Zafran langsung mengeraskan rahangnya saat ia melihat wajah Helen tanpa dosa datang ke gelaran resepsi mereka. Wanita licik ini bahkan tampil anggun dengan balutan gaun mewah, bahkan melebihi kemewahan gaun sang pengantin wanita. Untung saja Atira lebih cantik dan bersinar di acara pernikahannya, sehingga kemewahan gaun yang digunakan Helen hanya menjadi gunjingan saja. “Siapa yang mengundangmu, hah?” tanya Zafran dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Helen dan kedua mempelai. Plakkk... “Ahahahahahahaha, rupanya suamiku sudah benar-benar dibutakan oleh pelakor.” teriak Helen secara tiba-tiba, bahkan dengan berurai air mata setelah ia memukul pipinya sendiri. Mendengar ada keributan di atas pelaminan, pengiring musik dan penyanyi jebolan ajang pencarian bakat yang menghibur para tamu undangan pun menghentikan lagunya sejenak. Bu Asih, pak Suwardi dan bu Haliza yang sedang menikmati santap siang pun segera kembali ke atas panggung tempat pelaminan berdiri gagah. Para tamu undan
“Apa kamu yakin, honey?” tanya Helen dengan bergelayut manja di pundak seorang lelaki. “Yakin dong, demi kamu apapun bisa ku lakukan termasuk mengenyahkan artis pendatang baru itu. Mantan suamimu yang bodoh itu pasti akan semakin gila karenanya.” Seringai licik pun terdengar dari kedua orang berbeda generasi itu. “Aahhh, aku jadi semakin cinta deh.” Helen mengecup singkat pipi lelaki tua berkepala plontos yang wajahnya terus saja di blur. “Lagian, lelaki tua itu akan semakin kehilangan jejak anak kandungnya sendiri.”“I love you!” ucap Helen yang kembali mengecup pipi lelaki berkepala plontos itu. “Eiittt, semua itu enggak gratis. Kamu harus ada setiap aku mau kamu, setiap aku butuh. Istriku yang cantik itu payah, setelah melahirkan dia jadi mirip dengan babu, tak bisa berdandan. Padahal saya modalin besar, dianya aja yang katro. Masa pergi kondangan pake kain jarik, baju alakadarnya. Malu-maluin aja!” keluh lelaki itu lagi. “Namanya juga masih bocah ingusan, orang kampun
“Aaagghhhh...!” teriak lelaki itu dengan sangat keras. Danu cukup kaget, namun otaknya bekerja dengan sangat cepat. Ia ingat betul bahwa dirinya mengaku tuli sehingga bisa langsung mengontrol ekspresinya. Danu berpura-pura tak mendengar apapun yang memekakan telinga. Ia hanya tersenyum saat lelaki tua itu membuka mulutnya saat berteriak. Ia sadar jika lelaki di hadapannya hanya sedang mengetes pendengaran Danu. “Bagaimana, Pak?” tanya Danu, tentunya dengan bahasa isyarat. Lelaki itu tak memahami pertanyaan Danu sehingga masih terdiam, ia seperti meyakinkan dirinya bahwa Danu mampu memasang CCTV nya. “Ada apa sih, sayang?” tanya seorang wanita yang kini menghampiri mereka. Wanita itu menggunakan bathrobe putih dengan rambut cukup acak-acakan. Yang lebih membuatnya kaget, wanita itu persis dengan seseorang. Namun, ia tak mengingat siapa. “Enggak, ini si Arul pesenin tukang CCTV yang tuli dan gagu.” Lelaki itu berlalu pergi begitu saja, tanpa memberikan keputusan apapun kep
“Maafin aku ya, gara-gara pekerjaan, kita jadi harus tunda dulu bulan madu,” ucap Atira sambil memandangi muka Zafran yang masih terlelap. Sedangkan dirinya, ia sudah cantik dan wangi. Atira pun mendekatkan wajahnya ke wajah suaminya. Ia berniat mencuri morning kiss tanpa sepengetahuan Zafran. Perasaannya dagdigdug tak karuan. Ini seperti pertama kalinya lagi bagi Atira mencium wajah lelaki. Terakhir ia melakukannya kepada Bayu bertahun-tahun lalu, saat Bayu akan berangkat ke Jepang. Cup... Atira berhasil mengecup pipi Zafran. Ia pun berlama-lama sambil berdo’a di dalam hatinya. “Ya Allah, panjangkanlah jodoh kami di dunia dan akhirat dalam keadaan sakinah, mawaddah, rahmah dan berkah. Bukakan hatinya untuk menyayangi Davin dan Daffa, juga beri kami keturunan yang soleh solehah. Amin.”Atira menjauhkan wajahnya dari Zafran. Namun, betapa kagetnya Atira karena ia mendapati Zafran sedang memandangnya sambil tersenyum culas. “Lagi!” pinta Zafran dengan suara manja. “Ih, engga
“Saya tidak akan membela Helen.”Semua orang menoleh ke arah sumber suara. Betapa kagetnya mereka, suara itu berasal dari seorang lelaki paruh baya yang masih nampak gagah, wajahnya blasteran Indonesia – Turki, janggutnya pun masih berjejer rapi di kiri dan kanan pipinya. “Pak Syahid?” pak Ramon sangat kaget mendengar ucapan itu keluar dari mulut pak Syahid yang merupakan ayah dari Helen. “Selamat malam, pak Ramon!” ucap pak Syahid dengan senyum semanis mungkin. “Apa kabar pak?” tanya pak Syahid sambil menjabat tangan pak Suwardi. “Baik.” Bu Haliza yang berada di samping suaminya pun tersenyum dan menangkupkan tangannya ke arah pak Syahid. Atira menahan semburan tawa yang ingin segera meledak dari mulutnya setelah melihat mimik muka pak Ramon. Namun, ia berusaha tenang agar tak menimbulkan kekacauan. Hanya saja, pengacara yang sering menangani kasus kontroversial itu melihat gelagat Atira. “Kenapa kamu ketawa? Mentang-mentang sudah merasa paling tenar sekarang? Anak kemar
“Siapa anaknya, Om?” tanya Zafran yang tak mampu menahan diri untuk mendengar jawaban dari pak Syamsul. “Kau, datanglah ke rumah sakit kota dengan membawa satu hal yang Om minta. Maaf Zafran Om harus melibatkanmu karena Om pikir kamu bisa membantu Om,” ucap pak Syamsul. “Om akan tulis di chat apa yang harus kau bawa besok, agar tak ada kesalahpahaman. Ingat, jangan dulu beritahu siapapun tentang masalah ini sampai semuanya terang!” titah pak Syamsul dan disanggupi oleh Zafran. “Baiklah, Om akan kirimkan apa yang harus kamu bawa.”“Oke, saya tunggu!” ucap Zafran menutup obrolan mereka. Tak berselang lama, ia pun membuka sebuah pesan dari pak Syamsul yang baru saja masuk. Zafran membulatkan matanya saat melihat apa yang tertulis di sana. Ia merasa tak percaya dengan apa yang ia baca dari chat pak Syamsul. “Enggak mungkin.”*** Atira bangun dari tidur dan tak mendapati Zafran di sampingnya. “Tumben,” ucapnya sambil melirik ke tempat tidur Zafran yang biasanya masih bisa menja
“Atira!” Atira menoleh ke arah sumber suara. Nampak siluet tubuh seseorang yang pernah mengisi hari-harinya sedang berjalan ke arahnya. “Atira!” panggil Bayu lagi saat ia sudah berada tepat di depan Atira. “Ya,” jawab Atira datar. “Emmmhhh, bagaimana kabar...?” Bayu terdiam meragu. “Ibu baik, Mas juga tahu nomor ponselnya bukan? Anak-anak juga baik, jauh lebih baik. Kalau enggak ada hal lain, saya permisi!” ucap Atira sambil berlalu pergi. “Tunggu!” panggil Bayu sambil menarik tangan Atira sampai wanita itu berbalik lagi kepadanya. “Lepas! Enggak perlu pegang-pegang,” bentak Atira yang merasa tak nyaman dengan perilaku Bayu. “Maaf!” lirih Bayu sambil tertunduk, nampak dari matanya ada rasa bersalah. “Bisakah kita bicara sebentar?” tanya Bayu berbicara tergesa. Lelaki itu takut jika Atira segera pergi menjauh. “Ada hal penting apa? Kalau masalah anak-anak, Mas Bayu bisa bicara sama Ibu. Saya enggak akan pernah melarang anak-
“Sella!” teriak Atira. Ia langsung membuka pintu mobil dan loncat keluar. Ia khawatir dengan keadaan Sella yang nampak dihakimi oleh wartawan yang berkerumun. “Jangan kesini!” Tiba-tiba langkah Atira ditahan, bahkan ia ditarik untuk berbalik arah oleh seseorang yang tak sempat ia lihat siapa. “Itu si Atira. Serang!” teriak seseorang. “Jangan!”“Lari!” “Kalian anarkis!”Terdengar teriakan yang beragam dari mulut-mulut mereka yang berada di sana. Bersamaan dengan itu terdengar juga suara derap langkah kaki yang tak terkira banyaknya. Wanita yang menarik lengan Atira itu pun mempercepat langkahnya sehingga membuat Atira ikut terseret cepat karenanya. Atira langsung masuk ke dalam mobil sedangkan wanita yang menyeret langkahnya langsung masuk ke tempat driver. Ia pun langsung menstarter mobil dengan lihai. Untung saja kunci mobil tetap berada di mobil karena pak Agus turun dengan terburu-buru. Broommmm... Atira menarik nafa