Setiba di kediaman ke dua orang tuanya, Darren merasa aneh melihat sikap Nuha yang dingin mendadak. Apalagi yang membuatnya mood swing. Terkadang ia kewalahan menyikapi istrinya yang tengah hamil. Nuha akan seringkali sensitif, mudah marah dan melankolis tanpa alasan yang jelas.Nuha turun dari dalam mobil dengan wajah yang ditekuk. Melenggang begitu saja, mengabaikan suaminya yang kerepotan membongkar muatan dari dalam bagasi. Mungkin Nuha letih selama dalam perjalanan. Darren merasa lega, Nuha tak lagi ketiduran ketika berada di dalam mobil. Tak terbayang Darren harus mengangkat tubuh Nuha yang begitu berat semenjak kehamilannya.Darren mengeluarkan satu buah koper berwarna merah muda berukuran medium dan tas berbahan kain berisi beberapa kontainer makanan berjumlah lima buah dari dalam bagasi. Semua makanan adalah oleh-oleh yang dibawa dari kampung mama mertuanya. Sengaja, Aruni membuatnya. Dua kontainer berisi laksa dan tiga kontainer berisi asinan bogor. Asinan bogor dibuat khusu
Di sebuah rumah kontrakan sederhana yang biasa sepi, kini sudah tiga hari terasa lebih hangat bahkan sedikit memanas. Bagas tinggal di rumah Anggara selama tiga hari dengan berbagai alasan. Anggara dengan tangan terbuka menyambut kehadiran sosok ayah yang selama ini menjauh darinya. Kendati ia tahu ayahnya yang oportunis hanya menjadikannya semacam pelarian ketika ia tengah bermasalah dengan istrinya.Di ruang tamu berukuran empat kali empat meter, dua buah sofa tergolek berhadap-hadapan, di mana di tengahnya meja bundar berdiameter kurang lebih tiga puluh centi meter berada, tampak Bagas dan Anggara tengah duduk bersebrangan.Anggara tengah duduk sembari mengancingkan kemejanya, bersiap-siap berangkat ke kantor. Bagas tengah duduk bersilang kaki masih memakai piyama tidurnya.“Apa kata dunia, seorang sekretaris di perusahaan JD Group hanya mampu tinggal di rumah kontrakan sepetak? Ini tak lebih dari kandang burung! Apakah gajimu sedikit hah?”Bagas mengedarkan pandangannya sembari wa
Hari minggu itu kota hujan menggeliat. Semua orang begitu semangat menyambut hari libur dengan penuh sukacita. Sebagian besar penghuni perumahan elit di sana menghabiskan waktunya dengan berolahraga, jogging, bersepeda dan pergi ke gym. Pasangan muda yang memiliki anak balita memilih bermain ke kawasan taman di mana tersedia wahana permainan untuk anak-anak.Para remaja lebih memilih bersepeda bersama komunitas, tertawa dan menikmati kebersamaan mereka di sepanjang jalan yang dipagari pohon-pohon ketapang kencana yang hijau nan asri. Pohon tersebut banyak tumbuh di sana sengaja ditanam sebab memiliki fungsi menyerap polusi udara dan melindungi pejalan kaki dari terik matahari. Bentuk pohonnya yang mirip payung sangat cocok untuk tempat berteduh.Seperti halnya mereka, keluarga Jonathan memiliki cara tersendiri menikmati minggu yang indah. Darren mengajak Nuha berjalan kaki menuju taman yang terdekat. Usia kandungan Nuha sudah mencapai sembilan bulan sehingga ia mulai bergerak aktif se
“Langit! Slow down! Daripada celaka, lebih baik kita menepi sejenak! Hujan sangat deras. Bahaya jika kita meneruskan perjalanan.” Tania sesekali menengok arlojinya dengan gelisah. Seharusnya ia sudah tiba di Jakarta karena kedatangan neneknya dari Belanda. Namun karena ia memiliki banyak urusan di kota Bogor akhirnya ia pulang terlambat. Tania sedang mengurus surat-surat jual beli aset tanah di kota Bogor yang ia miliki untuk masa depan yang mana sudah ditata rapi olehnya, ketika ia masih menjalin hubungan dengan Darren Dash. Meskipun ia disibukkan oleh kuliah dan karirnya selama di Belanda, ia tetap memikirkan masa depannya bersama kekasihnya waktu itu. Diam-diam ia membeli tanah sebagai investasi kelak untuk masa depannya di sana. Namun rencana hanyalah tinggal rencana sebab kuasa sang pencipta di luar dugaan manusia. Untuk menghapus jejak bayangan mantan kekasihnya, ia memilih menuntaskan semua urusannya di kota hujan dengan menjual asetnya dan memilih menetap di Jakarta serta me
Awan cirrus yang bertengger membentuk lukisan pada kanvas langit berwarna lazuardi dengan begitu indah, bergerombol mirip gumpalan-gumpalan kecil dakron yang bertebaran. Awan badai beberapa hari yang lalu telah tergantikan dengan awan cerah sore itu. Seolah langit merayakan selarik harsa yang tengah bertandang pada keluarga kecil yang baru saja menyambut kedatangan dua anggota baru mereka.Muhammad Asyraf Firdaus Dash dan Annisa Farah Delisha Dash, sepasang bayi kembar hasil buah cinta Mariyam Nuha dan Darren Dash. Ke dua malaikat kecil yang akan menjelma pelita harapan untuk singgasana kehidupan ke dua orang tuanya. Kinanti Wicaksono rupanya merupakan salah satu orang yang begitu antusias melihat kedatangan mereka. Dengan penuh haru ia langsung meraih Asyraf terlebih dahulu.“Ya Tuhan! Kau diberkati wajah tampan mirip sekali ayahmu. Hanya saja alisnya tebal mirip ibumu.”Kinan menggendong Asyraf dengan penuh rasa cinta dan perasaan kagum. Perpaduan wajah Darren Dash dan Mariyam Nuh
“Aku salut padamu Mbak. Kau wanita terhebat dan berhati sangat baik yang pernah aku temui.”Langit tak henti-hentinya memuji majikannya yang sialnya masih terlihat cantik meskipun tampil dalam muka bantal, tanpa polesan. Sama sekali tak ada cela atau apapun yang membuatnya buruk rupa pagi itu. Mengenakan piyama pendek yang memperlihatkan beberapa bagian tubuhnya. Rambut dicepol begitu tinggi mengekspos leher jenjangnya menambah kesan seksi sang empunya. Apalagi wajahnya perpaduan Belanda-Jawa terkesan menambah keunikan eksklusif pada rupanya.Sebagai lelaki normal pernah beberapa kali Langit Jagal menelan saliva tak sengaja menikmati pemandangan yang mungkin baginya hanyalah sebuah fatamorgana. Bagaimana bisa memalingkan wajah jika di hadapannya sosok bidadari versi dunia tampak nyata dengan segala pesonanya. Tania Anne Sudibyo wanita dewasa dengan perawakan yang mirip model seringkali menggodanya lewat busana yang ia pakai. Cara ia bicara dan berjalan benar-benar melumpuhkan setengah
Suasana rumah berlantai dua milik Darren Dash kini terlihat riuh ramai oleh semua anggota keluarga inti termasuk sanak famili. Kehadiran Asyraf dan Farah mampu menyatukan keluarga Jonathan Dash-Kinanti Wicaksono, Arunika dan Naufal Alatas-Sahila.Hari ini Darren Dash dan Mariyam Nuha akan mengadakan acara syukuran aqiqah ke dua anak mereka di kediamannya. Darren Dash hanya mengundang jamaah pria untuk mengadakan proses pengajiannya, berasal dari kawan-kawan sahabat sesama mualaf dan sahabat hijrah. Keluarga yang tak mengikuti acara tersebut menunggu di ruang keluarga sembari berbincang hangat dengan keluarga yang lain dan menikmati kudapan tradisional dan modern yang disediakan.Arunika terlihat yang paling sibuk menyambut tamu sebagai ibu dari Mariyam Nuha, menyajikan kudapan dan beramah tamah. Sementara itu Darren Dash mengikuti prosesi pengajian yang digelar di halaman rumah di bawah kanopi tenda yang dihias sedemikian rupa.Mariyam Nuha menggendong Asyraf dan Salwa mendapat tugas
Dalam keheningan ruangan persegi panjang dua buah sofa berbentuk setengah lingkaran masing-masing tergolek saling berhadapan. Di sana duduklah berseberangan seorang lelaki dan perempuan yang tengah dilanda gundah gulana. Pertemuan tak terduga. Yang satu begitu mengharapkan pertemuan singkat tersebut dan menganggap bahwa pertemuan itu adalah hari yang dinanti-nanti.Yang lain sama sekali tak mengharapkan pertemuan tersebut. Ia menganggap pertemuan terakhir sudah cukup mematahkan segala kekagumannya dan penilaiannya mengenai sosok lelaki.Tidak bagi si lelaki yang tak ingin melewatkan detik-detik yang teramat penting baginya. Daniel Dash menatap begitu dalam Salwa Salsabila yang tengah dilanda gelisah. Mendadak butir-butir keringat menetes sebesar biji kopi. Padahal ruangan tersebut terbuka. Dua lembar pintu kaca yang menghadap balkon terbuka lebar, mempersilakan desau angin menyelusup, menyapu ruangan dengan sukacita.Tirai sedikit bergoyang akibat hembusan angin begitu besar. Sebelum