Share

73. Lelah

last update Last Updated: 2023-07-12 23:55:29
Tak berselang lama, ponsel Atira pun kembali berdering. Padahal, tadi pun Atira tidak pernah merasa memutuskan sambungannya.

Saat melihat siapa yang menghubungi, Atira langsung mengangkat sambungan telepon tersebut.

“Hallo, Mamah! Gimana sekarang Zafran? Mamah! Hallo!” Atira langsung memberondong dengan pertanyaan yang berputar-putar.

“Hallo sayang!” jawab Zafran merasa bersalah.

“Zafran, ini betulan kamu? Hah? Ini asli? Not just a prank? Sayang!” ucap Atira dengan berurai air mata.

“Iya sayang, ini aku. Maafin aku, udah bohongin kamu tadi!” ucap Zafran lagi.

“Maksud kamu?” tanya Atira terdengar tidak terima.

“Tadi aku kesal karena kamu enggak angkat telepon aku. Jadi... jadi aku inisiatif mau bikin sesuatu yang bikin kamu perhatiin aku. Pas banget mamah lewat, jadi muncullah niatan iseng buat ngerjain kamu. Maafin aku yang enggak pernah mengira kalau kamu akan sekhawatir itu sama aku. Jadinya, aku ngerasa dicintai. Maafin aku ya!” ucap Zafran dengan penuh keseriusan.

Tiba-tiba
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   74. Resepsi Mencekam

    Zafran langsung mengeraskan rahangnya saat ia melihat wajah Helen tanpa dosa datang ke gelaran resepsi mereka. Wanita licik ini bahkan tampil anggun dengan balutan gaun mewah, bahkan melebihi kemewahan gaun sang pengantin wanita. Untung saja Atira lebih cantik dan bersinar di acara pernikahannya, sehingga kemewahan gaun yang digunakan Helen hanya menjadi gunjingan saja. “Siapa yang mengundangmu, hah?” tanya Zafran dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Helen dan kedua mempelai. Plakkk... “Ahahahahahahaha, rupanya suamiku sudah benar-benar dibutakan oleh pelakor.” teriak Helen secara tiba-tiba, bahkan dengan berurai air mata setelah ia memukul pipinya sendiri. Mendengar ada keributan di atas pelaminan, pengiring musik dan penyanyi jebolan ajang pencarian bakat yang menghibur para tamu undangan pun menghentikan lagunya sejenak. Bu Asih, pak Suwardi dan bu Haliza yang sedang menikmati santap siang pun segera kembali ke atas panggung tempat pelaminan berdiri gagah. Para tamu undan

    Last Updated : 2023-07-13
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   75. Pura-pura Tuli

    “Apa kamu yakin, honey?” tanya Helen dengan bergelayut manja di pundak seorang lelaki. “Yakin dong, demi kamu apapun bisa ku lakukan termasuk mengenyahkan artis pendatang baru itu. Mantan suamimu yang bodoh itu pasti akan semakin gila karenanya.” Seringai licik pun terdengar dari kedua orang berbeda generasi itu. “Aahhh, aku jadi semakin cinta deh.” Helen mengecup singkat pipi lelaki tua berkepala plontos yang wajahnya terus saja di blur. “Lagian, lelaki tua itu akan semakin kehilangan jejak anak kandungnya sendiri.”“I love you!” ucap Helen yang kembali mengecup pipi lelaki berkepala plontos itu. “Eiittt, semua itu enggak gratis. Kamu harus ada setiap aku mau kamu, setiap aku butuh. Istriku yang cantik itu payah, setelah melahirkan dia jadi mirip dengan babu, tak bisa berdandan. Padahal saya modalin besar, dianya aja yang katro. Masa pergi kondangan pake kain jarik, baju alakadarnya. Malu-maluin aja!” keluh lelaki itu lagi. “Namanya juga masih bocah ingusan, orang kampun

    Last Updated : 2023-07-14
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   76. CCTV

    “Aaagghhhh...!” teriak lelaki itu dengan sangat keras. Danu cukup kaget, namun otaknya bekerja dengan sangat cepat. Ia ingat betul bahwa dirinya mengaku tuli sehingga bisa langsung mengontrol ekspresinya. Danu berpura-pura tak mendengar apapun yang memekakan telinga. Ia hanya tersenyum saat lelaki tua itu membuka mulutnya saat berteriak. Ia sadar jika lelaki di hadapannya hanya sedang mengetes pendengaran Danu. “Bagaimana, Pak?” tanya Danu, tentunya dengan bahasa isyarat. Lelaki itu tak memahami pertanyaan Danu sehingga masih terdiam, ia seperti meyakinkan dirinya bahwa Danu mampu memasang CCTV nya. “Ada apa sih, sayang?” tanya seorang wanita yang kini menghampiri mereka. Wanita itu menggunakan bathrobe putih dengan rambut cukup acak-acakan. Yang lebih membuatnya kaget, wanita itu persis dengan seseorang. Namun, ia tak mengingat siapa. “Enggak, ini si Arul pesenin tukang CCTV yang tuli dan gagu.” Lelaki itu berlalu pergi begitu saja, tanpa memberikan keputusan apapun kep

    Last Updated : 2023-07-15
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   77. Salah Lawan

    “Maafin aku ya, gara-gara pekerjaan, kita jadi harus tunda dulu bulan madu,” ucap Atira sambil memandangi muka Zafran yang masih terlelap. Sedangkan dirinya, ia sudah cantik dan wangi. Atira pun mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya. Ia berniat mencuri morning kiss tanpa sepengetahuan Zafran. Perasaannya dagdigdug tak karuan. Ini seperti pertama kalinya lagi bagi Atira mencium wajah lelaki. Terakhir ia melakukannya kepada Bayu bertahun-tahun lalu, saat Bayu akan berangkat ke Jepang. Cup... Atira berhasil mengecup pipi Zafran. Ia pun berlama-lama sambil berdo’a di dalam hatinya. “Ya Allah, panjangkanlah jodoh kami di dunia dan akhirat dalam keadaan sakinah, mawaddah, rahmah dan berkah. Bukakan hatinya untuk menyayangi Davin dan Daffa, juga beri kami keturunan yang soleh solehah. Amin.”Atira menjauhkan wajahnya dari Zafran. Namun, betapa kagetnya Atira karena ia mendapati Zafran sedang memandangnya sambil tersenyum culas. “Lagi!” pinta Zafran dengan suara manja. “Ih, engga

    Last Updated : 2023-07-17
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   78. Fakta Baru

    “Saya tidak akan membela Helen.”Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Betapa kagetnya mereka, suara itu berasal dari seorang lelaki paruh baya yang masih nampak gagah, wajahnya blasteran Indonesia – Turki, janggutnya pun masih berjejer rapi di kiri dan kanan pipinya. “Pak Syahid?” pak Ramon sangat kaget mendengar ucapan itu keluar dari mulut pak Syahid yang merupakan ayah dari Helen. “Selamat malam, pak Ramon!” ucap pak Syahid dengan senyum semanis mungkin. “Apa kabar pak?” tanya pak Syahid sambil menjabat tangan pak Suwardi. “Baik.” Bu Haliza yang berada di samping suaminya pun tersenyum dan menangkupkan tangannya ke arah pak Syahid. Atira menahan semburan tawa yang ingin segera meledak dari mulutnya setelah melihat mimik muka pak Ramon. Namun, ia berusaha tenang agar tak menimbulkan kekacauan. Hanya saja, pengacara yang sering menangani kasus kontroversial itu melihat gelagat Atira. “Kenapa kamu ketawa? Mentang-mentang sudah merasa paling tenar sekarang? Anak kemar

    Last Updated : 2023-07-18
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   79. Gara-gara Nude

    “Siapa anaknya, Om?” tanya Zafran yang tak mampu menahan diri untuk mendengar jawaban dari pak Syamsul. “Kau, datanglah ke rumah sakit kota dengan membawa satu hal yang Om minta. Maaf Zafran Om harus melibatkanmu karena Om pikir kamu bisa membantu Om,” ucap pak Syamsul. “Om akan tulis di chat apa yang harus kau bawa besok, agar tak ada kesalahpahaman. Ingat, jangan dulu beritahu siapapun tentang masalah ini sampai semuanya terang!” titah pak Syamsul dan disanggupi oleh Zafran. “Baiklah, Om akan kirimkan apa yang harus kamu bawa.”“Oke, saya tunggu!” ucap Zafran menutup obrolan mereka. Tak berselang lama, ia pun membuka sebuah pesan dari pak Syamsul yang baru saja masuk. Zafran membulatkan matanya saat melihat apa yang tertulis di sana. Ia merasa tak percaya dengan apa yang ia baca dari chat pak Syamsul. “Enggak mungkin.”*** Atira bangun dari tidur dan tak mendapati Zafran di sampingnya. “Tumben,” ucapnya sambil melirik ke tempat tidur Zafran yang biasanya masih bisa menja

    Last Updated : 2023-07-19
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   80. Selalu Membawa Derita

    “Atira!” Atira menoleh ke arah sumber suara. Nampak siluet tubuh seseorang yang pernah mengisi hari-harinya sedang berjalan ke arahnya. “Atira!” panggil Bayu lagi saat ia sudah berada tepat di depan Atira. “Ya,” jawab Atira datar. “Emmmhhh, bagaimana kabar...?” Bayu terdiam meragu. “Ibu baik, Mas juga tahu nomor ponselnya bukan? Anak-anak juga baik, jauh lebih baik. Kalau enggak ada hal lain, saya permisi!” ucap Atira sambil berlalu pergi. “Tunggu!” panggil Bayu sambil menarik tangan Atira sampai wanita itu berbalik lagi kepadanya. “Lepas! Enggak perlu pegang-pegang,” bentak Atira yang merasa tak nyaman dengan perilaku Bayu. “Maaf!” lirih Bayu sambil tertunduk, nampak dari matanya ada rasa bersalah. “Bisakah kita bicara sebentar?” tanya Bayu berbicara tergesa. Lelaki itu takut jika Atira segera pergi menjauh. “Ada hal penting apa? Kalau masalah anak-anak, Mas Bayu bisa bicara sama Ibu. Saya enggak akan pernah melarang anak-

    Last Updated : 2023-07-20
  • Ditalak 3 Lewat Telepon   81. Tragedi

    “Sella!” teriak Atira. Ia langsung membuka pintu mobil dan loncat keluar. Ia khawatir dengan keadaan Sella yang nampak dihakimi oleh wartawan yang berkerumun. “Jangan kesini!” Tiba-tiba langkah Atira ditahan, bahkan ia ditarik untuk berbalik arah oleh seseorang yang tak sempat ia lihat siapa. “Itu si Atira. Serang!” teriak seseorang. “Jangan!”“Lari!” “Kalian anarkis!”Terdengar teriakan yang beragam dari mulut-mulut mereka yang berada di sana. Bersamaan dengan itu terdengar juga suara derap langkah kaki yang tak terkira banyaknya. Wanita yang menarik lengan Atira itu pun mempercepat langkahnya sehingga membuat Atira ikut terseret cepat karenanya. Atira langsung masuk ke dalam mobil sedangkan wanita yang menyeret langkahnya langsung masuk ke tempat driver. Ia pun langsung menstarter mobil dengan lihai. Untung saja kunci mobil tetap berada di mobil karena pak Agus turun dengan terburu-buru. Broommmm... Atira menarik nafa

    Last Updated : 2023-07-21

Latest chapter

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT 188

    Atira menutup buku Yasin yang ia baca di depan makam bu Asih. Ia pun memandangi makam yang berada di sebelah kanannya, yang masih tertutup gundukan tanah merah, tanda makam itu masih baru. Sedangkan, sebelah kirinya ada makam kecil yang juga masih bergunduk tanah Merah, makam anak yang belum pernah lahir ke dunia bahkan belum diketahui jenis kelaminnya. Hanya saja, Zafran dan Atira sepakat menamainya dengan nama Ahmad, sebuah nama yang ia sandarkan kepada sosok agung yang ia kagumi. “Sayang, ayo!” Zafran meletakkan tangan di atas pundak Atira. Dengan penuh kelembutan, lelaki itu mengajak Atira untuk beranjak dari sana. Atira mengangguk tanpa menoleh. Ia pun menghapus sisa air matanya, kemudian ia bangkit dan berbalik, mengikuti langkah Zafran. Mereka pun berjalan ke arah mobil dengan bergandengan tangan. Zafran mempersilakan Atira untuk menaiki mobil jenis high MPV milik mereka terlebih dahulu. “Sayang, bagaimana dengan kasus mas Bayu dan... Emmhh... “ pertan

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 187

    “Jadi, kapan hubungan kalian putus?” tanya pak Hilman saat dokter Fajar baru duduk. “Mohon maaf, Pa! Saya belum sempat datang menghadap Papa!” ucap Fajar masih dengan kepala tertunduk. Sedari dulu, Ia memang begitu segan dengan pak Hilman yang merupakan cendikiawan dalam bidang kesehatan. Sedangkan, keluarga besarnya merupakan pejabat publik yang memiliki pengaruh besar di negri ini, mulai dari orang tua sampai saudara-saudaranya, semua merupakan pejabat pemerintahan. “Heemmmmhhh,” Pak Hilman menghembuskan nafas panjangnya. Ia diliputi perasaan kecewa, tapi ia pun tak bisa menuntut apapun karena ia mengetahui bahwa Yasmin lah yang salah. “Jadi, sesibuk apa kamu? Sampai-sampai tak sekalipun sempat untuk mengembalikan Yasmin padaku!” tanya pak Hilman tanpa menatap dokter Fajar, namun lelaki itu seolah ditelanjangi oleh pertanyaan lelaki paruh baya itu. “Maaf.” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Fajar. Ia tak membela diri sedikitpun. “Kau juga sibuk mengejar istri orang.” Tiba

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 186

    “Ah, enggak apa-apa,” sangkal bu Retno yang merasa tak perlu banyak berbasa-basi dengan orang yang baru dikenalnya. Bu Retno memang tahu bahwa bu Nurul dan putranya adalah dua orang yang telah menyelamatkan Atira. Ia berbuat baik kepada wanita yang ia sayangi seperti anaknya sendiri, tapi ia belum mau begitu terbuka dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Ia masih harus berhati-hati. Bahkan, dirinya pun sudah pernah menjadi orang yang membahayakan bagi orang-orang yang berada di sekitar Atira. “Bu Asih,” lirihnya pelan. Ia masih merasakan sakit luar biasa saat mengetahui fakta bahwa bu Asih telah tiada. Padahal, ia pernah akan meracuni pak Suwardi dan istrinya, hanya untuk ditukar dengan keselamatan bu Asih. Janji orang jahat memang tak dapat dipercaya. “Kenapa, Bu?” tanya bu Nurul yang masih mendengar ucapannya, meskipun pelan. “Ah, emmhh... itu... “ bu Retno tergagap mendengar pertanyaan dari bu Nurul. “Nenek, ayo masuk!” seru Davin yang tiba-tiba mu

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 185

    “Mama! Mama!” Suara itu terdengar begitu nyata bagi Atira. Ia merasa mendengar panggilan dari kedua anak kesayangannya. “Heemmm.” Hanya ucapan itu yang mampu keluar dari mulutnya. “Mama!” Terdengar lagi panggilan itu, panggilan Davin dan Daffa yang kini terdengar lebih nyaring bagi Atira. “Hemmm.” Kembali, hanya suara itu yang mampu ia katakan untuk menjawab panggilan dari kedua anaknya. “Mama! Mama bangun, Ma! Mama jangan tinggalin kita!”“Iya, jangan tinggalin kita kaya Nenek! Bangun, Ma!” Atira tersentak dari ketakberdayaannya. Ia harus menggaris bawahi kalimat meninggalkan kami seperti Nenek. Apakah suara-suara itu isi hati Davin dan Daffa. Dengan keinginannya yang kuat, Ia meminta pertolongan Tuhan agar segera membawanya kembali. “Davin, Daffa!” lirihnya seraya membuka mata dan langsung mencari sosok orang yang ia cari. “Mama! Papa, Mama sadar,” pekik Davin sambil mengalihkan pandangannya ke belakang. Zafran

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT - 184

    “Tolong istri saya, Pak!” pinta Zafran seraya menunjuk ke arah Atira yang kini terkulai lemas di pangkuannya. “Dia Bos saya Pak, korban,” ucap Aji yang tiba-tiba muncul dari belakang polisi tersebut. “Kami butuh tenaga medis. Di dalam sudah kondusif,” ucap polisi tersebut berbicara lewat walkie talkie yang dia sampirkan di pinggangnya. Setelah itu, ia menodongkan senjata ke beberapa orang lain yang menjadi pelaku kejahatan. Beberapa polisi itu melumpuhkan mereka, menelungkupkan dan menyimpan tangan mereka di belakang. Suasana di dalam cukup menegangkan. Mirip seperti polisi kriminal yang sedang menangkap teroris. Untung saja Aji membersamai mereka sehingga Roni dan Zafran tak ikut dilumpuhkan. Aji menghampiri Zafran yang masih memeluk Atira, menguatkan wanita itu. Sedangkan Roni, ia membantu melepaskan ikatan Ressa, kemudian membantunya untuk duduk. Ressa melepas sendiri kain yang menyumpal mulutnya, sebelum akhirnya pecah tangisannya. “Yasmin! Yasmin!”

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   DTLT 183

    Atira langsung meninggalkan pekerjaannya untuk membuka tali yang mengikat kaki Ressa. Ia tak peduli apakah ia akan sempat menyelamatkan Ressa atau tidak, yang pasti ia harus secepatnya mencoba. Buggg... Prang... “Awww... “ Lelaki itu tersungkur tepat di depan wajah Ressa yang masih menangis tanpa bisa mengeluarkan suara, karena mulutnya masih tersumpal. Sedangkan kapak itu jatuh ke lantai, setelah sebelumnya sempat melukai orang ber-hoodie yang berada di sisi lain kepala Ressa. Yang saat terkena parang, ia sedang merapalkan mantra sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya. Atira cukup kaget karena dia belum melakukan apapun kepada lelaki itu. Orang yang menggagalkan niat lelaki ber-hoodie untuk mencelakai Ressa adalah wanita ber-hoodie yang sudah dilumpuhkan oleh Atira di awal. Wanita ber-hoodie itu kembali terjatuh setelah melakukan aksinya tadi. Atira tak begitu peduli, ia langsung menyerang lelaki ber-hoodie yang saat ini masih tersungkur di depan Ressa. Buggg... A

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   182. Sekte Iblis

    “Mantra?” tanya Zafran meyakinkan. Atira menganggukkan kepalanya, “Sepertinya begitu!” jawab wanita cantik itu. Tanpa sepengetahuan Zafran, kini Atira sudah siap dengan senjata apinya, yang dia sembunyikan tepat di belakang pinggulnya. Untung saja, tadi dia sempat membuka penguncinya. Zafran sudah tiba di mulut lorong tangga. Ia langsung mengintip ke sumber suara, dimana terdengar kalimat-kalimat yang terdengar kuno kini diucapkan. Zafran menahan nafasnya saat netranya melihat pemandangan yang cukup mengerikan. Meskipun dia tidak begitu terpengaruh dengan hal-hal yang diluar nalar, tapi ketika dia melihat seorang wanita yang diikat di atas meja, layaknya sebuah hidangan dan dikelilingi oleh orang-orang yang menggunakan hoodie hitam panjang, perasaannya menjadi tak karuan. Tanpa pikir panjang, Zafran langsung keluar dari persembunyiannya. Ia bermaksud ingin memukul empat orang berhoodie yang kini sedang mengelilingi wanita yang nampak sangat lemah. Tanga

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   181. Mantra

    Atira menyiramkan air dingin dari gayung itu tepat di wajah Zafran. Rasanya tak tega, tapi ia harus melakukannya. “Apaan ini?” teriak Zafran langsung berdiri dan mundur. “Maafin aku, Zafi! Tapi syukurlah, kamu sadar,” cicit Atira seraya mendekati Zafran, memegang pundaknya dengan maksud menenangkan. Sepersekian detik, Zafran langsung menyadari apa yang terjadi padanya. “Sayang, kenapa kamu disini?” tanya Zafran tak terima karena istrinya berada dalam bahaya jika bersamanya di sana. “Aku udah bantu kamu, loh!” protes Atira sambil mencebikkan mulutnya. “Andi juga si...!”Byurrr... Belum selesai Atira mengucapkan kalimatnya, Deni sudah menyiram Andi dengan air dingin yang ia ambil dari kamar mandi. Namun sayang, hal itu tak lantas membuat Andi terbangun seperti Zafran. “Lagi!” titah Roni seraya menepuk-nepuk pipi Andi cukup kencang. Tak ada sahutan sama sekali. Lelaki itu masih lelap dalam ketaksadarannya. “

  • Ditalak 3 Lewat Telepon   180. Byurrrr...

    Sejurus kemudian, lelaki itu mengangkat kakinya untuk menendang Atira yang jatuh di lantai. Refleks, Atira menangkap kaki lelaki tersebut dan menariknya sampai lelaki itu kini terjatuh tepat di samping Atira, setelah wanita itu sedikit bergeser. Dengan cepat, Atira menekan leher lelaki itu dengan sikunya sekuat yang ia bisa. Menekan semua rasa kaget dan khawatir dengan keadaan sang suami. Lelaki itu menepuk-nepuk lantai tanda menyerah, tapi Atira tak peduli. Ia terus menekannya sampai tak ada pergerakan lagi dari lelaki itu. Atira melepaskannya, kemudian ia memeriksa denyut nadi di lehernya. Bagaimana pun, dia bukanlah seorang pembunuh dan ia tak mau melakukan hal itu walaupun dalam keadaan terdesak. Saat ia masih merasakan ada denyutan di sana, ia pun merasa lega. Ia meninggalkan kedua lelaki itu di sana, kemudian mengunci pintu kamar dengan kunci yang memang tergantung di lubang handlenya. Tanpa banyak kata, Atira segera berbalik melihat keadaan Zafran.

DMCA.com Protection Status