Berdzikir terus, supaya pikiran aku kembali dibersihkan. Aku gak mau su'udzon dulu, mungkin karena aku lagi sensitif maka pikiran aku jadi ke mana-mana. Padahal itu belum tentu benar!Berselisih paham dengan orang lain memang hal biasa kan, tapi kalau misal sampai memfitnahnya sekejam ini, bukan lagi soal berselisih. Tapi udah permusuhan!Aku berserah diri padamu, ya Allah.***Hari ini, agendaku dan Sarah untuk mencari tahu apakah ada kamera pengawas lain selain yang diberikan pihak kepolisian kota Danhat untuk kami. Tapi, berapapun kita memutar wilayah itu, tetap saja hanya ada satu kamera yang menghadap ke sana.Ini bukan Korea Selatan yang setiap jalan dan gang sempit ada kamera, jadi sangat susah sekali bagi kita menemukannya."Mba, sepertinya aku nyerah deh! Kita udahan aja yok!" pinta dia dengan napas yang ngos-ngosan. Aku gin sama, lelah dan banjir keringat di seluruh tubuh. Tapi ini semua gak sebanding dengan nama Akang yang tercoreng akibat tuduhan ini.Aku gak boleh nyerah
"Kok diam, ayok Sarah! Kita tinggal selangkah lagi untuk dapat kebenaran itu!" Aku kembali ke dekat tubuh Sarah dan menarik satu tangannya untuk ku ajak berdiri.Tapi dia masih terdiam dan menatap aku dengan sinis. "Kenapa aku harus capek-capek lakuin ini untuk bantu kamu?" tanya dia sangat mencekam.Deg!!! Kenapa tiba-tiba dia berkata itu, apa aku punya salah?"Kamu kenapa bicara begitu Sar? Aku punya salah pada kamu? Aku minta maaf karena bikin kamu lelah, tapi ini semua aku lakukan untuk....""Untuk kepentingan keluarga kamu aja kan? Setelah kebenaran terungkap, kamu senang, suami kamu bebas, dan kalian berkumpul untuk hidup bahagia lagi? Iya kan?"Tentu saja loh, ah! Untuk apalagi aku capek-capek seperti ini, ya jelas aku ingin keluarga aku bahagia. Memangnya salah?"Kamu kenapa Sarah? Iya ok, dari alasan yang kamu ucapkan semua benar. Memangnya apa salah aku kalau aku ingin bahagia lagi dengan keluarga aku?" Aku gak bisa kalau menyinggung tentang kebahagiaan, air mataku langsun
Hikkss...hikkss.. Mewek banget aku hari ini, patah hati terbesar sebagai seorang istri. Tidak bisa berpikir normal kalau disuruh yang namanya berbagi suami.Ya iya lah, siapa yang mau? Tiba-tiba aku pulang ke Indonesia terus bawain calon istri baru buat Akang? Lebih baik....Tidak ada yang lebih baik juga, aku pun gak mau Akang selamanya ada di penjara atau memiliki gelar mantan narapidana yang tidak terhormat. Membayangkannya aja membuat aku sesak!Ini sudah mau mendekati sidang, tinggal tiga hari lagi. Aku sudah hampir saja berhasil, tapi perempuan itu??Aarrggghhh!!!!! Aku memukuli bantal berkali-kali seakan itu adalah wajah si perempuan itu! Jahat, kamu jahat banget sih, Sarah!Aku sama sekali gak kepikiran kalau kamu sampai mau menikah sama suami aku! Masih jutaan laki-laki yang jomblo, kenapa milih suami orang?Aku gak habis pikir! Sekarang pilihannya antara setuju suamiku menikah lagi atau membiarkan dia mendekam di penjara dan anak-anak aku akan menanggung rasa malu nantinya
"Halo Pak Lutfi, tadi ada telepon ya?" Nada bicara ini, sengaja aku bikin seperti sedang meledek."MasyaAllah Bu, hampir aja saya ikut tidur di dalam sel, gara-gara ponsel saya disita sama seseorang. Bisa dihitung kan, berapa panggilan masuk ke nomor Ibu?" Ini, antara aku pengen ketawa atau sedih sih, soalnya aku merasa sedang melucu dan menyedihkan dalam waktu yang sama."Saya tahu Pak, ponsel saya sampai panas. Hampir meledak!"Dia terkekeh lirih, "bagaimana Bu? Apa yang terjadi? Tadi ketika ibu meminta video rekaman CCTV, tidak ada kabar lagi hingga malam ini. Ibu baik-baik saja, kan?" Pertanyaan dari Pak Lutfi rasanya gak bisa aku jawab dengan cepat. Dikatakan aku baik-baik aja, dari mana? Hatiku hancur lebur!Tapi mau bilang aku kenapa-kenapa, pasti akan mengkhawatirkan keluarga semua termasuk Akang. Aku gak mau nambah-nambah beban buat mereka!Biarin lah, untuk kali ini aku yang mengalah. Ingat tidak? Saat-saat pertama menikah, betapa besar pengorbanan Akang yang selalu mengalah
Singkat cerita, pada akhirnya Sarah sudah percaya dengan ucapanku dan akhirnya dia bersedia membantu aku untuk mencari pemilik dari toko baju itu. Kita hanya membutuhkan rekaman dari kamera yang tersimpan di truk itu.Dia meminta bantuan dari kenalannya yang bekerja di tempat tersebut, ajaibnya dalam kurun waktu kurang dari satu jam, kita sudah diberikan alamat di mana toko itu pindah.Lihat kan? Ternyata segampang ini untuk mendapatkan alamat pemilik dari toko baju, ketika akhirnya aku memutuskan untuk mengalah. Memang benar kan? Allah itu baik, membantuku dengan jalan yang sangat mudah."Aku deg-degan Mba, ini saatnya kita mengetahui kebenaran yang sesungguhnya!""Mba juga, Sarah, video ini yang pada akhirnya membuka jalan kebenaran itu!"Begitu tombol play ditekan, nampak lah pemandangan jalan raya yang sepi dari pukul 21.47 saat truk itu tiba untuk mengangkut barang. Kita mempercepat tayangan ke pukul 23.00 di mana suamiku sedang berjalan di sekitar area tersebut. Sayangnya truk
"Pokoknya, jangan memikirkan hal lain. Jangan pikirin bagaimana ribetnya mengurus kepergian kita kembali ke Indonesia, itu biar jadi urusan aku," kataku sebelum kita akan berpisah malam dulu malam ini.Karena itu, aku cuma meminta dia untuk menjaga kesehatan, dan jangan berpergian ke tempat yang jauh.Aku tinggal membayar uang sekitar 50 juta rupiah untuk membebaskan dia ke orang yang memiliki dia.Sekembalinya aku ke penginapan, aku langsung mendatangi Madam untuk mengatakan bahwa bukti yang menyatakan Akang tidak bersalah sudah aku dapatkan.Aku mengunjungi rumahnya, dan melihat dia sedang duduk termenung di depan televisi yang menyala, namun tak ditontonnya."Madam? Apakah sedang sibuk?" Maksudku adalah pada tayangan televisi itu."Ah tidak, sini masuk Nak!" ucap dia dan mempersilakan aku duduk di sampingnya. Tapi karena sangat bahagia, aku justru tidak tahan untuk tak memeluk dirinya."Madam, i'am verry happy. Aku sudah mendapat bukti itu, sebentar lagi nama suamiku akan bersih la
Pak Lutfi mengambil peranan besar dalam pembuatan ID dan juga paspor baru untuk Sarah melalui koneksinya, hingga akhirnya kedua benda itu sudah jadi, dan ada di tanganku sekarang.Semua bukti yang kami miliki, sudah tersusun rapi dan disimpan dalam bentuk dokumen dan juga salinan flashdisk lalu benda itu aku berikan pada Sarah, sesuai kesepakatan awal.Aku tidak curang kan? Bisa aja di tengah perjalanan aku kabur dan mengkhianati Sarah demi kepentingan aku sendiri. Tapi aku gak selicik itu. Aku gak pernah diajarkan untuk menjadi manusia jahat oleh suamiku dan lingkungan aku.Tapi misal aku tetap nekad melakukan itu, apakah setelahnya aku bakal hidup dengan tenang? Pasti tidak akan pernah! Jadi lebih baik aku ikuti saja alurnya, sesuai yang sudah diberikan oleh Allah."Mba? Ini serius? Nama aku Sarah Az-Zahra dan ini pasport? Aku bukan lagi, seorang budak dari mereka?" Dia menerima kartu identitas itu. Melihat wajahnya yang bahagia, membuat penyesalan yang aku rasakan sedikit berkurang
Kita sudah sampai di gedung pengadilan satu jam setengah sebelum sidang dilaksanakan. Untungnya, Pak Lutfi sudah dapat izin agar kita semua bisa lebih dulu bertemu Akang sebelum sidang dimulai.Gak perlu nunggu lama lagi, aku langsung berlari menuju ruangan penahanan yang sudah disediakan. Aku kan perlu bicara sama Akang tentang saksi ini!Begitu aku dan Sarah mau masuk ke dalam ruangan itu, tapi tubuh Sarah ditahan oleh Pak Lutfi dan hanya membiarkan aku saja yang masuk ke dalam."Biarkan mereka bertemu secara berdua dulu Mba Sarah," kata Pak Lutfi yang aku respon dengan wajah bingung."Masuk saja Bu, suami ibu sudah menunggu." Karena aku gak mau menyia-nyiakan waktu, aku gak menggubris permintaan Pak Lutfi dan bergegas masuk ke dalam.Kulihat, Akang lagi duduk di kursi menundukkan kepalanya, dan diangkat begitu mendengar suara pintu terbuka."Reynata, ya Allah! Kamu ini!!" Tatapannya sangat sendu sekali, aku gak kuat ditatap seperti itu."Apa? Kenapa dengan aku, Akang? Aku udah berh