“Kau kenapa?” tanya Daniel menatap Salwa yang cemberut.Salwa terlihat menggemaskan di mata seorang Daniel Dash. Sekonyong-konyong ia datang dengan memasang wajah celingukan mirip maling yang takut digebuki massa.Salwa hanya menggeleng dan memilih duduk di sofa sembari meletakan kepalanya yang terkulai pada sandaran sofa.“Kalau bisa, Sally diam di ranjang. Sally masih diinfus. Jangan banyak gerak!”Daniel menegur kekasihnya yang tak bisa diam.Lagi, Salwa hanya terlihat cemberut. Gara-gara salah kata ia pasti akan diomeli oleh kakaknya. Tak mungkin juga ia mengatakan pada calon suaminya perkara remeh temeh tetapi lumayan memancing emosi kakaknya. Gadis itu memang kurang bisa mengontrol bicaranya. Padahal sudah berusaha untuk mengendalikan diri, untuk tidak berkata kasar. Selain itu, ia kesal karena kedatangan H Karim. Sungguh, membuat suasana hatinya buruk.“Labu infusannya tinggal sedikit. Aku mau pulang,” sahut Salwa bernada ketus.“Pms ya?”“Bawel,”“Mas cuman tanya. Terus mau n
Salwa menengok dompet kulit miliknya dan tercengang melihat isinya. Hanya beberapa kartu, uang pecahan ratusan ribu tujuh lembar dan uang dua ribuan empat lembar. Ia masih mengandalkan uang pemberian ibu dan kakak iparnya.Bibir tipisnya cemberut mirip kerang. “Wa, kau sedang apa?” tanya Neng Mas menatap punggung Salwa yang sedikit membungkuk macam menyembunyikan sesuatu darinya. Memang betul ia menyembunyikan rahasia dompetnya. Sebetulnya, Daniel Dash sudah memberinya kartu ATM pertanda ia menafkahi calon istrinya. Namun ia menolak karena mereka hanya baru bertunangan. Padahal Daniel sudah ngotot memberinya secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi dengan cara menyisipkannya pada dompetnya. Sayang, Salwa memang banyak akal hingga Daniel menyerah karena kartunya selalu kembali pada dompetnya tanpa sepengetahuannya. “Sudah siang, ayo berangkat!” ajak Neng Mas menarik tangan Salwa untuk berangkat kuliah.Mereka pun berangkat ke kampus bersama menaiki taxi online karena sudah terla
Perayaan ulang tahun Salwa dirayakan di rumah sakit. Semua ide Daniel Dash yang memang belum sempat mempersiapkan kejutan istimewa untuknya. Kondisinya sangat tidak memungkinkan karena ia juga masih berada di rumah sakit.Alhasil tercetuslah ide secara spontan saat mendapat pesan jika dirinya akan membesuknya sepulang kuliah.Kinanti membawa kue tart lengkap dengan lilin banyak di atasnya menyambut ulang tahun calon menantunya. Kebetulan ia sedang membesuk putranya. Setiap hari ia selalu mengecek keadaannya.Salwa merasa terharu atas perayaan istimewa, hari lahirnya. Biasanya keluarganya hanya merayakannya dalam bentuk kegiatan tasyakur dengan mengadakan pengajian di rumah. Namun semenjak Salwa tinggal di pondok biasanya keluarganya memberinya hadiah, tanpa perayaan.Bahkan hari itu Salwa sendiri lupa hari ulang tahunnya. Dan, calon suaminya yang pertama mengingat hari istimewa dalam hidupnya.“Tiuplah!” ujar Kinan menyodorkan kue yang sudah dilengkapi lilin yang menyala itu ke hadapa
ByaarrrSatu ember air menyiram tubuh Salwa ketika ia baru saja naik ke lantai di mana kamar asrama berada.“Hei! Apa-apaan?” pekik Salwa tak terima sekujur tubuhnya basah. Apalagi air di dalam ember itu air bekas mengepel, keruh dan berbau. Salwa meringis, “Bau ih! Jijik!”Dua jarinya langsung menjepit hidungnya yang mancrit.Neng Mas membawa kue ulang tahun untuk gadis itu. Kue ulang tahun cheese cake berukuran mungil tanpa lilin.“Barokallahu pi Umrik, Cinta!” Neng Mas menyerahkan kue ulang tahun pada gadis itu. Beberapa santriwati mengitarinya.Tawa langsung pecah di bibirnya. “Iya, makasih! Tapi jangan main siram juga! Aku ‘kan kedinginan. Mana bau lagi!” oceh Salwa tak terima dengan perbuatan Neng Mas. “Met milad Teh!”“Barokallahu Teh!”“Met ulang tahun!”“Met berkurang umur!”“Ulang tahun ke berapa Teh?”Semua santriwati yang tinggal satu lantai asrama menyelamati Salwa, memberikan doa-doa yang terbaik untuknya. Mereka mencium dan memeluk gadis itu bergantian penuh suka cita
Daniel Dash memeluk Raja dengan penuh kehangatan. Ia datang ke kediaman ke dua orang tuanya karena merasa bersalah telah menghajarnya. Benar apa yang dikatakan oleh kekasihnya jika perbuatannya berimbas pada cafe yang dikelola bersamanya. Setelah kejadian itu Raja tidak terlihat di cafe nya, menurut karyawan yang melapor. Sementara itu Daniel Dash langsung main hajar tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu.Raja melepas lebih dulu pelukannya. Tatapannya terpacak pada wajah Daniel yang bengkak.“Kau kenapa?” tanya Raja penasaran.Daniel Dash mendaratkan bokongnya kembali di atas sofa. “Aku habis dikeroyok geng motor Slytherin. Kau tak dengar berita?”“Serius? Aku kira bukan kau. Aku tak fokus menonton beritanya.”Raja berusaha menormalkan perasaannya. Ia pun turut duduk di seberangnya dengan perasaan yang agak gusar.“Aku, Huda dan Romi dikeroyok. Bermula gara-gara berurusan dengan si Kevin. Ceritanya panjang! Yang pasti si Kevin mengundang geng motor Slytherin-yang merupakan sepupun
Salwa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tanpa merasa berdosa ia melebarkan senyumannya yang justru semakin membuat Daniel terpesona akan tingkah lucu nya.Gadis cantik bertubuh seksi tersebar di mana-mana dan dengan sukarela menghampirinya. Namun gadis yang unik dan menarik itu hanya ada pada gadis itu. Gadis yang berseragam putih-abu-abu dan yang memanggilnya Mister saat pertemuan pertama mereka.Daniel takkan pernah melupakan masa-masa itu. Ia memboncengnya dengan sepeda miliknya. Rasanya waktu bergulir cepat, siapa sangka gadis cantik, cerewet dan galak itu akan menjadi belahan hatinya.“Mister! Melamun? Tak mungkin Mister marah ‘kan? Secara Mister ‘kan pemaaf dan tidak sombong,” imbuh Salwa berusaha mengendalikan situasi. Ia juga tak mau melihat Daniel marah. Seingatnya sejauh ini Daniel marah saat cemburu saja. Selebihnya ia memperlakukannya seperti seorang tuan putri.“Aku marah! Itu namanya apa Neng? Kalau ngomongin orang di belakang?” tanya Daniel melihat Neng Mas yang te
Salwa bisa merasakan aura ketegangan yang terjadi di antara Daniel Dash dengan Haji Usman. Bukan perkara Daniel tak bersedia membayar jasa service motor milik Kang Mamat-yang dipakai oleh Salwa namun merasa Haji Usman telah mempermainkan harga.“Mas, serius, memang harga onderdilnya mahal! Oli, ban, knalpot dan lain-lain.”Haji Usman menjelaskan dengan ngotot. Lama kelamaan Daniel malas ribut mana bekas operasi kecil masih terasa sakit, lengannya baru saja dijahit. Ia ingin segera pulang dan istirahat. Namun sedari tadi ia berusaha bersikap baik-baik saja padahal menahan rasa sakit luar biasa.“Ini! Aku tak punya uang cash, aku TF!”Daniel langsung meminta Riko untuk mentransfer sejumlah uang pada rekening H Usman.“Lunas! Calon istriku tidak punya hutang padamu!!’ ucap Daniel bernada tegas, membuat bulu kuduknya berdiri meremang. Aura badboy terlihat jelas dari wajah lelaki itu. Ia menunjukan bukti TF melalui ponselnya.“Makasih, Mas sudah dilebihkan,” sahutnya dengan tertawa puas. A
“Sudah baikkan?” tanya Anggara ketika melihat Daniel ikut memasuki elevator yang sama menuju ruang Chief Executive Officer. Daniel menoleh dan hanya mengangguk. Tatapan Anggara tertuju pada lengan Daniel yang masih dibalut perban. “Ulah geng motor Slytherin.” Daniel seolah tahu isi kepala Anggara yang terus memperhatikannya. Diam-diam setiap orang seringkali memperhatikannya yang memang mencuri atensi. Daniel Dash merasa tidak nyaman akan hal itu. Menatap orang itu tidaklah sopan. Hening. Mereka kembali diam tanpa saling bercengkrama hingga tak terasa elevator sudah berhenti tepat di lantai di mana Darren Dash berada. Ting! Pintu lift khusus terbuka. Anggara membiarkan Daniel Dash berjalan lebih dulu. Mereka pun memasuki ruangan CEO setelah menekan intercom. Tampaklah keluar seorang pria berwajah Chindo dan perempuan muda berpenampilan seksi dari ruangan sang CEO. “Mas, tadi siapa?” tanya Daniel langsung duduk di sofa. “Pemilik PT Nugraha Corp. Mereka ingin menjual perusahaa