“Sudah bangun Princes?” sambut Daniel ketika melihat Salwa baru saja bangun jam delapan pagi. Ia sudah terlihat lebih baik dan segar.Daniel tersenyum menatapnya, memindai penampilannya. Gadis itu memakai hoodie dan celana training miliknya sebab pakaian Kinan tak ada yang muat. Adapun penutup kepala yang digunakan milik Mbok Tinah.“Lihat apa?”Merasa diperhatikan dengan cara yang aneh, gadis bermata sembab itu memicingkan matanya menatap pemuda yang sudah terlihat cemerlang. Daniel sudah mengenakan outfit ke kantor.Beberapa detik tatapan mereka bersiborok, mengagumi keindahan masing-masing.Buru-buru gadis itu memutus tatapan lebih dulu. Mengapa semakin hari semakin tampan. Daniel Dash terlihat semakin dewasa.“Mas sedang melihat calon istri Mas.”Daniel menarik sudut bibirnya kemudian menarik lengan gadis itu.“Mau kemana?” sahut Salwa panik seperti kebiasaan. Daniel suka menarik lengannya agar ikut dengannya.“Sarapan!” serunya dengan sumringah.Daniel mengajak Salwa menikmati sa
Beberapa hari ini Neng Mas tidak bisa tidur dengan pulas. Ia selalu gelisah saat tidur dan terkadang bermimpi buruk tentang Acep.Barangkali penyebabnya ialah ia masih kepikiran Acep dan belum mengikhlaskan kepergiannya sehingga alam bawah sadarnya secara tidak langsung mengundang kehadiran pria lugu itu seingatnya. Yang ia tahu Acep seorang anak baik dan tak neko-neko.Setiap kali melihat surat darinya, tak kuasa ia menahan bulir air matanya yang luruh. Karena terlalu fokus pada diri dan perasaannya, Neng Mas sudah jarang berbagi kisah dengan sahabatnya. Mereka hanya berbincang seperlunya. Bukan karena Salwa tak mengajaknya bicara atau dengan sengaja mengabaikannya, namun Neng butuh ruang privasi sendiri; mengatasi kesedihannya.Salwa mulai memahami perasaannya. Tak mudah ditinggalkan orang yang tersayang. Ia pun pernah merasakan kehilangan orang tersayang. Sepeninggal Abi Hilal ia begitu tenggelam dalam kesedihan.Namun setelah mendapat telepon dari Daniel Dash, Neng Mas mendadak sy
“Farah belum tidur?” Nuha membuka pintu kamar Farah yang masih menyala lampunya. Sekarang Farah sudah tidur terpisah dengan saudaranya, Asyraf. Asyraf tidur sekamar dengan Farrel. Farah tidur sendirian. Terlihat Farah sedang memainkan boneka barbienya dengan anteng. Padahal sebelumnya ia berkata pada ibunya agar tak usah menemaninya tidur karena ia sudah bisa tidur sendiri. Rupanya, anak itu sepertinya belum mengantuk. Nuha menengok jam di weker. “Sayang, sudah jam sembilan tidur ya! Ibu bacain buku,” bujuk Nuha. Sebelumnya ia baru saja menidurkan Asyraf dan Farrel terlebih dahulu, bergantian. Lumayan repot untuk ibu anak tiga yang usianya berjarak dekat. Belum lagi menidurkan yang besar, bagian terakhir. “Ibu, aku masih mau main sebentar saja,” sahut Farah sembari menggerakan bonekanya, seakan tengah berjalan berlenggak lenggok. “Farah, besok kau harus pergi sekolah. Nanti kalau tidur terlalu malam bisa kesiangan.” Nuha mengelus surai panjang gadis kecilnya. Seketika ingatan bu
Malam semakin larut. Hanya desau angin dan suara pekikan orang yang tengah bertarung di sekitar alun-alun kota yang sepi. Menciptakan senandung pertarungan yang sengit dan menggetarkan jiwa. Aroma permusuhan dan darah terhidu kentara. Hanya karena sebuah kekonyolan semata.Beberapa tunawisma memilih berpindah tempat dari gedung-gedung kosong yang disinggahi para anggota kawanan geng motor liar daripada mengambil resiko. Sudah hidup susah, tak ingin menjadi korban kebiadaban mereka.Rupanya, serbuan anggota geng motor Slytherin belum usai. Daniel dan Salwa mengira jika kawanan geng motor itu hanya berjumlah delapan orang namun dugaan mereka keliru. Ada banyak anggota geng motor Slytherin lainnya.Kini posisi mereka bagai seekor kerbau yang dicucuk hidungnya. Tak bisa melarikan diri karena sudah dikepung.Berdatanganlah kurang lebih sepuluh orang yang dipimpin oleh seorang pria bertubuh menjulang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dari Daniel Dash. Mungkin postur tubuhnya di atas rata-r
Dokter muda itu menangis penuh haru, tak menyangka malam itu ia merasa seperti menang lotere. Bukan tanpa alasan, maaf, untuk seribu maaf. Klinik yang baru dibuka itu ramai oleh pasien yang berdatangan. Dan, pasien yang datang bukan berasal dari kalangan rakyat jelata, tetapi anak-anak sultan. Pun, media massa langsung meliput peristiwa aksi pertempuran geng motor termasuk klinik di mana menampung para korban. Klinik yang baru didirikannya belum genap setahun sudah populer. Ketika Salwa menantang Black Jaguar, sebuah pertolongan tiba, kawanan kesatuan patroli malam datang menolong mereka, bahkan langsung menangkap beberapa anggota geng Slytherin sebab aksi mereka sudah kelewat batas, menganiaya orang. Black Jaguar berhasil melarikan diri. Begitupula dengan Kevin. Dokter yang menangani langsung menjelma menjadi hero di mana ia bisa mengobati korban pengeroyokan geng motor bersama timnya. Ia pun dengan senang hati dan tepaseliro menghadapi jurnalis dan diwawancarai. Perawat di bela
Pukul empat pagi, Salwa, Daniel, Huda dan Romi terpaksa dirawat di IGD sebuah klinik terdekat dengan alun-alun kota. Mereka akan pindah ke rumah sakit kota keesokan harinya. Keluarga masing-masing sudah dihubungi. Satu per satu berdatangan membesuk mereka bergantian. Bosan menunggu keluarga Daniel Dash, Neng Mas memasuki ruang IGD kembali, ia akan menemani Salwa yang terbaring tidur di atas brankar. Di brankar sebelahnya, Daniel Dash tampak terbaring pula tetapi dengan tatapan tak luput dari wajah sang kekasih hati. Neng Mas mendesah pelan. Pria itu terlihat begitu menyayangi Salwa. Mungkin lebih mendekati obsesi sepertinya. Neng Mas menjadi teringat pria yang menolongnya. Ia yakin, pria itu Acep. Mungkin ia akan menyetujui ajakan Salwa untuk mengunjungi rumah Acep. Selama ini ia tidak tahu kehidupan keluarganya sekarang. Menyadari kehadiran Neng Mas, Salwa membelalakan matanya dan menepuk kasur. “Neng bobok sini! Neng bukan petugas bendera jangan berdiri terus!!” ucap Salwa mena
Korban pengeroyokan anggota geng motor slytherin sudah dipindahkan ke rumah sakit kota. Kini mereka dirawat di ruang VVIP secara terpisah.Hanya Neng Mas yang tidak dirawat dan ia sudah bisa diperbolehkan pulang ke pondok.Salwa menempati ruangan VVIP bersebelahan dengan Daniel Dash. Mereka dirawat karena luka yang cukup parah. Salwa mengalami luka gores di beberapa bagian tubuhnya. Namun yang paling membahayakan ialah, ia sempat jatuh sehingga kepalanya sempat terbentur sehingga akan mengikuti prosedur CT Scan. Berbeda dengannya, lengan Daniel Dash harus dijahit karena tergores belati yang tajam. Pembuluh darah matanya pecah hingga ia tak bisa melihat jelas. Oleh karena itu demi keselamatan, pihak keluarga meminta tim dokter untuk melakukan seluruh jenis pemeriksaan.Salwa terbangun karena merasa ingin buang air kecil, ia menurunkan kakinya sembari menenteng labu infusan menuju kamar mandi.“Mau kemana?” tanya Aruni mengawasi putrinya. Ia duduk dengan bersedekap tangan di dada. Mela
Melihat ada tamu yang datang, Kinan langsung memilih keluar dengan menggamit tangan Farah karena barang tentu tidak boleh ada banyak tamu yang membesuk pasien.“Ummi, aku keluar dulu,” bisiknya kemudian.Aruni hanya mengangguk dan tersenyum.“Teh, bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Rasyid langsung menyalami sang kakak.“Baik,” jawab Salwa ketus, ia memalingkan wajahnya dari pria dewasa yang menyunggingkan senyum padanya.“Om baru dengar kalau Salwa masuk rumah sakit. Kebetulan Om baru pulang dari Jakarta.”H Karim angkat suara. Ia menatap Aruni dengan menyematkan senyum tipis. Aruni pun membalas senyumannya dan mempersilakan H Karim duduk di sofa. Ia lantas berpindah duduk di tepi ranjang.“Makasih Pak Haji sudah nengokin Salwa,” ungkap Aruni dengan sungkan.“Iya, Ummi, maaf saya baru dapat kabar dari Rasyid barusan. Padahal saya berniat ke rumah Ummi. Kebetulan saya habis membesuk istri pekerja yang baru saja lahiran di sini. Eh, ketemu Rasyid di depan lobi,”“Ada apa ya?” tanya Arun