s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 13

    Di sebuah ruangan kerja yang megah, Tuan Noh duduk di belakang meja kayu mahoni yang besar dan elegan. Di sekitarnya, rak-rak penuh buku dan penghargaan bisnis berjajar rapi, menandakan betapa panjang dan gemilang perjalanan hidupnya sebagai seorang pengusaha.Di atas meja, tergeletak sebuah berkas dengan tulisan Hana Varelly di sudutnya. Tuan Noh menyandarkan tubuhnya di kursi, tangannya perlahan membuka berkas itu. Sebuah CV sederhana terlihat di dalamnya, memuat informasi tentang seorang wanita muda dengan riwayat pendidikan dan pengalaman kerja yang tak terlalu mencolok.Namun, yang membuatnya berhenti adalah kolom data keluarga. Di sana, tertera nama Federic Varelly sebagai ayah Hana. Tatapannya berubah tajam, jari-jarinya mengetuk ringan permukaan meja.“Federic Varelly ...,” gumamnya dengan nada rendah, mengingat nama yang begitu familiar baginya. Federic adalah rekan bisnis lamanya yang dulu sangat ia hormati, seorang pria yang dikenal karena kecer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 14

    Semilir angin pagi membelai lembut rambut Rey, menambah kesan memukau pada dirinya. Rambutnya yang masih setengah basah memberi kesan segar, sementara sorot matanya tajam namun tenang saat ia berbalik dan mendapati Hana berdiri di ambang pintu.Hana awalnya terkejut. Pertanyaan "Kenapa Tuan Rey tiba-tiba menjemput?" sempat terlintas di pikirannya. Namun, seketika ia menyadari, ini adalah bagian dari peran yang harus ia jalani.Wajahnya yang semula menunjukkan kebingungan berubah dengan cepat. Ia menyunggingkan senyum, sepenuhnya sadar bahwa permainannya telah dimulai.Rey melangkah mendekat, angin pagi ikut membawa aroma maskulin samar dari tubuhnya. Ia berhenti tepat di hadapan Hana, lalu membungkuk sedikit, bibirnya nyaris menyentuh telinga Hana.“Bersikaplah seperti pasangan pada umumnya. Kakekku memantau dari jauh,” bisiknya datar namun tegas, nyaris seperti sebuah perintah.Hana langsung merespons. Senyumnya meluas, kali ini lebih ce

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 77. Perasaan Terdalam

    Hana duduk di bangku taman rumah sakit, bahunya bergetar halus menahan isakan. Ia menggigit bibir, mencoba menahan tangisnya, tapi air mata tetap jatuh tanpa bisa dihentikan.Seharusnya ia tidak merasa sesakit ini. Seharusnya ia kuat.Tapi nyatanya, dadanya terasa sesak.Ia sudah berusaha mempercayai Rey. Berusaha membuka hatinya untuk pria itu, meski bekas luka yang Juna tinggalkan belum sepenuhnya sembuh. Namun, baru saja ia mulai melangkah maju, dunia seolah mengingatkannya bahwa ia bisa dikecewakan lagi.'Kenapa sih, aku harus selalu merasa seperti ini?'Ia menarik napas panjang, tapi justru semakin terasa berat. Tangannya mengepal di atas pangkuannya, gemetar. Ia trauma. Ia takut.Dan yang lebih menyakitkan, justru Juna yang sekarang duduk di sampingnya.Bukan Rey.Juna menatap Hana dengan perasaan campur aduk. Ada rasa bersalah, ada kepedihan, ada keinginan besar untuk menarik gadis itu ke dalam pelukannya, tapi ia tahu ia tidak berhak.Pelan-pelan, ia berlutut di hadapan Hana,

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 76. Rintangan

    Pagi itu, suara notifikasi ponsel membangunkan Hana dari tidurnya. Dengan mata masih setengah terpejam, ia meraih ponselnya di meja samping tempat tidur dan melihat pesan yang masuk.[Pagi, Hana. Kamu udah ke rumah sakit? Kalau belum, aku bisa antar. Jangan sungkan. Sungguh, biarkan aku menebus kesalahanku di masa lalu.]Hana menatap layar ponselnya beberapa detik, jari-jarinya ragu untuk mengetik balasan. Ia menghela napas panjang, lalu menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur, mengusap rambutnya ke belakang sambil merenungkan kata-kata dari Juna.Juna kini terlihat benar-benar berusaha berubah. Sejak kemarin, sikapnya terasa berbeda. Lebih tulus, lebih dewasa. Tapi… apakah itu cukup untuk menghapus semua yang telah terjadi di antara mereka?"Huft, ya sudah… apa boleh buat," gumam Hana pelan.Akhirnya, ia mengetik balasan. [Baiklah, terima kasih. Aku setuju.]Tak butuh waktu lama, Juna membalas. [Aku akan menjemputmu dalam 30 menit.]Hana meletakkan ponselnya, lalu bangkit dar

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 75. Kesempatan Veronica?

    Rey melangkah cepat mendekati Veronica, napasnya sedikit memburu karena ia hampir setengah berlari sejak keluar dari mobil. Ruang tunggu rumah sakit terasa dingin dan sunyi, hanya sesekali terdengar suara langkah perawat yang berlalu-lalang serta desahan napas cemas dari para keluarga pasien lainnya."Veronica!" panggilnya dengan nada mendesak.Wanita itu menoleh, wajahnya sedikit pucat, entah karena cemas atau kelelahan. Ia segera berdiri dari kursinya, menatap Rey dengan sorot mata yang sulit ditebak, ada kecemasan, ada rasa bersalah, dan mungkin sedikit kelegaan karena Rey akhirnya datang."Apa yang terjadi?" tanya Rey tanpa basa-basi.Veronica menghela napas panjang sebelum menjawab. "Aku hendak berkunjung ke rumah kakek, hanya ingin mengobrol santai sambil menikmati kue kesukaannya. Kami berbicara cukup lama, lalu kakekmu pamit ke toilet," jelasnya, suaranya sedikit bergetar. "Tapi setelah hampir tiga puluh menit, dia tak juga kembali. Aku mulai merasa ada yang tidak beres, jadi

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 74. Kekhawatiran

    "Oh iya, Bu," ucap Rey dengan nada ringan, tapi matanya sekilas melirik ke arah Juna dengan sorot penuh kemenangan. "Desainerku akan datang kemari untuk fitting baju tunangan dan baju pengantin juga."Lauren yang baru saja menyesap tehnya nyaris tersedak mendengar ucapan Rey. Ia terbatuk kecil, kemudian tersenyum kikuk sambil menatap Hana. "Mm, iya baiklah. Rasanya cepat sekali," komentarnya, meski ada nada terkejut dalam suaranya.Hana yang sejak tadi berusaha menahan kegelisahan kini merasa lebih salah tingkah. Ia buru-buru menyelesaikan potongan cake di piringnya dan bangkit dari tempat duduknya. "Aku sudah selesai. Ibu, aku bantu cuci piring, ya," ujarnya, menghindari percakapan lebih lanjut.Sementara itu, Rey dengan santai menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Lauren dengan senyum tipis. "Tentu saja, Bu. Jika kita sudah menemukan yang tepat, maka kita harus mengikatnya dengan janji suci. Aku akan menyesal bila kehilangan wanita seperti Hana," ucapnya dengan nada mantap, tat

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 73. Perang Dingin

    Mobil Rey melambat saat tiba di depan rumah Lauren. Ia mengerutkan kening begitu melihat mobil asing terparkir di depan."Siapa itu?" tanyanya, masih memegang kemudi, matanya menyelidiki kendaraan tersebut.Di sampingnya, Hana terdiam. Ia mengenali mobil itu dalam sekejap. Plat nomornya begitu familiar, seperti bayangan dari masa lalu yang enggan pergi.‘Kenapa dia di sini?’ batinnya, dadanya terasa sedikit sesak."Semoga aku salah," gumamnya lirih sebelum membuka pintu mobil dan turun lebih dulu. Langkahnya tergesa, berusaha menahan ketidaknyamanan yang mulai merayap. Rey melangkah santai di belakangnya, sorot matanya waspada, meskipun ekspresinya tetap tenang.Begitu tiba di depan pintu rumah, Hana segera mengetuknya cepat sebelum membuka."Bu, aku pulang!" suaranya lebih tinggi dari biasanya, ada kegelisahan di balik nada panggilannya.Namun, tubuhnya menegang begitu saja saat pintu terbuka dan pemandangan di dalam rumah menyapa matanya.Juna berdiri di depan sofa, tangan terselip

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 72. Kedatangannya Tak Terduga

    Juna tahu persis kelemahan Hana. Jika ia ingin menggoyahkan hati mantan istrinya, cara terbaik adalah melalui orang yang paling berarti baginya, ibunya, Lauren.Dengan keyakinan penuh, ia segera menyalakan mesin mobilnya dan melajukannya di siang hari yang terik, menuju sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Sepanjang perjalanan, bibirnya melengkung dalam senyuman tipis. Ia tidak akan datang dengan amarah atau paksaan. Tidak. Kali ini ia akan menyerang dengan cara yang lebih halus, cara yang lebih sulit ditolak.Dalam perjalanan, Juna mampir ke sebuah toko kue kecil yang terkenal dengan berbagai macam cake buatannya. Ia memilih dengan hati-hati, dan akhirnya membeli sepotong cake greentea. Bukan tanpa alasan, ia ingat betul bahwa itu adalah favorit Lauren.Setelah transaksi selesai, ia kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.Setibanya di rumah sederhana milik Lauren, Juna turun dari mobil dengan percaya diri. Tangannya dengan santai menenteng kotak cake yang baru saja dibeliny

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 71. Caption I*******m

    Rey meletakkan gelas kopinya di meja dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya. Matanya menatap Hana dengan intensitas yang sulit diartikan, bukan marah, bukan cemburu, tapi sesuatu yang lebih dalam."Jadi dia masih menganggap dirinya bagian dari hidupmu?" suaranya terdengar datar, tapi ada bahaya yang mengintai di balik ketenangan itu.Hana menghela napas, menarik kursi dan duduk. Ia memainkan sendok di hadapannya, bukan karena gugup, tapi lebih kepada memberi dirinya waktu untuk berpikir sebelum menjawab."Aku tidak peduli lagi apa yang dia pikirkan. Aku sudah membuat keputusanku, Rey," katanya akhirnya, suaranya lembut tapi tegas.Rey memperhatikan ekspresinya, mencari tanda-tanda keraguan, tapi tidak menemukannya. Itu seharusnya membuatnya lega, Hana benar-benar sudah melepaskan masa lalunya.Tapi tetap saja, sesuatu dalam dirinya tidak bisa menerima begitu saja tindakan Juna."Aku akan menangani ini," ucapnya akhirnya sambil menatap Hana intens.Hana langsung menatapnya taj

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 70. Forget-Me-Not

    Ruangan itu terasa suram. Meja jabatannya yang sudah usang tak lagi berkilau seperti saat pertama kali ia duduki bertahun-tahun lalu. Segalanya terasa basi, seperti dirinya yang tak lagi punya taring dalam dunia bisnis ini.Juna duduk di kursinya, jemarinya dengan malas mengetuk permukaan meja, sementara matanya terpaku pada layar ponselnya.Di sana, terpampang wajah Hana.Senyumnya. Sorot matanya. Segalanya tentang perempuan itu masih sama seperti dulu, masih memikat, masih mampu menusuk ke dalam hatinya tanpa ampun.Tapi kali ini, bukan rasa cinta manis yang memenuhi dadanya.Melainkan obsesi yang merayap seperti racun.Juna tersenyum kecil, senyum yang tidak seharusnya dimiliki seseorang yang waras. "Kau menghancurkanku sampai ke palung terdalam, tapi aku terima, Hana ... aku memang pantas mendapatkannya ... Dan kini... Begini ya rasanya mencintaimu? Aku rasanya gila ... Lebih gila lagi menginginkanmu."Suara itu liri

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 69. Pengakuan tanpa Kata

    Dalam kehangatan air di dalam bathtub ... suasana mencair.Uap tipis mengepul di sekeliling mereka, mengaburkan batas antara air dan udara, antara realitas dan keinginan yang tak terelakkan. Setiap gerakan kecil menyebabkan riak lembut di permukaan air, seakan mengiringi detak jantung mereka yang tak beraturan.Rey bersandar di sisi bathtub, tatapannya tak beranjak dari wajah Hana.Wanita itu duduk di depannya, kulitnya yang lembap berkilauan di bawah bias cahaya yang redup. Air yang hangat membungkus tubuh mereka, namun kehangatan sesungguhnya berasal dari sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih berbahaya dan sulit untuk dipadamkan."Katakan, Hana …" Suara Rey serak, seperti gumaman yang beresonansi di dalam dada. "Apa yang kau rasakan untukku?"Ia tidak terburu-buru, tidak memaksanya dengan sentuhan atau ciuman, tetapi dengan kehadiran di depan Hana, ia ingin keberadaannya terasa bukan hanya dalam pikiran Hana.Hana menatapnya.Sejenak, ia membiarkan dirinya tenggelam dalam kedalaman

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status