Lydia turun dari mobil dengan langkah jumawa. Wajahnya penuh kebanggaan saat menatap rumah megah yang kini ditempati putra dan menantu kesayangannya. Wanita itu telah lega sepenuhnya, karena akhirnya di sisa usianya, dirinya bisa meninggalkan Nevan dengan tenang bila tutup usia kelak. Sekarang Nevan sudah memiliki pasangan yang dinilai sangat baik oleh Lydia.
Lydia pun melangkah masuk dan disambut oleh pelayan. Meski di rumah itu tidak ada Nevan dan Nanda, dirinya melenggang masuk seakan-akan dialah sang pemilik rumah. Para pelayan juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena Lydia adalah ibu dari Tuan mereka.Lydia bersantai di area swimming pool sambil menikmati kue manis dan minuman segar."Eh, ibu! Kapan datang?" Nevan mendatanginya setelah baru pulang bekerja. Nevan mencium punggung tangan Lydia dan ikut duduk di kursi santai di sampingnya."Dua jam yang lalu mungkin. Ibu betah sekali di rumahmu. Bagaimana ini? Apa Nanda keberatan kalau ibu iku"Kak, Kak Liam tidak ada mampir?" tanya Likha saat mereka sudah bersiap memulai makan malam. "Tidak ada. Kenapa? Kau rindu? Telepon saja. Bukannya kau punya nomornya?" ucap Kalista yang sedang membuat nasi ke piring. "Malu, Kak. Soalnya selama ini yang akrab dengan Kak Liam adalah kakak. Bukan Likha. Takut canggung saja jadinya," sahut Likha. "Likha, kau benar-benar menyukai Liam atau sekadar mengagumi saja? Kalau ibu boleh memberi saran, jangan suka pada Liam." Ucapan Melisa terdengar serius. Kalista mengendikkan bahu saat melihat reaksi Likha yang kecewa, karena rupanya tidak mendapat restu. "Apa Likha boleh tahu alasannya? Apa karena ibu lebih berharap kakak yang bersama Kak Liam?" Sontak saja Kalista terkejut dengan dugaan Likha. Ia dan Liam akhir-akhir ini memang sangat dekat. Namun itu semua murni karena mereka berteman. Likha sepertinya salah paham. "Tidak. Ibu juga tidak setuju bila Liam dan kakakmu ada hubungan leb
Hah? Nevan menyimpan foto Kalista di jurnal pribadinya? Heol, Kalista merinding sekarang! Apa maksud Nevan melakukan itu? Kalista saja sudah menghapus semua potretnya Nevan. Bahkan Kalista sudah membakar semua foto pernikahannya dengan Nevan dengan tujuan supaya move on-nya lebih totalitas. Kalista jadi bertanya-tanya, apa tujuan Nevan masih menyimpan fotonya? Apa jangan-jangan Nevan ingin mengirimkan santet kepadanya? Astaga! Mengapa Kalista malah berpikiran aneh-aneh? Jika pemikirannya salah, maka Kalista sudah berprasangka buruk pada Nevan. Kalista segera mengelus perutnya sebagai pengingat agar dirinya lebih berpikir positif dalam segala hal. Ia tidak mau segala pemikiran negatifnya dirasakan oleh Shooky. "Maaf, aku tidak bermaksud menyerangmu. Aku hanya murni ingin berdiskusi. Kita pernah bertemu sebelumnya, bukan, di Euforia World? Kau sedang bersama Liam saat itu. Aku melihat fotomu di jurnal pribadi Nevan. Aku langsung tering
"Kau baru membeli sesuatu?" tanya Nevan pada Nanda yang sedang membawa bungkusan. Nanda tidak mengiyakan. Ia hanya tersenyum tipis sambil mengajak suaminya duduk dan mengeluarkan cemilan manis yang diberikan Kalista. Nevan melihat Nanda sedang mengeluarkan isi bungkusan yang ia bawa. Satu kotak makanan berwarna ungu dibuka tutupnya oleh Jihan dan didalamnya ada beberapa camilan manis yang membuat Nevan terdiam. Nevan menatap isi kotak makanan ungu tersebut dengan tatapan sendu. Permen-permen berwarna merah muda berbungkus plastik bening, stick warna warni, biskuit hitam dengan krim putih di tengah, coklat putih berbentuk aneka hewan lucu, dan bola-bola marie susu yang membuat Nevan teringat pada Kalista. "Kau membeli ini?" tanya Nevan yang kemudian mengambil salah satu permen merah muda yang dulu sangat diinginkan Kalista ketika hamil Vano. Namun Nevan tidak pernah membelikannya, karena termakan omongan ibunya bila Kalista cuma manja. Mengidam
Nevan jelas tahu dengan mudah bila rumah yang ditempati Kalista sekarang adalah rumahnya Bian. Ketika Nevan mampir beberapa kali ke rumahnya sendiri yang waktu itu masih belum ia tinggali sebelum menikah dengan Nanda, ia juga sering melihat Bian di sana yang sedang mengawasi para pekerja yang sedang merenovasi rumah yang ditempati Kalista sekarang. "Rumah itu dulunya milik mendiang istri seseorang yang bekerja untukku. Namun lama terbengkalai dan aku membelinya. Kemudian aku memerintahkan banyak pekerja untuk merenovasi. Aku juga mempekerjakan pembuat taman agar rumah tersebut tampak indah luar dalam. Dan jadilah seperti rumah yang ditempati Kalista sekarang. Aku merenovasi rumah itu sambil membayangkan Kalista beraktivitas di setiap sudutnya. Aku bahagia ketika Kalista akhirnya mendiami rumah itu. Andai ia tahu bila rumah itu miliknya. Sayangnya aku harus merahasiakannya agar tetap bisa menjaganya."Mendengar cerita Bian, Nevan semakin merasa kerdil. Dirinya juga menyiapkan rumah un
"Ada apa?! Kenapa perutmu?" Liam melihat Kalista yang membeku seketika sambil mengelus perutnya. Kalista menoleh kepada Liam dengan senyum merekah perlahan. "Val, Shooky menendang." Kalista langsung mengambil tangan Liam dan meletakkannya di perutnya. "Mana? Mana? Mana?" Liam pun ikutan heboh dan merasakan permukaan perut Kalista yang tertutup kain pakaiannya. "Kal, mana? Apa Shooky berhenti menendang? Shooky, ayo, menendang lagi!" seru Liam yang masih meletakkan telapak tangannya di perut Kalista yang mulai membuncit. "Kal, kok tidak ada?" Liam pun mendongak. Yang Liam lihat pertama kali adalah kedua pipi Kalista yang bersemu merah. Obsidian keduanya bertemu dan ada sesuatu yang asing menyeruak di dada mereka. Jangan lupakan tangan Liam yang masih bertengger di perut Kalista. Puncak hidung mereka nyaris bersentuhan. Tatapan Liam turun perlahan pada bibir Kalista yang hanya berpoles lipbalm beraroma semangka.
"Kal, berhenti. Aku mohon berhenti," ucap Liam yang es krimnya masih utuh dan belum dibuka, karena ia sejak tadi memperhatikan Kalista yang menjilati es krimnya. Ampuni pikiran kotor Liam yang malah membayangkan hal sensual pada Kalista. Liam ingin menampar dirinya sendiri, karena bisa-bisanya berpikiran pervert kepada temannya sendiri. "Kenapa, Val? Kau tidak suka rasa vanilla, ya?" tanya Kalista yang merasa tidak enak, karena es krim coklatnya sudah ia makan. Kalista menduga bila Liam ingin bertukar rasa es krim. "Su-suka. Aku suka es krim vanilla." Liam mendadak gugup. Jakunnya bergerak naik turun. Kemudian ia meletakkan es krim di dashboard dan menyalakan mesin mobil. "Kita berbagi es krim saja." Usulan Kalista malah semakin membuat Liam gugup. Kalista menyodorkan es krim coklat yang tadi sudah dijilatinya ke hadapan Liam yang menyetir dengan kecepatan sedang. Liam memperhatikan jalanan dan es krim di hadapannya bergant
Liam yang biasanya menebar senyum saat memasuki gedung perusahaan Glitz Chemical, hari itu, Liam hanya bisa menunjukkan eskpresi datar. Para karyawan melihatnya demikian. Bahkan banyak yang menebak-nebak bila Liam sedang dalam perasaan tidak bagus. Ketika Liam sudah tiba di ruang kerjanya dan mencoba memulai pekerjaannya. Liam tidak berkonsentrasi sama sekali. Laki-laki itu memukul-mukul pelan keningnya ke permukaan meja untuk mengenyahkan segala pemikiran joroknya tentang Kalista. "Aku bisa gila bila begini terus."Maka Liam berdiri dan keluar dari ruangannya. Laki-laki itu menuju tempat berkumpulnya para office boy dan mengambil alat kebersihan kemudian ia bawa entah kemana. Sontak saja semua office boy yang ada di tempat terkejut. Karena tak ingin merasa tidak bisa diandalkan, satu per satu dari mereka meminta Liam untuk menyebutkan ruangan mana yang harus mereka bersihkan. Jadi Liam tidak perlu bersusah payah mengangkut alat kebersihan sendiri.
Malam itu, sepertinya malam terbaik bagi Saddam, karena putranya yang dikenal sangat tidak terbuka padanya, tiba-tiba saja mengungkapkan isi hatinya panjang lebar. Saddam terdiam seraya berpikir bila putranya sudah besar. Sudah pandai mengambil keputusan terbaik dalam hidupnya sendiri. Lantas dirinya merasa bodoh, karena malah mendorong Liam seperti barang dagangan kepada rekan-rekan bisnisnya agar menjadikan putranya seorang menantu di tengah keluarga besar mereka. Lantas Saddam penasaran akut dengan maksud segala tutur Liam tentang seseorang yang berhasil membuat anaknya menggila selama seminggu penuh ini."Kau tidak akan menyukainya ayah. Bukan hanya itu, sepertinya dia juga akan menolakku," ungkap Liam yang menyerah duluan sebelum berjuang. Saddam mencelos hatinya. Rasanya sedih menjadi seorang ayah yang tidak bisa mewujudkan keinginan sang anak. Yeah, Liam memang sudah sering ditolak selama kencan buta. Para gadis itu berpendapat