Share

Bab 4

Penulis: Vya Kim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 18:03:56

“Saya Dina, produser proyek ini,” wanita itu memperkenalkan diri, tetapi nada suaranya menyiratkan sesuatu yang lain.

“Kita lihat apakah tulisanmu bisa memenuhi ekspektasi Tuan Rey.”

Hana hanya mengangguk kecil. “Saya akan melakukan yang terbaik.”

“Semoga,” jawab Dina sambil melirik tajam, lalu berlalu dengan langkah ringan.

Hana merasa ada tatapan lain dari arah ruangan kaca Rey, tetapi ketika ia menoleh, Rey sudah berbalik, kembali fokus pada layar komputernya.

Sore itu di meja kerja, Hana tengah fokus mengetik uji naskah di laptopnya. Jemarinya berhenti sejenak ketika ia merasakan tekanan berat dari target yang harus diselesaikan.

Meski begitu, ia mencoba menenangkan diri, mengingat bahwa ini adalah kesempatan besar yang tak boleh ia sia-siakan.

“Permisi,” suara Bastian memecah keheningan. Hana mendongak, melihat pria itu berdiri di depan mejanya dengan map di tangan.

“Kau diminta untuk ikut rapat sore ini. Tuan Rey ingin kau mendapatkan gambaran lebih jelas tentang proyek drama ini.” Lalu Bastian memberikan map berisi laporan apa saja yang akan dibahas nanti pada Hana.

Hana mengerutkan kening. “Rapat? Dengan siapa?” tanyanya sambil menerima map tersebut.

“Tim produksi dan pihak dari stasiun televisi yang bekerja sama.”

Hana memperhatikan isi map itu sekilas, ada logo stasiun televisi tempat Juna bekerja.

Matanya melebar, dan dadanya terasa seperti dihantam beban tak terlihat. Ia belum pernah berpikir bahwa pekerjaan ini akan membawanya kembali ke lingkaran masa lalu yang ingin ia hindari.

“Baik, saya mengerti,” jawab Hana akhirnya, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

Waktu pun cepat berlalu, siang ini, di ruang rapat, Hana duduk di salah satu kursi dengan laptop dan catatannya di meja.

Ruangan itu masih kosong, kecuali Bastian yang sibuk mengatur proyektor di sudut.

Hana mencoba mengalihkan pikiran dari kecemasan yang semakin menguasai dirinya, mengarahkan fokusnya pada layar laptop.

Tiba-tiba pintu terbuka, dan langkah sepatu seseorang membuat tubuhnya menegang. Hana menoleh, dan dadanya langsung terasa sesak melihat siapa pemilik suara sepatu itu.

Juna berdiri di sana, menatapnya dengan ekspresi terkejut yang sama.

“Hana?” Juna memecah keheningan, menutup pintu di belakangnya.

Wajahnya segera berubah menjadi senyum santai yang penuh kepalsuan. Ia berjalan mendekat, tanpa ragu menarik kursi di sebelah Hana.

“Jadi kau penulis baru yang Tuan Rey maksud?” katanya, nada suaranya menggoda tapi penuh sindiran.

Hana menelan ludah, mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak terkendali. “Ya,” jawabnya singkat, tanpa menoleh.

Juna tertawa kecil, lalu mencondongkan tubuh ke arahnya. “Aku tak pernah mengira kau akan ada di sini. Cukup menarik, bukan? Dunia ini kecil sekali.”

“Kalau begitu, jangan buat ruang ini terasa lebih kecil dengan pembicaraan tak perlu,” balas Hana dingin, meskipun hatinya bergetar.

“Oh, jadi kau sekarang punya keberanian,” Juna balas dengan senyum mengejek.

“Tapi aku penasaran, bagaimana kau bisa mendapatkan proyek ini? Apakah kau menggoda Tuan Rey?”

Rahang Hana menegang, ia siap untuk memaki mantan suaminya ini, tapi sebelum Hana sempat merespons, pintu kembali terbuka.

Rey masuk, langkahnya stabil, tatapannya langsung menuju Juna. Tanpa berkata apa-apa, ia berdiri di dekat kepala meja, hanya melirik sekilas ke arah Juna.

Tatapan dingin Rey cukup untuk membuat Juna berhenti bicara. Ia bersandar ke kursinya, memasang senyum tipis yang lebih terasa seperti taktik bertahan.

Bastian, yang sejak tadi diam memperhatikan, menyadari ketegangan di ruangan. Ia menatap Rey yang tak perlu mengeluarkan sepatah kata pun untuk mengendalikan situasi.

Rapat berjalan dengan lancar, meskipun Rey tetap tak banyak bicara. Ketika rapat selesai, ia berdiri lebih dulu, hanya berkata singkat pada Hana, “Jangan lupa deadline-mu.”

Rey berjalan meninggalkan ruangan, meninggalkan Hana yang mencoba mengatur kembali emosi dan pikirannya.

**

Malam itu, di ruang kerja Rey, Hana berdiri di depan mejanya dengan map yang ia genggam erat. Napasnya masih tak beraturan karena gugup yang melanda.

“Saya sudah menyelesaikan revisinya,” ujar Hana, suaranya tegas meskipun ada sedikit getar yang tak bisa ia sembunyikan.

Rey, yang sedang membaca laporan di tangannya, tidak langsung menoleh. Ia hanya memberi isyarat dengan satu gerakan jari agar Hana meletakkan map itu di meja.

Hana melakukannya, tapi tidak beranjak. Matanya tetap tertuju pada Rey yang sibuk membalik halaman dokumen lain tanpa memberikan perhatian sedikit pun pada naskahnya. Keheningan di ruangan itu terasa menyesakkan.

Akhirnya, Rey mengambil map tersebut, membukanya, dan mulai membaca. Tatapannya tajam, fokus pada setiap kata, setiap baris yang Hana tulis dengan penuh usaha.

Beberapa menit berlalu, dan saat Rey selesai membaca, ia menutup map itu dengan tenang, lalu meletakkannya kembali di meja. Ia mendongak, menatap Hana dengan ekspresi yang sulit ditebak.

“Ini cukup,” katanya akhirnya, suaranya rendah dan datar.

Hana hampir menghela napas lega, tetapi kata-kata berikutnya menghentikan harapannya.

“Tapi belum cukup baik,” lanjut Rey.

Hana mengerutkan kening. “Apa maksud Anda? Saya sudah mengikuti semua revisi yang Anda minta. Semua catatan dari rapat sebelumnya sudah saya ikuti.”

Rey menyandarkan diri ke kursinya, melipat kedua tangan di dadanya. “Kau terlalu fokus pada teknis. Tidak ada jiwa dalam naskah ini. Jika ini yang terbaik yang bisa kau berikan, maka aku mulai meragukan apakah kau cocok untuk proyek ini.”

Kata-kata itu menghantam Hana seperti badai. Ia menggigit bibirnya, mencoba menahan amarah yang mulai membara.

“Jiwa? Maksud Anda, saya kurang berusaha? Saya sudah mengorbankan waktu, energi, dan bahkan melewatkan istirahat hanya untuk memastikan ini sempurna,” katanya dengan nada yang tak bisa lagi ia sembunyikan.

Rey tidak bereaksi. Ia hanya menatap Hana dengan dingin, seperti sedang menilai sesuatu yang tak terlihat.

“Berusaha keras tidak selalu berarti hasilnya sempurna,” katanya akhirnya.

“Jadi, apa yang Anda inginkan? Penjelasan? Atau pengorbanan lebih? Katakan, apa yang harus saya lakukan agar Anda berhenti meremehkan saya?”

Hana menatap Rey dengan mata yang berkaca-kaca, tetapi suaranya tetap kuat.

Rey berdiri dari kursinya, mendekati Hana dengan langkah pelan. Ia tidak berbicara, hanya menatapnya dalam-dalam, seperti mencari sesuatu dalam dirinya.

“Aku tidak meremehkanmu, Hana. Tapi aku tidak percaya begitu saja.”

Hana terdiam, pernyataan itu terasa lebih menyakitkan daripada apa pun yang bisa Rey katakan.

“Jika kau mau tetap di sini, buktikan bahwa aku salah,” lanjut Rey sebelum berbalik dan berjalan menuju jendela besar di belakangnya.

Hana menggenggam tangannya yang bergetar. Ia tahu Rey tidak akan memberinya lebih dari sekadar kata-kata dingin dan tatapan skeptis.

Tapi di balik sikap dinginnya, Hana bisa merasakan sebuah tantangan yang nyata.

Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan emosi yang membuncah di dadanya perlahan mereda.

“Saya akan buktikan, Tuan Rey. Anda akan menyesal pernah meragukan saya,” katanya akhirnya, dengan suara yang penuh tekad.

Rey tidak menjawab. Ia hanya berdiri di sana, punggungnya menghadap Hana, menatap langit malam di balik jendela.

Tapi ada sedikit gerakan di sudut bibirnya, sebuah senyum kecil yang sulit diartikan.

Hana melangkah keluar ruangan, menyadari bahwa ini baru permulaan dari perjuangannya.

Bab terkait

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 5

    Hana terbangun pagi itu dengan rasa letih yang masih tersisa dari malam sebelumnya. Pertemuan dengan Rey masih teringat di pikirannya, seperti film yang terus diputar ulang tanpa akhir. Kata-katanya yang dingin, tatapan skeptisnya, dan tantangan tersirat itu mengisi pikirannya sejak ia meninggalkan ruangannya. Namun, pagi ini, ada sesuatu yang berbeda. Sambil menyesap teh hangat di meja makan, ponselnya bergetar di atas meja. Notifikasi email masuk. Hana meletakkan cangkirnya dan meraih ponselnya dengan cepat. Matanya menyipit membaca nama pengirimnya: Astroha Entertainment. Hatinya berdegup kencang. Dengan jari yang sedikit gemetar, ia membuka email itu. [Selamat kepada Yth. Hana Varelly, Anda diterima di Agency Astroha Entertainment sebagai penulis dengan masa training 3 bulan .…]Kalimat itu seperti musik yang mengalun indah di telinganya. Hana menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan teriakan bahagia yang hampir lolos. Senyum lebar merekah di wajahnya. “Ya Tuhan... ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 6

    “Apa yang kau lakukan pada wanitaku?”Suara Rey seketika. membuat Hana dan Juna membeku. Dengan Cepat Hana menoleh pada sosok tinggi tegap itu, begitu pula Juna yang reflek melepaskan cengkramannya juga.Pipi Hana memanas, dan jantungnya berdetak tak karuan, tapi dia tidak tahu apakah itu karena malu, marah, atau bingung. Pandangannya terarah pada Rey, yang tampak begitu tenang, seolah ucapan tadi adalah sesuatu yang wajar saja."Tu-Tuan Rey," gumamnya hampir seperti bisikan.Juna, di sisi lain, tampak benar-benar terusik. Rahangnya mengeras, dan matanya menatap tajam pada Rey, penuh dengan rasa tidak percaya sekaligus kemarahan yang terpendam. Tangannya mengepal, seakan mencoba mengendalikan emosinya."Wanitamu?" tanya Juna dengan nada bergetar.Hana menoleh sekilas ke arah Juna. Dia mengenali nada itu, nada pria yang egonya terluka. 'Seharusnya aku merasa puas melihatnya seperti ini. Tapi kenapa aku malah merasa ... canggung?" batin Hana. Matanya kembali pada Rey, yang tetap berdi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 7

    Ruangan itu terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun sinar matahari menembus tirai yang terbuka.Rey berdiri tegap di dekat meja kerjanya, tak menjawab pertanyaan sang kakek.Sementara kakeknya duduk dengan tenang, tapi sorot matanya penuh tuntutan. Di balik ketenangan itu, ada ambisi besar yang tersirat.Kakeknya, pria yang membangun Astroha Entertainment dari nol, tahu usianya tidak lagi muda. Masa kejayaan sudah berlalu, dan kini dia mengandalkan Rey untuk menjaga warisan itu tetap hidup.Bagi sang kakek, pernikahan Rey adalah langkah strategis, lebih dari sekadar urusan keluarga. Kerja sama dengan keluarga pengusaha lain akan memperkuat perusahaan mereka, memastikan Astroha tetap berada di puncak. Namun, Rey, dengan status lajangnya, dianggap kurang stabil di mata mitra bisnis yang mereka targetkan.Kakek Rey menghela napas panjang, memecah keheningan yang menyelimuti ruangan. Dia bersandar di kursi dengan tongkat di pan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 8

    Setelah kakeknya pergi, Rey keluar dari ruangannya dengan langkah tenang namun tegas. Sepatu kulitnya berbunyi ringan di atas lantai marmer, menarik perhatian karyawan yang berada di area meja kerja. Semua karyawan serempak berdiri menyambut kedatangan CEO mereka. Di antara mereka, Rocky, salah satu supervisor tim, melangkah maju dan memberi salam dengan hormat. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Rocky dengan nada formal namun penuh rasa hormat. Rey mengedarkan pandangannya ke seluruh area, matanya sekilas berhenti di meja Hana sebelum ia menjawab dengan suara yang tenang namun tegas. “Setelah pulang kerja, mari makan malam bersama untuk penyambutan karyawan baru.” Rocky, yang menangkap maksud itu, melirik cepat ke arah Hana sebelum kembali menatap Rey. “Oh, tentu, Tuan! Saya akan mengatur semuanya.” Rey mengangguk singkat. “Saya yang traktir,” tam

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 9

    Hana tertegun, matanya membesar karena keterkejutan. "Maaf, Tuan? Saya rasa saya salah dengar," katanya gugup, langkahnya secara refleks mundur sedikit. Rey tetap tenang, seolah tidak terganggu oleh reaksi Hana. Ia menghela napas panjang, memperhatikan sekeliling sebentar, lalu kembali menatapnya. "Mari kita bicara di tempat lain," ujarnya dengan nada datar namun penuh keyakinan. Hana membuka mulut hendak menolak, tetapi Rey sudah melangkah mendekat, memberikan isyarat agar ia mengikuti. Meski ragu, Hana akhirnya menurut, pikirannya penuh tanda tanya. Mereka masuk ke dalam mobil Rey, sebuah Mercedes-Benz S-Class yang terlihat mengilap di bawah lampu jalan. Suasana di dalam mobil hening, hanya diisi suara lembut musik klasik dari speaker mobil. Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di sebuah kafe kecil dengan suasana hangat. Rey memesan ruang makan tertutup yang dirancang khusus untuk privasi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-05
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 10

    Rey baru saja memasuki apartemennya yang luas dan modern, dengan pemandangan kota yang berkilauan di malam hari. Ia melepas jasnya, menggantungnya di sandaran kursi, dan duduk di meja kerjanya. Di depan Rey, tumpukan dokumen menunggu untuk diperiksa, tetapi pikirannya melayang-layang, memikirkan rencana besar yang mulai terbentuk. Saat ia baru hendak membuka salah satu dokumen, teleponnya berdering. Nama "Hana" tertera di layar. Rey melirik ponselnya, lalu menjawab dengan suara tenang. “Ya, Hana?” Ia bersandar di kursi putarnya, menunggu apa yang akan dikatakan wanita itu. Di seberang, suara Hana terdengar jelas meski sedikit gemetar, “Saya bersedia menjadi tunangan palsu Anda.” Mendengar itu, sudut bibir Rey terangkat tinggi, membentuk senyuman penuh kemenangan. Ia menunggu sejenak, menikmati momen itu sebelum menjawab, “Baiklah, akan kusiapkan kontrak kerja sama kita.”

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 11

    Petang menjelang, dan suasana kantor perlahan berubah menjadi sepi. Hana dan timnya baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka hari itu. Naskah yang tengah mereka kerjakan sudah mencapai 80 persen. Dalam hati, Hana merasa bangga karena usahanya untuk terus belajar dan bertanya saat menemui kesulitan benar-benar membuahkan hasil.Rekan-rekan satu timnya pun tampak senang bekerja sama dengannya. Hana adalah tipe orang yang mau mendengarkan kritik dan menerima masukan dengan lapang dada, membuat suasana kerja menjadi lebih nyaman."Bye, Hana! Besok kita tempur lagi! Sepertinya naskah kita sudah selesai sepenuhnya besok. Semangat, ya!" seru Rocky, salah satu rekan yang terkenal enerjik, sambil melambai dengan penuh semangat."Iya, bye! Terima kasih untuk hari ini!" balas Hana ceria, melambai-lambaikan tangannya. Suaranya yang ceria menyelimuti kantor yang mulai sepi, menghangatkan suasana sebelum akhirnya Rocky dan yang lain keluar. TING!

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 12

    Hana akhirnya sampai di depan gedung pencakar langit dengan logo besar bertuliskan "BG TV."Gedung itu berdiri megah, memancarkan aura arogan. Hana menatapnya dengan mata tajam, penuh kebencian. Seolah dengan pandangannya saja, ia mampu meruntuhkan seluruh bangunan.Setelah menarik napas panjang, ia melangkah masuk. Suara langkah sepatunya menggema di lantai lobby yang sepi. Tanpa ragu, ia menuju lift, menekan tombol menuju lantai tempat Juna berada.Ketika pintu lift terbuka, lantai itu masih dipenuhi beberapa karyawan yang lembur. Namun, Hana tidak peduli. Pandangannya lurus ke depan, langkahnya mantap, hingga ia berhenti di depan pintu ruangan Juna.Di luar, ia melirik sekilas meja wanita yang sering ia lihat bersama Juna, si wanita j*lang Dara. Wanita itu tampak masih menunggu, entah untuk pekerjaan atau untuk menunggu Juna.Hana tak mengetuk pintu. Ia langsung mendorongnya dengan kuat dan masuk ke dalam ruangan.Juna yang s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07

Bab terbaru

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 54

    Veronica masih mempertahankan senyumannya, tetapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan kilatan emosi yang terselip di sana.Ia menarik kembali tangannya dengan anggun, lalu melirik sekilas ke arah Rey yang sejak tadi diam, hanya mengamati interaksi mereka dengan ekspresi yang sulit ditebak.Hana tetap tenang. Ia sudah terlalu sering berhadapan dengan orang-orang seperti Veronica, wanita yang merasa lebih unggul, namun sekaligus terancam.Tetapi kali ini, ia tidak akan mundur atau merasa kecil hati. Ia menegakkan bahunya dengan percaya diri, menunjukkan bahwa ia bukan wanita yang bisa digertak hanya dengan kata-kata manis berbalut ancaman halus.“Baguslah.” Veronica tersenyum tipis, lalu sedikit mendekat, menatap Hana dari dekat. “Aku hanya ingin memastikan kita memiliki pemahaman yang sama, Miss Hana.”Hana tak bergeming, malah balas menatap dengan tatapan yang lebih dalam. “Aku juga ingin memastikan hal yang sama, Miss Veronica.”

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 53

    Hana menarik napas perlahan, mencoba mengendalikan debaran jantungnya yang entah kenapa berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia menatap sampagne di tangannya, lalu meneguk sedikit sebelum menoleh pada Rey."Yah, boleh juga ... Aku butuh udara segar," jawabnya dengan suara yang dibuat setenang mungkin, meski dalam hatinya ada sedikit keraguan tentang maksud Rey mengajaknya keluar.Rey tidak segera menanggapinya dengan kata-kata, hanya tersenyum tipis sebelum berdiri dari duduknya, tubuhnya tegap seperti biasa. Dengan gerakan santai, ia mengulurkan tangan ke arah Hana, memberi isyarat agar wanita itu menggenggamnya.Ada sedikit jeda sebelum Hana akhirnya menyambut uluran tangan Rey, dan saat jari-jemari mereka bersentuhan, hawa hangat dari kulit pria itu seketika menjalar ke telapak tangannya.Di seberang meja mereka, Veronica yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka hanya bisa memandang dengan tatapan sinis. Mata tajamnya menelusuri setiap ger

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 52

    Hana menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ballroom. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri. Para tamu masih bertepuk tangan, beberapa terlihat kagum, yang lain berbisik-bisik membahas betapa mengejutkannya pengungkapan ini. Namun, mata Hana akhirnya berhenti pada satu orang. Juna. Pria itu masih berdiri membeku di tempatnya, mata cokelatnya masih terpaku pada Hana seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan mimpi. Hana tersenyum. Senyum yang bukan hanya sekadar ekspresi kemenangan, tetapi juga kebanggaan. Ia meninggikan dagunya, menatap Juna dengan sorot mata yang seolah berkata, "Lihatlah aku sekarang." Juna menelan ludah, rahangnya mengeras. Ada sesuatu yang berkecamuk dalam dirinya, perasaan yang berkisar antara keterkejutan, penyesalan, dan kekalahan telak. Bagaimana bisa ia mengira Hana masih sama seperti dulu? Baga

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 51

    Bibir lembab Rey melumat bibir Hana, basah, lembut, dan menguasai. Wangi parfumnya menyelimuti Hana, bercampur dengan hangat napas mereka yang beradu. Dada Hana naik turun, tapi tubuhnya tetap membeku. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Sampai akhirnya, Rey perlahan menarik diri. Jarak di antara mereka masih begitu dekat. Mata gelap Rey menatapnya, mengunci seluruh perhatian Hana. Lalu, tangannya yang besar terangkat, mengelus bibir Hana dengan lembut. "Acara akan segera dimulai, ayo pergi ...," bisik Rey, suaranya rendah dan menggetarkan. Hana menelan ludah. Jantungnya berdebar keras. "A-ayo, Rey ...," katanya, berusaha terdengar natural, meski jelas nada suaranya sedikit bergetar. Tanpa menunggu lagi, Rey menariknya meninggalkan lorong itu. Mereka berjalan beriringan menuju lift, melewati Veronica yang berdiri mematung

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 50

    Di saat Hana menghadapi ketegangannya dengan Juna, di lobby, Rey mendapati dirinya berhadapan dengan sosok yang kemarin sempat membuat suasana menegang pula.Veronica.Wanita itu melangkah anggun ke arahnya, mengenakan gaun berpotongan elegan yang menonjolkan aura percaya dirinya. Senyum puas terukir di bibirnya, seolah ia telah menantikan pertemuan ini.“Kita bertemu lagi, Rey …,” sapa Veronica dengan suara lembut, namun sarat dengan sesuatu yang sulit diartikan.Rey hanya menarik napas panjang, tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Ia tidak tertarik terlibat dalam percakapan basa-basi dengan wanita itu.Sebagai gantinya, matanya tetap terarah ke lorong di belakang lobi, tempat toilet berada. Ia sedang menunggu Hana, berharap wanita itu segera datang.Namun, Veronica bukan wanita yang mudah diabaikan. Saat Rey tetap bungkam, ia beralih pada sosok yang lebih tua di sampingnya, Tuan Noh.“Apa kabar, Tuan Noh? Lama tak berju

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 49

    Di dalam kamar kecilnya yang sederhana, Hana berdiri di depan cermin panjang, menatap pantulan dirinya dengan tatapan tajam dan penuh tekad.Perlahan, ia meraih gaun yang tergantung rapi di sisi ranjangnya, gaun krem elegan dengan potongan A-line yang sempurna, menonjolkan siluet tubuhnya dengan garis vertikal yang memberi kesan jenjang.Bagian atasnya dihiasi dengan kain transparan yang membalut satu bahunya, memberi sentuhan anggun namun tetap berkarakter.Ia mengenakannya dengan gerakan tenang, menikmati setiap detik saat dirinya bertransformasi. Tak ada lagi gadis yang dulu dipandang sebelah mata. Hari ini, ia akan menjadi pusat perhatian.Jemarinya yang ramping mengambil kuas bedak, memoles wajahnya dengan riasan lembut namun elegan. Bibirnya dipoles warna nude dengan sedikit kilau, sementara eyeliner tipis menegaskan matanya yang tajam. Ia ingin tampil sempurna, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk mereka yang telah

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 48

    Genap satu bulan setelah investasi akhirnya di tarik ...Di dalam ruang kantornya yang megah, suara benturan keras menggema. Sebuah vas kristal jatuh menghantam lantai, pecah berkeping-keping. Dokumen-dokumen berhamburan di udara, lembaran laporan keuangan beterbangan seperti daun kering dihempas badai.Juna mengamuk.Meja besar yang biasa menjadi simbol kekuasaannya kini berantakan. Laptop yang sebelumnya tertata rapi kini tergeletak miring di tepi meja, nyaris jatuh. Kursinya terjungkal ke belakang, menciptakan kekacauan total.Napas Juna memburu, dadanya naik turun dengan liar. Ia meraih satu lembar laporan yang tercecer di lantai, mencengkeramnya erat seolah ingin merobek kertas itu dengan tangannya sendiri.Laporan resmi dari First Food.[Penarikan investasi tahap akhir telah selesai dilakukan. Dengan ini, PT.First Food tidak lagi memiliki hubungan finansial dengan BG.TV]Tangannya mengepal, meremas kertas itu hingg

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 47

    Tok tok! Pintu ruangan Rey diketuk pelan, lalu terbuka. Bastian masuk dengan langkah ragu, wajahnya menyiratkan kegelisahan yang tidak biasa. "Tu-Tuan …," panggilnya, suaranya terdengar sedikit goyah. Rey yang sedang fokus membaca dokumen di tangannya mendongak, alisnya berkerut melihat ekspresi asistennya. "Ada apa?" tanyanya datar. Bastian membuka mulut, hendak bicara, "Di luar ada_" Tetapi suara lain lebih dulu terdengar. "Hai, Rey!" Seseorang menerobos masuk begitu saja, melewati Bastian yang masih berdiri di ambang pintu. Rey mendongak lebih tinggi, matanya melebar seketika. Namun, hanya dalam hitungan detik, rahangnya mengeras, dan sorot matanya berubah tajam. Wanita itu berdiri di hadapannya dengan percaya diri, mengenakan gaun berpotongan elegan yang membungkus tubuh semampainya dengan sempurna. Rambut coklatnya dita

  • Ditinggal Suami, Dinikahi CEO   Bab 46

    Dua insan yang pernah mengukir kisah di masa lalu kini duduk berhadapan di sebuah kafe, di tengah hiruk-pikuk jam makan siang. Namun, bagi Juna, ini bukan sekadar waktu istirahat. Jam makan siang hanyalah alasan agar ia bisa berbicara dengan Hana tanpa ada gangguan.Hana sendiri tidak terlalu nyaman dengan pertemuan ini, tapi mengingat pekerjaan mereka ke depan akan melibatkan banyak interaksi, ia tidak bisa menghindarinya.Juna menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Hana dengan ekspresi serius. "Maafkan aku, Hana. Kita akan bekerja sama dalam waktu yang panjang ... jadi mari kita lupakan masa lalu di antara kita agar suasana di pekerjaan menjadi nyaman."Hana terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Ia tahu, memang itulah yang terbaik. Tidak ada gunanya menggali kenangan yang sudah seharusnya terkubur."Ya, mari kita bekerja sama dengan baik, Tuan Juna," jawabnya, berusaha terdengar profesional. Senyum yang ia tunjukkan ramah, tetapi cara

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status