“Langit! Slow down! Daripada celaka, lebih baik kita menepi sejenak! Hujan sangat deras. Bahaya jika kita meneruskan perjalanan.” Tania sesekali menengok arlojinya dengan gelisah. Seharusnya ia sudah tiba di Jakarta karena kedatangan neneknya dari Belanda. Namun karena ia memiliki banyak urusan di kota Bogor akhirnya ia pulang terlambat. Tania sedang mengurus surat-surat jual beli aset tanah di kota Bogor yang ia miliki untuk masa depan yang mana sudah ditata rapi olehnya, ketika ia masih menjalin hubungan dengan Darren Dash. Meskipun ia disibukkan oleh kuliah dan karirnya selama di Belanda, ia tetap memikirkan masa depannya bersama kekasihnya waktu itu. Diam-diam ia membeli tanah sebagai investasi kelak untuk masa depannya di sana. Namun rencana hanyalah tinggal rencana sebab kuasa sang pencipta di luar dugaan manusia. Untuk menghapus jejak bayangan mantan kekasihnya, ia memilih menuntaskan semua urusannya di kota hujan dengan menjual asetnya dan memilih menetap di Jakarta serta me
Awan cirrus yang bertengger membentuk lukisan pada kanvas langit berwarna lazuardi dengan begitu indah, bergerombol mirip gumpalan-gumpalan kecil dakron yang bertebaran. Awan badai beberapa hari yang lalu telah tergantikan dengan awan cerah sore itu. Seolah langit merayakan selarik harsa yang tengah bertandang pada keluarga kecil yang baru saja menyambut kedatangan dua anggota baru mereka.Muhammad Asyraf Firdaus Dash dan Annisa Farah Delisha Dash, sepasang bayi kembar hasil buah cinta Mariyam Nuha dan Darren Dash. Ke dua malaikat kecil yang akan menjelma pelita harapan untuk singgasana kehidupan ke dua orang tuanya. Kinanti Wicaksono rupanya merupakan salah satu orang yang begitu antusias melihat kedatangan mereka. Dengan penuh haru ia langsung meraih Asyraf terlebih dahulu.“Ya Tuhan! Kau diberkati wajah tampan mirip sekali ayahmu. Hanya saja alisnya tebal mirip ibumu.”Kinan menggendong Asyraf dengan penuh rasa cinta dan perasaan kagum. Perpaduan wajah Darren Dash dan Mariyam Nuh
“Aku salut padamu Mbak. Kau wanita terhebat dan berhati sangat baik yang pernah aku temui.”Langit tak henti-hentinya memuji majikannya yang sialnya masih terlihat cantik meskipun tampil dalam muka bantal, tanpa polesan. Sama sekali tak ada cela atau apapun yang membuatnya buruk rupa pagi itu. Mengenakan piyama pendek yang memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya. Rambut dicepol begitu tinggi mengekspos leher jenjangnya menambah kesan seksi sang empunya. Apalagi wajahnya perpaduan Belanda-Jawa terkesan menambah keunikan eksklusif pada rupanya.Sebagai lelaki normal pernah beberapa kali Langit Jagal menelan saliva tak sengaja menikmati pemandangan yang mungkin baginya hanyalah sebuah fatamorgana. Bagaimana bisa memalingkan wajah jika di hadapannya sosok bidadari versi dunia tampak nyata dengan segala pesonanya. Tania Anne Sudibyo wanita dewasa dengan perawakan yang mirip model seringkali menggodanya lewat busana yang ia pakai. Cara ia bicara dan berjalan benar-benar melumpuhkan setengah
Suasana rumah berlantai dua milik Darren Dash kini terlihat riuh ramai oleh semua anggota keluarga inti termasuk sanak famili. Kehadiran Asyraf dan Farah mampu menyatukan keluarga Jonathan Dash-Kinanti Wicaksono, Arunika dan Naufal Alatas-Sahila.Hari ini Darren Dash dan Mariyam Nuha akan mengadakan acara syukuran aqiqah ke dua anak mereka di kediamannya. Darren Dash hanya mengundang jamaah pria untuk mengadakan proses pengajiannya, berasal dari kawan-kawan sahabat sesama mualaf dan sahabat hijrah. Keluarga yang tak mengikuti acara tersebut menunggu di ruang keluarga sembari berbincang hangat dengan keluarga yang lain dan menikmati kudapan tradisional dan modern yang disediakan.Arunika terlihat yang paling sibuk menyambut tamu sebagai ibu dari Mariyam Nuha, menyajikan kudapan dan beramah tamah. Sementara itu Darren Dash mengikuti prosesi pengajian yang digelar di halaman rumah di bawah kanopi tenda yang dihias sedemikian rupa.Mariyam Nuha menggendong Asyraf dan Salwa mendapat tugas
Dalam keheningan ruangan persegi panjang dua buah sofa berbentuk setengah lingkaran masing-masing tergolek saling berhadapan. Di sana duduklah berseberangan seorang lelaki dan perempuan yang tengah dilanda gundah gulana. Pertemuan tak terduga. Yang satu begitu mengharapkan pertemuan singkat tersebut dan menganggap bahwa pertemuan itu adalah hari yang dinanti-nanti.Yang lain sama sekali tak mengharapkan pertemuan tersebut. Ia menganggap pertemuan terakhir sudah cukup mematahkan segala kekagumannya dan penilaiannya mengenai sosok lelaki.Tidak bagi si lelaki yang tak ingin melewatkan detik-detik yang teramat penting baginya. Daniel Dash menatap begitu dalam Salwa Salsabila yang tengah dilanda gelisah. Mendadak butir-butir keringat menetes sebesar biji kopi. Padahal ruangan tersebut terbuka. Dua lembar pintu kaca yang menghadap balkon terbuka lebar, mempersilakan desau angin menyelusup, menyapu ruangan dengan sukacita.Tirai sedikit bergoyang akibat hembusan angin begitu besar. Sebelum
Jantung Anggara berdegup kencang. Siang itu Darren Dash memanggilnya ke ruangannya. Ia sudah menaruh curiga jika bosnya tersebut pasti sudah mengetahui ihwal hubungan dirinya dengan ayahnya, Bagas. Anggara tak bisa mengelak atau pun berkelit lagi. Cepat atau lamban hubungan tersebut akan terendus. Mata dan telinga Darren Dash ada di mana-mana. Apalagi setelah kejadian data perusahaan bocor, Darren semakin memperketat penjagaan. Ia pasti meningkatkan sistem keamanan lebih canggih.Anggara meraup nafas sedalam-dalamnya. Dengan langkah meragu, tangannya terulur pada knop pintu. Setiap pagi biasanya ia keluar masuk ruangan bosnya. Karena memang ia berkantor seruangan dengan Darren Dash. Namun siang itu ia mendadak merasa menjadi seorang tamu asing yang bertamu. Pasalnya Jodi memanggilnya tepat selesai makan siang.“Duduklah!” titah Darren Dash pada Anggara yang tengah berdiri mematung, terlihat kaku seumpama sebatang bambu.Anggara pun duduk berhadapan dengan bosnya dengan wajah yang ken
Malam itu purnama bergelayut mesra di langit. Terlihat indah sejauh mata memandang. Namun tiba-tiba malam yang begitu indah tersebut berubah menjelma gulita dan purnama menghujam kaki langit, meninggalkan pekatnya malam.Gedung-gedung pencakar langit yang pongah seketika kosong melompong, ditinggalkan penghuninya. Beberapa ruko dan resto yang berada di sisinya begitu ramai dalam keremangan menjadi shelter penghuni gedung-gedung tinggi. Lampu-lampu padam secara tiba-tiba. Sebagian yang lain blingsatan berkumpul di setiap sudut yang dianggap aman.Suara dentuman keras menghantam gelombang udara hingga terdengar beratus-ratus kilometer. Sayup-sayup orang berteriak dan menjerit. Suara dewasa dan bayi menyaru, menimbulkan suara yang aneh dan mencekam.Orang-orang berlarian kalang kabut seperti barisan sekawanan semut yang terpecah ke berbagai sudut, meninggalkan tempat yang diduga menjadi tempat chaos tersebut.Syraakkk,Seorang wanita menginjak dedaunan tanpa alas kaki di samping partisi
Nuha dan Darren sama-sama terperenyak kala melihat Kinan memergoki mereka yang tengah beradu nafas begitu dalam. Mereka salah tingkah. Beruntung Kinan hanya mengatupkan bibirnya kemudian mendesah pelan sembari menghentakkan kakinya menuju lantai dua, meninggalkan mereka yang masih terbakar api asmara. Bukan melepaskan Nuha setelah menyadari kehadiran ibu sambungnya, Darren malah semakin menarik tubuh Nuha dengan sekali hentakan hingga membuatnya terlonjak kaget. Darren menyeret Nuha ke dapur bersih. Nuha protes pun percuma, Darren sengaja mengerjai wanitanya dan mengangkat tubuhnya hingga duduk di meja dapur. Ia menyerbunya dengan ciuman yang memabukan. Toh, Kinan sudah melengos meninggalkan mereka. Kobaran api itu masih saja menyala-nyala seakan takkan pernah padam. Percikan-percikan gairah masih meletup-letup ingin dituntaskan. “Mmmph, Mas, stop!”Nuha memukul dada suaminya yang basah akibat keringat sehabis berolahraga. Otot-ototnya keras dan liat. Terlihat seksi.Darren menarik
Setahun kemudian,Yusuf dan Farah kini sudah tinggal terpisah dari keluarganya masing-masing. Sebagai seorang suami yang bertanggung jawab, Yusuf membangun sebuah rumah mewah untuk istrinya. Tak kalah mewah dengan rumah keluarga istrinya.Karena Yusuf seorang yang paham agama sehingga ia meyakini bahwa ia harus memberikan yang terbaik untuk istrinya. Bahkan ia memberikan nafkah terbaik, lebih baik dari apa yang istrinya dapatkan dari ayahnya. Yusuf bekerja keras di perusahaan sang ayah. Ia juga menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di akhir pekan untuk mengamalkan ilmunya dalam ilmu Quran dan hadist. Selain itu, pemuda tampan itu membuat buku dan banyak melakukan seminar dan workshop sebagai seorang penulis dan pendidik.Malam itu, Yusuf pulang terlambat ke rumah. Tepat pukul sembilan malam, ia baru saja memarkirkan kendaraan SUV miliknya di halaman rumahnya yang sangat asri.Rumah itu dibangun di atas lahan hektaran. Pemuda yang visioner itu ingin kelak memiliki banyak
Perlahan, Yusuf pun melepas jilbab Farah dan tersenyum menatapnya. Tangannya dengan lembut melepas ikatan rambut Farah hingga membuat rambutnya terburai. Rambutnya yang hitam nan panjang mencuri atensinya.Tanpa sàdar, Yusuf merengkuh sejumput rambutnya yang halus kemudian menciumnya seraya memejamkan matanya. Farah menatap suaminya dengan tatapan penuh damba. Pemuda tampan itu kita sudah menjadi miliknya seutuhnya.“Yusuf, aku mau mandi,” ucap Farah dengan gugup. Berdekatan dengan Yusuf sungguh membuat tubuhnya panas dingin. Ia butuh waktu untuk beradaptasi dengan suaminya.“Tentu, Sayang,” jawab Yusuf sembari berdiri. Pemuda tampan itu berjalan menuju lemari dan mengambil handuk. Kemudian ia menoleh ke arah Farah yang masih sibuk merapikan aksesoris pengàntin. “Sayang, ini handuknya. Aku taruh di atas nakas.”Dipanggil dengan sebutan sayang, Farah semakin salah tingkah. Ia lantas berpikir nama panggilan untuk suaminya. “Yusuf, aku harus memanggilmu apa? Hum, meskipun kita seumuran, k
Sebulan berlalu. Persiapan pernikahan Farah dan Yusuf sudah rampung. Hari bahagia yang dinantikan itu telah tiba. Setelah melewati berbagai macam ujian dan rintangan dalam kisah cinta mereka, akhirnya, Farah dan Yusuf bisa bersanding di sebuah tempat yang sakral dan suci.Pagi itu, pukul 09.00 WIB Farah dan Yusuf akan melangsungkan akad walimah yang diadakan di ballroom salah satu hotel bintang lima milik sang ayah. Di pelaminan, Yusuf dan sang ayah—Attar serta pamannya sudah bergabung dengan keluarga inti pihak perempuan; Darren Dash, Jonathan Dash yang kini sudah duduk di kursi roda, Naufal Alatas, Daniel Dash, penghulu, dan saksi. Di tempat yang berbeda Farah ditemani sang ibu dan keluarga perempuannya menunggu detik demi detik acara yang sakral itu dimulai. Pernikahan diadakan secara syariat di mana pihak lelaki dan perempuan dipisah.Suara microphone mulai menggema. Seorang MC mulai mengarahkan acara hingga tibalah waktunya Yusuf mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lantang. Set
Darren mendapat telepon dari asistennya yang mengatakan bahwa putrinya mengendarakan mobil mewahnya dengan sangat cepat menuju pantai. Ia terkejut mendengarnya dan langsung berniat menyusul putrinya. Ia memiliki firasat buruk. Semenjak pagi ia merasa tak enak hati. Ia terus memikirkan putrinya.Tak biasanya putrinya pergi bepergian jauh tanpa mengabarinya. Terdengar aneh bukan!Darren Dash semakin tersulut emosi saat ia berada di jalan menuju pantai yang biasa putrinya kunjungi, ia melihat mobil Yusuf berada di depannya. Tak lain tak bukan, pemuda itu juga terlihat akan pergi ke pantai. Bahkan ia melajukan kendaraannya dengan sangat cepat. Sisi lain, Darren Dash memilih memelankan laju kendaraannya karena ingin tahu apa yang mereka lakukan di pantai berduaan. Tak bisa dibiarkan! Farah sudah keterlaluan.Darren berzikir untuk mengendalikan emosinya. Ia pun melihat mobil milik Yusuf sudah terparkir di area parkir yang luas area pantai. Pria dewasa itu terus melangkahkan kakinya, berjal
Setelah kejadian kecelakaan tadi, Yusuf tergesa-gesa mengejar kembali Farah meskipun kendaraannya ketinggalan jauh. Pemuda itu hanya mengkhawatirkan kondisi gadis itu yang tengah kalut. Kabar tentang cerita masa lalu ke dua orang tuanya sungguh melukai batinnya. Saat ini gadis bermanik hazel itu belum menerima fakta mengejutkan itu.“Argh! Farah jangan bertindak bodoh!” geram Yusuf usai membanting ponselnya hingga terbanting ke atas kursi. Beruntung, ponsel itu tidak jatuh ke kolong kursi mobil.Nomor telepon Farah tidaklah aktif. Yusuf hanya bisa menghela nafas berat mengingat karakter Farah yang memang keras kepala.“Allah, lindungilah Farah. Amin,” gumam Yusuf tak henti-hentinya berzikir. Yusuf mengedarkan pandangannya mencari mobil putih milik Farah. Sial, di jalan yang dilewatinya ada banyak mobil putih namun bukan mobil Farah barang tentu. Mobil Farah termasuk mobil mewah.Yusuf pun menepikan mobilnya menuju pom bensin terdekat. Ia akan mengisi bahan bakar terlebih dahulu untuk
Semua orang yang berada di cafe panik saat melihat adegan yang terjadi di antara Farah dan Elia.Tanpa belas kasih, Elia mengambil cangkir kopi dari nampan—yang dibawa pelayan kemudian menumpahkannya pada wajah Farah dengan gerakan yang sangat cepat.Namun, sebuah pertolongan datang. Dengan gerakan yang lihai dan gesit, sosok pemuda tampan maju, berusaha melindungi Farah. Ia memeluk Farah. Meski tidak benar-benar memeluk karena ke dua tangannya tidak menyentuh tubuh gadis itu.Farah hanya memejamkan matanya reflek saat air cipratan itu mengenai pipinya. Namun saat ia membelakan matanya, ia tersentak kaget, karena Yusuf berada di sana melindunginya dari aksi keji Elia. Kini punggung Yusuf yang terkena cipratan kopi yang panas itu.“Yusuf,” imbuh Farah dengan berurai air mata. Entahlah, perasaan Farah berkecamuk. Cerita dari bibir Elia tentang ayahnya dan menatap Yusuf yang selalu saja menjadi garda terdepan dalam menolongnya, membuat lelehan air mata terus menerus menetes.Tatapan Yusuf
Di sebuah ruang keluarga bernuansa mewah, terlihat sepasang suami dan istri yang sedang duduk berdua sembari menikmati tontonan chanel luar negeri—yang tengah menampilkan sebuah destinasi wisata di Eropa.“Mas, indah sekali ya? Aku pengen jalan-jalan lagi sekeluarga. Berkeliling Eropa dan menikmati musim semi yang indah di sana.”Nuha mengungkapkan keinginannya saat tatapannya tertuju pada colosseum Roma yang berdiri pongah.Darren hanya mengangguk pelan. Meskipun raganya berada di sana, namun pikiran Darren terseret pada memori-memori kelam nan buruk yang seringkali menghantuinya.“Mas, ini salad buah yang diminta,” ucap Nuha pada suaminya ketika ART menaruh semangkuk salad untuk menemani waktu rehat mereka. Darren pun melirik pada mangkuk salad kemudian ia berusaha mengambilnya.PrangTiba-tiba saja Darren menjatuhkan mangkuk salad buah itu. Namun dengan sigap, ART sudah langsung membereskan kekacauan yang ada. “Mas, kenapa?”Nuha terkejut saat melihat suaminya yang tampak syok dan
Dua orang wanita cantik berbeda usia sedang mengobrol di sebuah cafe. Suasana terasa tegang saat wanita berusia kepala lima itu mulai bercerita. Sebetulnya, wanita itu enggan bertemu dengannya setelah apa yang terjadi. Namun karena gadis muda itu bersikukuh akhirnya mau tak mau ia pun mengiyakan permintàan.Di sinilah mereka berada. Sebuah rooftop yang terletak di lantai dua sebuah kafe kopi yang berada tak jauh dari rumah sakit di mana gadis itu bertugas.Mereka adalah Farah dan Maesarah. “Jadi … Om Attar itu mantan tunangannya ibuku?”Farah pun menimpali cerita yang baru saja ibunya Yusuf katakan. Gadis bermanik hazel itu bertanya sekedar untuk mengkonfirmasi.Malam itu, Farah tak sengaja mendengar percakapan yang terjadi di antara ibunya dan tantenya. Namun percakapan itu hanya sekilas sehingga ia dilanda penasaran.Jika Farah bertanya pada mereka, ia yakin mereka tidak akan memberikan jawaban apapun yang memuaskan hatinya.Oleh karena itu, Farah berinisiatif bertanya langsung pad
“Mas kenapa sih? Bete begitu!” beo Daniel pada sang kakak yang sedari tadi terlihat tidak fokus dalam bekerja. Daniel Dash sengaja datang ke kantor kakaknya, membawa sejumlah kontrak kerja hingga menjelaskan laporan soal saham perusahaan. Namun Darren Dash hanya terdiam dengan tatapan yang kosong mirip orang kesambet setan.Lama kelamaan Daniel mulai jenuh melihat respon kakaknya—yang seakan tidak menghargai usaha dirinya. Padahal ia sangat sibuk. Namun demi menyampaikan amanat perusahaan ia mengunjungi kantor pusat PT Jonathan Dash Group. “Mas Darren aku pamit pulang! Lain kali saja aku melapor,” ucap Daniel Dash kemudian membereskan berkas penting perusahaan dan memasukannya kembali ke dalam tas miliknya.“Tunggu! Apa? Kau bahas apa tadi? Sorry, Mas lagi banyak pikiran, jadi gak fokus,” imbuh Darren mengklarifikasi. Seharusnya, Darren juga bisa menahan diri untuk tidak melamun saat jam kerja. Namun siang itu seperti siang sebelumnya, ia masih kepikiran soal omongan Attar dan sikap