Note; Dear pembaca Assalamualaikum, makasih sudah survive di cerita ini sampai season 2 bab 201. Jangan lupa vote and komen ya … Untuk ke depan, tiap bab terdiri dari 1000-1400 kata, karena regulasi platform dalam memaksimalkan bab. Thank ya ….
Pukul empat pagi, Salwa, Daniel, Huda dan Romi terpaksa dirawat di IGD sebuah klinik terdekat dengan alun-alun kota. Mereka akan pindah ke rumah sakit kota keesokan harinya. Keluarga masing-masing sudah dihubungi. Satu per satu berdatangan membesuk mereka bergantian. Bosan menunggu keluarga Daniel Dash, Neng Mas memasuki ruang IGD kembali, ia akan menemani Salwa yang terbaring tidur di atas brankar. Di brankar sebelahnya, Daniel Dash tampak terbaring pula tetapi dengan tatapan tak luput dari wajah sang kekasih hati. Neng Mas mendesah pelan. Pria itu terlihat begitu menyayangi Salwa. Mungkin lebih mendekati obsesi sepertinya. Neng Mas menjadi teringat pria yang menolongnya. Ia yakin, pria itu Acep. Mungkin ia akan menyetujui ajakan Salwa untuk mengunjungi rumah Acep. Selama ini ia tidak tahu kehidupan keluarganya sekarang. Menyadari kehadiran Neng Mas, Salwa membelalakan matanya dan menepuk kasur. “Neng bobok sini! Neng bukan petugas bendera jangan berdiri terus!!” ucap Salwa mena
Korban pengeroyokan anggota geng motor slytherin sudah dipindahkan ke rumah sakit kota. Kini mereka dirawat di ruang VVIP secara terpisah.Hanya Neng Mas yang tidak dirawat dan ia sudah bisa diperbolehkan pulang ke pondok.Salwa menempati ruangan VVIP bersebelahan dengan Daniel Dash. Mereka dirawat karena luka yang cukup parah. Salwa mengalami luka gores di beberapa bagian tubuhnya. Namun yang paling membahayakan ialah, ia sempat jatuh sehingga kepalanya sempat terbentur sehingga akan mengikuti prosedur CT Scan. Berbeda dengannya, lengan Daniel Dash harus dijahit karena tergores belati yang tajam. Pembuluh darah matanya pecah hingga ia tak bisa melihat jelas. Oleh karena itu demi keselamatan, pihak keluarga meminta tim dokter untuk melakukan seluruh jenis pemeriksaan.Salwa terbangun karena merasa ingin buang air kecil, ia menurunkan kakinya sembari menenteng labu infusan menuju kamar mandi.“Mau kemana?” tanya Aruni mengawasi putrinya. Ia duduk dengan bersedekap tangan di dada. Mela
Melihat ada tamu yang datang, Kinan langsung memilih keluar dengan menggamit tangan Farah karena barang tentu tidak boleh ada banyak tamu yang membesuk pasien.“Ummi, aku keluar dulu,” bisiknya kemudian.Aruni hanya mengangguk dan tersenyum.“Teh, bagaimana kabarmu sekarang?” tanya Rasyid langsung menyalami sang kakak.“Baik,” jawab Salwa ketus, ia memalingkan wajahnya dari pria dewasa yang menyunggingkan senyum padanya.“Om baru dengar kalau Salwa masuk rumah sakit. Kebetulan Om baru pulang dari Jakarta.”H Karim angkat suara. Ia menatap Aruni dengan menyematkan senyum tipis. Aruni pun membalas senyumannya dan mempersilakan H Karim duduk di sofa. Ia lantas berpindah duduk di tepi ranjang.“Makasih Pak Haji sudah nengokin Salwa,” ungkap Aruni dengan sungkan.“Iya, Ummi, maaf saya baru dapat kabar dari Rasyid barusan. Padahal saya berniat ke rumah Ummi. Kebetulan saya habis membesuk istri pekerja yang baru saja lahiran di sini. Eh, ketemu Rasyid di depan lobi,”“Ada apa ya?” tanya Arun
“Kau kenapa?” tanya Daniel menatap Salwa yang cemberut.Salwa terlihat menggemaskan di mata seorang Daniel Dash. Sekonyong-konyong ia datang dengan memasang wajah celingukan mirip maling yang takut digebuki massa.Salwa hanya menggeleng dan memilih duduk di sofa sembari meletakan kepalanya yang terkulai pada sandaran sofa.“Kalau bisa, Sally diam di ranjang. Sally masih diinfus. Jangan banyak gerak!”Daniel menegur kekasihnya yang tak bisa diam.Lagi, Salwa hanya terlihat cemberut. Gara-gara salah kata ia pasti akan diomeli oleh kakaknya. Tak mungkin juga ia mengatakan pada calon suaminya perkara remeh temeh tetapi lumayan memancing emosi kakaknya. Gadis itu memang kurang bisa mengontrol bicaranya. Padahal sudah berusaha untuk mengendalikan diri, untuk tidak berkata kasar. Selain itu, ia kesal karena kedatangan H Karim. Sungguh, membuat suasana hatinya buruk.“Labu infusannya tinggal sedikit. Aku mau pulang,” sahut Salwa bernada ketus.“Pms ya?”“Bawel,”“Mas cuman tanya. Terus mau n
Salwa menengok dompet kulit miliknya dan tercengang melihat isinya. Hanya beberapa kartu, uang pecahan ratusan ribu tujuh lembar dan uang dua ribuan empat lembar. Ia masih mengandalkan uang pemberian ibu dan kakak iparnya.Bibir tipisnya cemberut mirip kerang. “Wa, kau sedang apa?” tanya Neng Mas menatap punggung Salwa yang sedikit membungkuk macam menyembunyikan sesuatu darinya. Memang betul ia menyembunyikan rahasia dompetnya. Sebetulnya, Daniel Dash sudah memberinya kartu ATM pertanda ia menafkahi calon istrinya. Namun ia menolak karena mereka hanya baru bertunangan. Padahal Daniel sudah ngotot memberinya secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi dengan cara menyisipkannya pada dompetnya. Sayang, Salwa memang banyak akal hingga Daniel menyerah karena kartunya selalu kembali pada dompetnya tanpa sepengetahuannya. “Sudah siang, ayo berangkat!” ajak Neng Mas menarik tangan Salwa untuk berangkat kuliah.Mereka pun berangkat ke kampus bersama menaiki taxi online karena sudah terla
Perayaan ulang tahun Salwa dirayakan di rumah sakit. Semua ide Daniel Dash yang memang belum sempat mempersiapkan kejutan istimewa untuknya. Kondisinya sangat tidak memungkinkan karena ia juga masih berada di rumah sakit.Alhasil tercetuslah ide secara spontan saat mendapat pesan jika dirinya akan membesuknya sepulang kuliah.Kinanti membawa kue tart lengkap dengan lilin banyak di atasnya menyambut ulang tahun calon menantunya. Kebetulan ia sedang membesuk putranya. Setiap hari ia selalu mengecek keadaannya.Salwa merasa terharu atas perayaan istimewa, hari lahirnya. Biasanya keluarganya hanya merayakannya dalam bentuk kegiatan tasyakur dengan mengadakan pengajian di rumah. Namun semenjak Salwa tinggal di pondok biasanya keluarganya memberinya hadiah, tanpa perayaan.Bahkan hari itu Salwa sendiri lupa hari ulang tahunnya. Dan, calon suaminya yang pertama mengingat hari istimewa dalam hidupnya.“Tiuplah!” ujar Kinan menyodorkan kue yang sudah dilengkapi lilin yang menyala itu ke hadapa
ByaarrrSatu ember air menyiram tubuh Salwa ketika ia baru saja naik ke lantai di mana kamar asrama berada.“Hei! Apa-apaan?” pekik Salwa tak terima sekujur tubuhnya basah. Apalagi air di dalam ember itu air bekas mengepel, keruh dan berbau. Salwa meringis, “Bau ih! Jijik!”Dua jarinya langsung menjepit hidungnya yang mancrit.Neng Mas membawa kue ulang tahun untuk gadis itu. Kue ulang tahun cheese cake berukuran mungil tanpa lilin.“Barokallahu pi Umrik, Cinta!” Neng Mas menyerahkan kue ulang tahun pada gadis itu. Beberapa santriwati mengitarinya.Tawa langsung pecah di bibirnya. “Iya, makasih! Tapi jangan main siram juga! Aku ‘kan kedinginan. Mana bau lagi!” oceh Salwa tak terima dengan perbuatan Neng Mas. “Met milad Teh!”“Barokallahu Teh!”“Met ulang tahun!”“Met berkurang umur!”“Ulang tahun ke berapa Teh?”Semua santriwati yang tinggal satu lantai asrama menyelamati Salwa, memberikan doa-doa yang terbaik untuknya. Mereka mencium dan memeluk gadis itu bergantian penuh suka cita
Daniel Dash memeluk Raja dengan penuh kehangatan. Ia datang ke kediaman ke dua orang tuanya karena merasa bersalah telah menghajarnya. Benar apa yang dikatakan oleh kekasihnya jika perbuatannya berimbas pada cafe yang dikelola bersamanya. Setelah kejadian itu Raja tidak terlihat di cafe nya, menurut karyawan yang melapor. Sementara itu Daniel Dash langsung main hajar tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu.Raja melepas lebih dulu pelukannya. Tatapannya terpacak pada wajah Daniel yang bengkak.“Kau kenapa?” tanya Raja penasaran.Daniel Dash mendaratkan bokongnya kembali di atas sofa. “Aku habis dikeroyok geng motor Slytherin. Kau tak dengar berita?”“Serius? Aku kira bukan kau. Aku tak fokus menonton beritanya.”Raja berusaha menormalkan perasaannya. Ia pun turut duduk di seberangnya dengan perasaan yang agak gusar.“Aku, Huda dan Romi dikeroyok. Bermula gara-gara berurusan dengan si Kevin. Ceritanya panjang! Yang pasti si Kevin mengundang geng motor Slytherin-yang merupakan sepupun