Share

Part 4

Author: Seema Zuhda
last update Last Updated: 2023-10-09 22:25:01

"Saya terima nikahnya Haiba Najma Tsakiba Binti Qomaruddin dengan mas kawin uang dua ratus dua puluh dua ribu dua ratus rupiah dan seperangkat alat salat dibayar tunai!"

Mendengar kalimat ijab dengan satu tarikan napas yang terucap dari lisan Mas Hendra, rasanya seperti mendengar petir di musim hujan yang disertai gemuruh angin, gelap dan mencekam, seperti suasana hatiku saat ini.

Mencoba tersenyum dengan pantulan diriku di cermin rias, gaun pengantin berwarna putih, dengan kerudung senada menutup dada, hiasan melati di kepala, dan juga make up super tipis tanpa peran pensil alis, tanpa bulu mata palsu, dan tanpa perona wajah, persis seperti yang aku impikan, hanya saja impianku dulu tentunya menjadi pengantin dengan senyum bahagia, bukan dengan senyum terpaksa untuk sembunyikan derita.

"Lihatlah manusia itu Ya Allah, dia memberikan mahar seperangkat alat salat, namun dia bahkan tidak suka mendengar kata salat, apakah aku sekuat itu dalam pandangan-Mu? Bukankah manusia tidak akan diuji melebihi kemampuannya? Apakah aku akan mampu menjadi istri bersuamikan pria seperti Mas Hendra, manusia budak dunia yang tingkah polahnya lebih buruk dari hewan, bahkan setan!" rutukku dalam sepi.

Tepat pukul delapan pagi tadi rombongan dari keluarga Mas Hendra sudah tiba, akad berlangsung pukul sembilan pagi, dan aku belum keluar sama sekali dari kamar, sanak saudaraku memintaku keluar untuk menemani Mas Hendra melangsungkan akad, namun aku menolak, aku hanya mau keluar kamar setelah dinyatakan sah.

"Mbak, udah selesai akadnya! Mbak boleh keluar dari kamar, udah ditungguin sama pangeran berseragam loreng," teriak Kiara dengan nada menggoda, sambil sedikit berlari ke arahku, dan aku hanya tersenyum menanggapi celotehan Kiara.

Kiara menggandeng lenganku, membersamaiku berjalan pelan menuju ruang tamu, seluruh keluarga berada di sana, menjadi saksi dari terucapnya ijab qobul.

Seorang lelaki yang telah sah menjadi suamiku berdiri menatapku dengan senyum lebar, senyum yang memantik amarah juga air mataku, dengan senyum itu aku dihinakan dan diperlakukan layaknya binatang.

Air mata yang sejak tadi kutahan sekuat yang aku bisa, kini keluar dengan derasnya, memancing tanya pada setiap tamu yang melihatku. Ah, mungkin orang akan mengira ini air mata bahagia, andai mereka tahu tentang perbuatan Mas Hendra terhadapku seminggu yang lalu, tapi apa yang akan mereka lakukan? Mungkin mereka hanya akan tersenyum, menganggap wajar karena hal seperti itu lumrah terjadi pada para gadis di jaman ini.

Yang benar adalah, andai aku hidup di jaman nabi, mungkin hukum yang berlaku sebagai tebusan dosa besar ini lebih menyenangkanku, namun mustahil untuk saat ini, peluang besar agar dosaku terampuni hanyalah bersungguh-sungguh dalam taubat.

"Mbak, sudah nangisnya! Nanti matanya sembab, jelek kalau di foto," bisik Kiara sambil menyodorkan beberapa lembar tisu ditanganku.

"Dek, habis ini upacara sangkar pora, make up-nya tolong lebih tebal, ya! Malu sama temen-temenku," ucap Mas Hendra pelan namun penuh penekanan.

Upacara sangkar pora adalah upacara yang dilakukan oleh teman-teman Mas Hendra sebagai bentuk penghormatan kepada sesama prajurit TNI.

Mas Hendra membuka tangan kirinya, mengisyaratkanku agar menggamit lengannya, kami berjalan menuju tempat foto untuk mengabadikan momen memakai baju akad dan pamer buku nikah, meskipun tanpa senyum, aku tetap melakukan seluruh arahan fotografer dalam berpose mesra dengan Mas Hendra.

Berlanjut sesi foto dengan masing-masing keluarga, berawal dari seluruh sanak saudara dari keluargaku lalu keluarga Mas Hendra.

"Irsyad tadi kemana, Pa?" tanya seseibu dengan gamis batik hitam dan kerudung lebar warna mocca pada suaminya yang mengenakan kemeja dari kain batik yang sama dengan ibu tadi.

"Coba cari diluar, Ma!" jawab bapak itu pada istrinya.

"Itu Om sama Tanteku, Dek. Mereka tinggal di luar Jawa, punya perusahaan sawit, putranya baru lulus SMA, tapi udah mandiri, punya bisnis sendiri di bidang retail," ujar Mas Hendra dengan senyum bangga.

"Cantik istrimu, Hen! Siapa namamu, cah ayu?"

"Najma, Om."

"Tunggu sebentar, ya, Nduk Najma! Itu tadi Tantemu lagi nyari Irsyad, putra bungsu kami. Oya, panggil saja saya, Om Andri. Om aslinya juga dari Jawa, Tantemu atau istri Om, namanya Narti."

Aku hanya mengangguk sopan kepada Om Andri, sesebapak yang tampak sangat ramah memperkenalkan diri kepadaku, yang mungkin menjadi keluarga terakhir dari Mas Hendra yang turut serta dalam sesi foto yang cukup melelahkan ini.

Aku kembali menunduk, rasa sedih tak sedikitpun hengkang dalam menguasai diri, kalau saja pernikahan ini sesuai ekspektasi, rasa lelah tidak akan semenyakitkan ini, padahal ini baru awal acara, rasanya ingin sekali pura-pura pingsan, agar bisa istirahat melepas penat, namun aku tidak tau bagaimana caranya, karena aku belum pernah sekalipun mengalami yang namanya pingsan, mimisan, atau bahkan kesurupan.

"Maaf sudah nunggu lama, Hen! Nyari Irsyad ternyata habis angkat telepon diseberang jalan, disini rame enggak kedengaran katanya," ujar Tante Narti kepada Mas Hendra.

Aku hanya tersenyum ketika Tante berjalan ke arahku, aku berniat menyalami Tante Narti, namun ditariknya tanganku dengan lembut, lalu dipeluknya tubuhku dengan erat.

"Irsyad tidak sedang telepon, tadi pas Tante nyari dia ketemu di rumah tetangga sebelah kanan rumahmu, itu rumah temennya dulu pas masih sekolah disini katanya, dia nangis sesenggukan, Tante tanya kenapa, dia ceritakan semuanya, kamu harusnya jadi mantuku aja, Nduk. Irsyad sudah mempersiapkan semuanya sejak kita pindah ke luar Jawa, dan Tante baru tau kalau itu semua demi bisa memiliki kamu,"

Aku terbelalak, kaget bukan main mendengar penjelasan Tante Narti yang sangat pelan tepat ditelinga kiriku, mungkin agar tidak terdengar oleh Mas Hendra, aku dengan sopan mencoba melepaskan diri dari pelukan Tante Narti, tapi tidak bisa.

"Hendra buruk perangainya, Nduk! Apa kamu tetap akan menjadi istrinya selamanya?" aku semakin terkejut mendengar pernyataan Tante Narti, bagaimana Tante Narti tau tentang sifat buruk Mas Hendra, yang bahkan mungkin Ibunya Mas Hendra tidak mengetahui tentang keburukan anaknya.

Dan, Irsyad? Apakah putranya Tante Narti benar-benar Irsyad yang sama dengan Irsyad yang menyatakan cinta dan niat ingin melamarku? Aku ingat betul seluruh pesan yang dikirimkan Irsyad kepadaku seminggu yang lalu, namun benarkah dia? Apakah dia sepupu dari Mas Hendra? Dan apa tadi? Kata Tante Narti dia sekarang berada di rumah temannya waktu sekolah disini? Tetangga sebelah kanan rumahku? Beni? Apakah dia tau kalau aku tetangganya Beni, temannya? Kalau tau kenapa dia menanyakan alamat rumahku waktu itu?

"Maaf, tadi habis angkat telepon," aku yang tiba-tiba dilepaskan dari pelukan oleh Tante Narti yang mendengar suara seorang laki-laki muda yang sedikit serak itu segera menoleh kearah suara.

Aku kembali dihadapkan dengan sosok yang dulu aku lihat hanya sekelebat, meskipun Irsyad sama sekali tidak melihatku, aku tau ada kesedihan yang teramat sangat, juga rasa kecewa luar biasa dalam tatapan matanya ketika berbicara dengan Mas Hendra.

Dadaku tiba-tiba terasa nyeri, tepatnya ulu hati, kebingungan luar biasa, rasa sesal karena telah membuat sosok Irsyad kecewa, pria baik yang menyatakan cintanya dengan cara yang baik pula, pria yang sudah berjuang memantaskan diri untuk mendapatkan cintanya.

[Maaf, Syad. Kamu terlambat,] balasku waktu itu, lalu kublokir nomornya, berharap Allah segera menyembuhkan lukanya dengan mengganti sosok baru yang lebih pantas dicintai oleh Irsyad.

Andai aku belum direnggut, mungkin aku benar-benar akan memilihmu sebagai imamku, Syad!

Bersambung..

Oleh : Seema Zuhda

Related chapters

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 5

    POV IRSYAD[Maaf, Syad. Kamu terlambat,]Sebuah pesan balasan dari Najma yang masih belum aku mengerti maksudnya, segera aku tepis berbagai kemungkinan buruk yang tengah berkecamuk memenuhi rongga kepala, mencoba tersenyum untuk menyakinkan diri bahwa jawaban yang menyenangkan hati pasti akan terjadi.[Terlambat?][Kata orang, tidak ada kata terlambat untuk niat baik, Ma,] Balasku dengan tangan gemetar, keringat dingin pun tiba-tiba saja muncul bersamaan dengan rasa takut akan kehilangan wanita bernama Najma, apalagi ketika pesan yang aku kirim terlihat centang abu-abu satu.Aku beranjak dari tempat tidur, mengambil jaket dan juga helm, dalam perjalanan menyusuri jalanan di penghujung malam ibu kota, aku kembali disuguhi bayangan wajah dengan senyum terindah. Najma, seorang wanita yang menjadi cinta pertamaku, degup jantung yang selalu lebih cepat iramanya setiap aku tanpa sengaja selalu melihatnya kala itu, dan suatu

    Last Updated : 2023-10-09
  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 6

    Menjadi istri dari anak tunggal Pak Wiyoto dan Bu Lasmi, Bapak dan Ibu mertuaku, kini aku tinggal seatap dengan keduanya, setelah satu bulan lalu sah menjadi istri dari putra mereka, Mas Hendra.Mas Hendra dengan kesibukannya sebagai seorang Dandim di Kodim kabupaten, yang hanya seminggu sekali pulang ke rumah, hingga keinginanku untuk kembali menempuh pendidikan di perguruan tinggi masih urung aku sampaikan pada Mas Hendra.Sabtu malam, setiap Mas Hendra pulang, aku sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berbicara, aku hanya ditugaskan untuk melayani nafsunya, setelah itu Mas Hendra akan tidur, dan ketika tengah malam, Mas Hendra terbangun dari tidur, aku kembali menjadi budak nafsunya, tanpa peduli denganku yang masih terlelap, setelahnya ia mandi, lalu pergi lagi untuk kembali ke tempat dinasnya.Seperti malam menjelang pagi kali ini, aku yang masih terbungkus selimut, menatap lelaki yang usianya terpaut empat belas tahun denganku, Mas Hendra dengan

    Last Updated : 2023-10-09
  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 7

    Dengan gamis hitam, dan kerudung instan merk lokal warna abu tua, tak lupa kaus kaki, yang kupakai dengan secepat kilat, aku segera melangkah ke ruang tamu, untuk menemui Tante Narti yang entah kenapa bisa berada di sini.Bukankah Tante Narti sekeluarga menetap di luar Jawa? Ah, aku lupa, mereka orang kaya, yang bisa kapan saja berkunjung ke tanah kelahiran mereka, tanpa terkendala biaya.Saat sampai di ruang tamu, orang pertama yang terlihat di mataku adalah Irsyad, aku mematung, mencoba mengkondisikan netra yang tidak juga beralih dari memandangnya, laki-laki yang merupakan anak tunggal dari Om Andri dan Tante Narti itu tengah sibuk dengan ponselnya.Laki-laki yang mungkin lebih tua beberapa bulan dariku itu memakai pakaian serba hitam ala idol Korea, celana panjang hitam, kaos polos hitam, lengkap dengan blazer selutut warna abu tua, ditambah kacamata yang semakin menambah tingkat ketampanannya.Andai Leni melihatnya, mungkin dia akan sangat heboh, jingkrak-jingkrak, lalu pingsan, s

    Last Updated : 2023-10-09
  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 8

    Responku?Entah kenapa, mendengar apa yang baru saja Tante Narti bilang, aku sama sekali tidak merasakan sakit hati, tidak ada air mata kesedihan, bahkan aku dengan lahap melanjutkan makan sosis bakar yang tinggal satu gigitan, lalu membuang tusuknya.Aku menarik nafas kasar, teringat kembali kejadian waktu itu, ketika aku dan Mas Hendra belum ada ikatan halal, dan aku dipaksa menjadi objek pemuas nafsunya, dengan ancaman jahat yang sudah direncanakan sedemikian rupa.Tante Narti memandangku dengan air muka heran, aku yang hanya tersenyum menatap ke arah bintang, sepertinya membuat Tante Narti semakin kebingungan dengan tingkahku."Tante memberitahu semua itu bukan bermaksud membuat kamu sedih atau apapun itu, Tante hanya tidak mau kamu menanggung derita, Nduk. Fakta bahwa Hendra adalah pria buruk membuat Tante tidak terima jika kamu harus seumur hidup bersama dengannya, apa jadinya kamu dimasa depan, bukan hanya kamu, suatu saat anak-anak kamu pu

    Last Updated : 2023-10-09
  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 9

    "Mas, aku mau ikut kamu, enggak apa-apa aku ngontrak yang penting dekat sama kamu, biar aku bisa masak buat kamu, biar setiap hari kamu pulangnya ke Aku, biar aku bisa melayani kamu sepenuhnya," pintaku pada Mas Hendra, mencoba bersikap manis kepada suami sendiri, berusaha berperan baik sebagai seorang istri. Mas Hendra baru saja pulang, seperti biasa, setiap sabtu malam Mas Hendra pulang, dan aku yang telah diberitahu Tante Narti tentang rahasia besar Mas Hendra yang memiliki banyak Istri dan suka gonta-ganti wanita untuk diajak zina. Belum lagi tentang Mas Hendra yang suka minum-minum, menjadikanku harus benar-benar memperhatikan Mas Hendra.Bukan karena cemburu, atau karena tidak mau dimadu maupun menjadi madu, tapi karena aku adalah Istri Mas Hendra, meskipun bukan satu-satunya, tapi sebagai Istri aku ingin suamiku kembali ke jalan yang lurus, aku ingin Mas Hendra sadar dan tobat nasuha dari kebiasaan buruknya."Enggak perlu, kamu disini saja temani Ibu, kamu mau ikut aku karena

    Last Updated : 2023-11-15
  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 10

    POV IRSYADKata orang, laki-laki itu semakin dewasa semakin susah mengeluarkan air mata, meskipun dikuasai luka sedemikian rupa, ia tidak akan menangis, karena sejatinya laki-laki itu qawwam, pemimpin, yang mengayomi, yang melindungi, menangis akan menampakkan sisi lemah laki-laki.Aku setuju dengan pendapat itu, meskipun kini air mata tidak hentinya mengalir deras membasahi pipi, dan mata masih setia menatap nanar rumah yang ditinggali Najma, ada rasa sakit dalam sepi malam ini, nyeri di dada karena wanita yang aku suka bernasib buruk karena menikah dengan pria buruk seperti Mas Hendra.Andai bukan Mas Hendra, meskipun bukan denganku juga, setidaknya lelaki yang bukan menjadi ujian berat untuk hidupnya, dia wanita, apakah akan baik-baik saja jika terus menerus menanggung derita?"Syad, sudah nunggu lama?" Aku menoleh ke arah suara, Beni yang tadi aku suruh kesini untuk menemaniku, akhirnya datang juga."Maaf, Bro. baru tutup toko, pas baca pesanmu juga tadi aku lagi antri di pom bens

    Last Updated : 2023-11-16
  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 11

    Sebuah kekerasan dalam rumah tangga nyatanya bukan hanya wacana semata, puluhan pukulan dari tangan seorang suami kini benar-benar mendarat di tubuhku, ngilu sekujur badan, dan satu hal yang belum pernah aku rasakan seumur hidupku, kini aku merasakannya, yakni mimisan.Darah segar yang tak berhenti keluar dari lubang hidungku, membuatku tersenyum miris, muncul tanya dalam kepala, akankah aku mampu menyerahkan seumur hidupku bersama pria seperti Mas Hendra? Apa yang akan aku dapat jika aku bertahan? Dan apakah dosa besar jika aku menyerah?Inginku menjadi wasilah hidayah untuk Mas Hendra, namun sepertinya keinginanku mustahil tercapai, terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan nyaliku yang lemah.Seperti saat ini, lagi-lagi aku hanya bisa menangis. Setiap tuduhan, umpatan, dan pukulan dari Mas Hendra, aku tidak punya nyali setitik pun untuk melawan, hanya air mata yang tanpa malu-malu keluar, dan tak hentinya mengalir membasahi pipi."Maaf" ucap Mas Hendra sangat pelan, hampir tak terd

    Last Updated : 2023-12-12
  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 1

    Menikah di usia muda adalah impianku, apalagi berjodoh dengan Aparatur Negara, seorang lelaki berprofesi TNI AD bernama Hendra, berkulit sawo matang khas mas-mas Jawa, dengan tubuh proporsional, dan wajah bersih berseri layaknya mentari pagi. Ah, maha baik Allah yang telah menciptakanku dari tulang rusuk manusia sesempurna Mas Hendra.[Dek Najma, lagi apa?] Sebuah pesan WhatsApp dari orang yang baru saja kuceritakan, Mas Hendra.[Ini baru pulang habis ngantar Hanan ngaji, Mas.] Balasku, Hanan adalah adikku yang ketiga, sedangkan yang kedua bernama Kiara.[Biasanya Ibu yang ngantar?][Iya, Ibu sama Ayah lagi keluar kota, dolan ke rumahnya Pakde, sekalian mau ngasih tau tentang pernikahan kita,][Sendirian di rumah berarti?][Iya,][Mas jemput, ya? Ibuku pengen kamu main ke rumah,] Aku melotot melihat pesan Mas Hendra, entah kenapa, bukannya senang justru gelisah beradu takut yang kini menguasai hati. Mungkin karena bertentangan dengan prinsip yang lahir dari pengetahuanku sebagai mak

    Last Updated : 2023-10-09

Latest chapter

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 11

    Sebuah kekerasan dalam rumah tangga nyatanya bukan hanya wacana semata, puluhan pukulan dari tangan seorang suami kini benar-benar mendarat di tubuhku, ngilu sekujur badan, dan satu hal yang belum pernah aku rasakan seumur hidupku, kini aku merasakannya, yakni mimisan.Darah segar yang tak berhenti keluar dari lubang hidungku, membuatku tersenyum miris, muncul tanya dalam kepala, akankah aku mampu menyerahkan seumur hidupku bersama pria seperti Mas Hendra? Apa yang akan aku dapat jika aku bertahan? Dan apakah dosa besar jika aku menyerah?Inginku menjadi wasilah hidayah untuk Mas Hendra, namun sepertinya keinginanku mustahil tercapai, terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan nyaliku yang lemah.Seperti saat ini, lagi-lagi aku hanya bisa menangis. Setiap tuduhan, umpatan, dan pukulan dari Mas Hendra, aku tidak punya nyali setitik pun untuk melawan, hanya air mata yang tanpa malu-malu keluar, dan tak hentinya mengalir membasahi pipi."Maaf" ucap Mas Hendra sangat pelan, hampir tak terd

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 10

    POV IRSYADKata orang, laki-laki itu semakin dewasa semakin susah mengeluarkan air mata, meskipun dikuasai luka sedemikian rupa, ia tidak akan menangis, karena sejatinya laki-laki itu qawwam, pemimpin, yang mengayomi, yang melindungi, menangis akan menampakkan sisi lemah laki-laki.Aku setuju dengan pendapat itu, meskipun kini air mata tidak hentinya mengalir deras membasahi pipi, dan mata masih setia menatap nanar rumah yang ditinggali Najma, ada rasa sakit dalam sepi malam ini, nyeri di dada karena wanita yang aku suka bernasib buruk karena menikah dengan pria buruk seperti Mas Hendra.Andai bukan Mas Hendra, meskipun bukan denganku juga, setidaknya lelaki yang bukan menjadi ujian berat untuk hidupnya, dia wanita, apakah akan baik-baik saja jika terus menerus menanggung derita?"Syad, sudah nunggu lama?" Aku menoleh ke arah suara, Beni yang tadi aku suruh kesini untuk menemaniku, akhirnya datang juga."Maaf, Bro. baru tutup toko, pas baca pesanmu juga tadi aku lagi antri di pom bens

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 9

    "Mas, aku mau ikut kamu, enggak apa-apa aku ngontrak yang penting dekat sama kamu, biar aku bisa masak buat kamu, biar setiap hari kamu pulangnya ke Aku, biar aku bisa melayani kamu sepenuhnya," pintaku pada Mas Hendra, mencoba bersikap manis kepada suami sendiri, berusaha berperan baik sebagai seorang istri. Mas Hendra baru saja pulang, seperti biasa, setiap sabtu malam Mas Hendra pulang, dan aku yang telah diberitahu Tante Narti tentang rahasia besar Mas Hendra yang memiliki banyak Istri dan suka gonta-ganti wanita untuk diajak zina. Belum lagi tentang Mas Hendra yang suka minum-minum, menjadikanku harus benar-benar memperhatikan Mas Hendra.Bukan karena cemburu, atau karena tidak mau dimadu maupun menjadi madu, tapi karena aku adalah Istri Mas Hendra, meskipun bukan satu-satunya, tapi sebagai Istri aku ingin suamiku kembali ke jalan yang lurus, aku ingin Mas Hendra sadar dan tobat nasuha dari kebiasaan buruknya."Enggak perlu, kamu disini saja temani Ibu, kamu mau ikut aku karena

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 8

    Responku?Entah kenapa, mendengar apa yang baru saja Tante Narti bilang, aku sama sekali tidak merasakan sakit hati, tidak ada air mata kesedihan, bahkan aku dengan lahap melanjutkan makan sosis bakar yang tinggal satu gigitan, lalu membuang tusuknya.Aku menarik nafas kasar, teringat kembali kejadian waktu itu, ketika aku dan Mas Hendra belum ada ikatan halal, dan aku dipaksa menjadi objek pemuas nafsunya, dengan ancaman jahat yang sudah direncanakan sedemikian rupa.Tante Narti memandangku dengan air muka heran, aku yang hanya tersenyum menatap ke arah bintang, sepertinya membuat Tante Narti semakin kebingungan dengan tingkahku."Tante memberitahu semua itu bukan bermaksud membuat kamu sedih atau apapun itu, Tante hanya tidak mau kamu menanggung derita, Nduk. Fakta bahwa Hendra adalah pria buruk membuat Tante tidak terima jika kamu harus seumur hidup bersama dengannya, apa jadinya kamu dimasa depan, bukan hanya kamu, suatu saat anak-anak kamu pu

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 7

    Dengan gamis hitam, dan kerudung instan merk lokal warna abu tua, tak lupa kaus kaki, yang kupakai dengan secepat kilat, aku segera melangkah ke ruang tamu, untuk menemui Tante Narti yang entah kenapa bisa berada di sini.Bukankah Tante Narti sekeluarga menetap di luar Jawa? Ah, aku lupa, mereka orang kaya, yang bisa kapan saja berkunjung ke tanah kelahiran mereka, tanpa terkendala biaya.Saat sampai di ruang tamu, orang pertama yang terlihat di mataku adalah Irsyad, aku mematung, mencoba mengkondisikan netra yang tidak juga beralih dari memandangnya, laki-laki yang merupakan anak tunggal dari Om Andri dan Tante Narti itu tengah sibuk dengan ponselnya.Laki-laki yang mungkin lebih tua beberapa bulan dariku itu memakai pakaian serba hitam ala idol Korea, celana panjang hitam, kaos polos hitam, lengkap dengan blazer selutut warna abu tua, ditambah kacamata yang semakin menambah tingkat ketampanannya.Andai Leni melihatnya, mungkin dia akan sangat heboh, jingkrak-jingkrak, lalu pingsan, s

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 6

    Menjadi istri dari anak tunggal Pak Wiyoto dan Bu Lasmi, Bapak dan Ibu mertuaku, kini aku tinggal seatap dengan keduanya, setelah satu bulan lalu sah menjadi istri dari putra mereka, Mas Hendra.Mas Hendra dengan kesibukannya sebagai seorang Dandim di Kodim kabupaten, yang hanya seminggu sekali pulang ke rumah, hingga keinginanku untuk kembali menempuh pendidikan di perguruan tinggi masih urung aku sampaikan pada Mas Hendra.Sabtu malam, setiap Mas Hendra pulang, aku sama sekali tidak diberi kesempatan untuk berbicara, aku hanya ditugaskan untuk melayani nafsunya, setelah itu Mas Hendra akan tidur, dan ketika tengah malam, Mas Hendra terbangun dari tidur, aku kembali menjadi budak nafsunya, tanpa peduli denganku yang masih terlelap, setelahnya ia mandi, lalu pergi lagi untuk kembali ke tempat dinasnya.Seperti malam menjelang pagi kali ini, aku yang masih terbungkus selimut, menatap lelaki yang usianya terpaut empat belas tahun denganku, Mas Hendra dengan

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 5

    POV IRSYAD[Maaf, Syad. Kamu terlambat,]Sebuah pesan balasan dari Najma yang masih belum aku mengerti maksudnya, segera aku tepis berbagai kemungkinan buruk yang tengah berkecamuk memenuhi rongga kepala, mencoba tersenyum untuk menyakinkan diri bahwa jawaban yang menyenangkan hati pasti akan terjadi.[Terlambat?][Kata orang, tidak ada kata terlambat untuk niat baik, Ma,] Balasku dengan tangan gemetar, keringat dingin pun tiba-tiba saja muncul bersamaan dengan rasa takut akan kehilangan wanita bernama Najma, apalagi ketika pesan yang aku kirim terlihat centang abu-abu satu.Aku beranjak dari tempat tidur, mengambil jaket dan juga helm, dalam perjalanan menyusuri jalanan di penghujung malam ibu kota, aku kembali disuguhi bayangan wajah dengan senyum terindah. Najma, seorang wanita yang menjadi cinta pertamaku, degup jantung yang selalu lebih cepat iramanya setiap aku tanpa sengaja selalu melihatnya kala itu, dan suatu

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 4

    "Saya terima nikahnya Haiba Najma Tsakiba Binti Qomaruddin dengan mas kawin uang dua ratus dua puluh dua ribu dua ratus rupiah dan seperangkat alat salat dibayar tunai!"Mendengar kalimat ijab dengan satu tarikan napas yang terucap dari lisan Mas Hendra, rasanya seperti mendengar petir di musim hujan yang disertai gemuruh angin, gelap dan mencekam, seperti suasana hatiku saat ini.Mencoba tersenyum dengan pantulan diriku di cermin rias, gaun pengantin berwarna putih, dengan kerudung senada menutup dada, hiasan melati di kepala, dan juga make up super tipis tanpa peran pensil alis, tanpa bulu mata palsu, dan tanpa perona wajah, persis seperti yang aku impikan, hanya saja impianku dulu tentunya menjadi pengantin dengan senyum bahagia, bukan dengan senyum terpaksa untuk sembunyikan derita."Lihatlah manusia itu Ya Allah, dia memberikan mahar seperangkat alat salat, namun dia bahkan tidak suka mendengar kata salat, apakah aku sekuat itu dalam pandangan-Mu? Buk

  • Dinodai Pria Berseragam, Dicintai Teman SMA   Part 3

    Aku segera menutup bercak darah yang terlihat sangat jelas di bad cover berwarna putih dengan motif bunga mawar itu dengan selimut, dan berusaha mengatur diri dari rasa panik yang tiba-tiba hinggap, mencoba tertawa pada Kiara untuk mengusir berbagai kemungkinan yang Kiara pikirkan."Mbak lagi haid, Ra," ucapku dengan senyum terpaksa untuk menutupi kebohongan."Mbak enggak usah bohong, ya? Kalau aku yang ngomong gitu mungkin orang akan langsung percaya, karena aku jorok, mageran, berbeda dengan Mbak Najma yang bukan tipe pemalas, selalu tau kapan harus ganti pembalut, dan menurut pengalamanku, nih, ya, Mbak! Sebagai adikmu, aku tidak pernah sekalipun melihat Mbak lagi haid trus bocor kayak gitu, jelas banget kalau Mbak lagi bohong," bukan Kiara jika tidak blak-blakan kayak gini, adikku ini sangat tau bagaimana aku.Aku terdiam, cemas mulai menyapa diri, aku tau benar jika Kiara tidak pernah bisa dibohongi, namun untuk kebohongan yang aku tutupi saat ini bukan kebohongan biasa, aib luar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status