"Pokoknya, jangan memikirkan hal lain. Jangan pikirin bagaimana ribetnya mengurus kepergian kita kembali ke Indonesia, itu biar jadi urusan aku," kataku sebelum kita akan berpisah malam dulu malam ini.Karena itu, aku cuma meminta dia untuk menjaga kesehatan, dan jangan berpergian ke tempat yang jauh.Aku tinggal membayar uang sekitar 50 juta rupiah untuk membebaskan dia ke orang yang memiliki dia.Sekembalinya aku ke penginapan, aku langsung mendatangi Madam untuk mengatakan bahwa bukti yang menyatakan Akang tidak bersalah sudah aku dapatkan.Aku mengunjungi rumahnya, dan melihat dia sedang duduk termenung di depan televisi yang menyala, namun tak ditontonnya."Madam? Apakah sedang sibuk?" Maksudku adalah pada tayangan televisi itu."Ah tidak, sini masuk Nak!" ucap dia dan mempersilakan aku duduk di sampingnya. Tapi karena sangat bahagia, aku justru tidak tahan untuk tak memeluk dirinya."Madam, i'am verry happy. Aku sudah mendapat bukti itu, sebentar lagi nama suamiku akan bersih la
Pak Lutfi mengambil peranan besar dalam pembuatan ID dan juga paspor baru untuk Sarah melalui koneksinya, hingga akhirnya kedua benda itu sudah jadi, dan ada di tanganku sekarang.Semua bukti yang kami miliki, sudah tersusun rapi dan disimpan dalam bentuk dokumen dan juga salinan flashdisk lalu benda itu aku berikan pada Sarah, sesuai kesepakatan awal.Aku tidak curang kan? Bisa aja di tengah perjalanan aku kabur dan mengkhianati Sarah demi kepentingan aku sendiri. Tapi aku gak selicik itu. Aku gak pernah diajarkan untuk menjadi manusia jahat oleh suamiku dan lingkungan aku.Tapi misal aku tetap nekad melakukan itu, apakah setelahnya aku bakal hidup dengan tenang? Pasti tidak akan pernah! Jadi lebih baik aku ikuti saja alurnya, sesuai yang sudah diberikan oleh Allah."Mba? Ini serius? Nama aku Sarah Az-Zahra dan ini pasport? Aku bukan lagi, seorang budak dari mereka?" Dia menerima kartu identitas itu. Melihat wajahnya yang bahagia, membuat penyesalan yang aku rasakan sedikit berkurang
Kita sudah sampai di gedung pengadilan satu jam setengah sebelum sidang dilaksanakan. Untungnya, Pak Lutfi sudah dapat izin agar kita semua bisa lebih dulu bertemu Akang sebelum sidang dimulai.Gak perlu nunggu lama lagi, aku langsung berlari menuju ruangan penahanan yang sudah disediakan. Aku kan perlu bicara sama Akang tentang saksi ini!Begitu aku dan Sarah mau masuk ke dalam ruangan itu, tapi tubuh Sarah ditahan oleh Pak Lutfi dan hanya membiarkan aku saja yang masuk ke dalam."Biarkan mereka bertemu secara berdua dulu Mba Sarah," kata Pak Lutfi yang aku respon dengan wajah bingung."Masuk saja Bu, suami ibu sudah menunggu." Karena aku gak mau menyia-nyiakan waktu, aku gak menggubris permintaan Pak Lutfi dan bergegas masuk ke dalam.Kulihat, Akang lagi duduk di kursi menundukkan kepalanya, dan diangkat begitu mendengar suara pintu terbuka."Reynata, ya Allah! Kamu ini!!" Tatapannya sangat sendu sekali, aku gak kuat ditatap seperti itu."Apa? Kenapa dengan aku, Akang? Aku udah berh
"Pak, ini kenapa dibawa ke ruang sidang? Bukannya sidang dimulai pukul 11 ya?" Aku bertanya pada dua orang polisi itu."Tidak Bu, sidang di mulai pukul 10 pagi, ini sudah lebih 15 menit juga. Kami permisi ya," jawab polisi itu yang aku respon dengan ekpresi heran. Akang menatapku dan menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya kita dipisahkan lagi. Aku tahu, itu berarti Akang memang gak mau ikuti permintaan dariku.Bentar, kalau Akang dibawa, terus ijab qobulnya kapan? Bukannya sesuai rencana akan dilakukan sebelum sidang?"Hmm Sarah, ini mba juga gak tahu kalau sidangnya ternyata pukul 10, jadi ini kenapa kita kehilangan waktu...""Mba! Udah, kita ke persidangan dulu aja, itu yang lebih penting. Semua bukti sudah aku serahkan ke pengacara kalian. Ayok masuk ke dalam, kita bisa kehilangan banyak waktu, nanti!" Sarah menarik tangan aku, dan kita berjalan menuju ruangan sidang.Alhamdulilah, ternyata dia bersedia untuk bersaksi walau tanpa ada pernikahan terlebih dahulu. Aku dan dia berla
Awalnya Jaksa protes dan meminta Pak Hakim untuk menolak Sarah saat akan memberikan kesaksian, karena seorang budak, kesaksiannya tidak sah. Tapi Pak Lutfi buru-buru memberikan dokumen bahwa aku adalah orang yang telah membebaskannya dan Sarah bukan lagi seorang budak.Jangan heran, di negeri timur tengah begitu, perbudakan itu masih ada, apalagi di daerah-daerah pinggiran, salah satu buktinya adalah, ya Sarah ini."Saksi, silakan dilanjutkan kembali!" perintah Pak Hakim yang membuat kita akhirnya bernapas lega.Sarah menceritakan kronologis awal dia dan temannya itu bisa sampai bersembunyi di TKP. Dia bercerita sesuai yang sudah dia ceritakan padaku dan tertuang di dokumen itu tanpa perbedaan. Ciri-ciri pelaku yang memakai topi pun sama persis dengan bayangan seorang laki-laki yang tertangkap kamera dashboard."Instruksi Pak Hakim!" ucap si Jaksa menyebalkan itu, memotong pembicaraan."Ada yang mau disampaikan, dari Jaksa?""Saya mau bertanya pada saksi. Saudari Sarah, anda kan katan
"Baik, kami dari putusan para Hakim dan juri Pengadilan Negeri kota Bandung, telah sepakat dan memutuskan bahwa untuk kasus pidana Pasal 11 ayat (2), dan Pasal 338 KUHP yang didakwakan pada saudara Husein Alfarizi telah dinyatakan, dicabut!"Bersorak orang-orang di sana, mereka serentak mengucap hamdalah dan bertepuk tangan atas perkataan Pak Hakim.Alhamdulilah, aku langsung bersujud syukur bahwa suamiku telah bebas daei tuduhan itu. Ya Allah, terima kasih banyak. Ibu memelukku dan mengucapkan terima kasih dengan cucuran air matanya. "Mba, akhirnya.. Selamat ya, Mba!" Sarah juga tak kalah terharu, dan langsung memelukku."Rey, akhirnya perjuangan lo berakhir. Gak ada yang percaya suami lo begitu, bahkan Pak hakimnya!" sahut Clara menepuk bangga punggungku."Terdakwa yang bernama Husein Alfarizi, kami nyatakan tidak bersalah dan tidak ada kaitannya dengan peristiwa pembunuhan ini dan kasus yang terjadi, akan kami berikan langsung kepada negara yang bersangkutan. Maka sidang resmi kam
POV SARAH.~~~~~~~~~"Mba aku tidak akan menikah dengan suami Mba, tapi aku punya satu permintaan terakhir.""Apa itu? Katakan, apa yang kamu mau!""Sebentar saja, izinkan aku untuk bicara berdua dengan suami Mba, karena ada sesuatu yang mau aku katakan dan ini bersifat pribadi. Setelah itu, aku akan pergi dari kehidupan Mba."Aku ragu bakal diizinkan atau tidak, tapi syukurlah beberapa saat Mba Reynata meninggalkan ruangan ini dan menyuruh aku untuk menunggu suaminya datang.Kalian tidak percaya kan? Bahwa aku berubah pikiran ketika pertama kali memperhatikan wajah suami perempuan itu tadi, di ruang sidang.Kalian ingat, aku seperti pernah mendengar nama 'Rey' di satu tempat, ternyata setalah aku pikir-pikir lagi, aku punya sedikit cerita tentang laki-laki yang bernama Husein itu. Laki-laki yang pernah menyebut nama 'Rey' dalam panggilan teleponnya, di toko kue itu.Ku dengar pintu terbuka, dan dia sudah hadir di depanku, lalu menutup pintunya lagi.Aku gugup, karena ini pertama kali
Aku mengantar Sarah, ke stasiun terdekat karena dia harus berangkat menuju kota Yogyakarta, di mana dia akan tinggal bersama tantenya Clara yang kebetulan seorang janda, dan tidak memilki seorang anak. Tante Dian namanya, tepatnya adiknya dari ibu tiri Clara, yang alhamdulilah para sahabat aku ikut membantu mencarikan tempat yang terbaik untuk Sarah. Kita harus bertanggungjawab penuh padanya, karena kita yang membawanya.Tapi syukurlah, solusi yang diberikan Clara disetujui sama Sarah, dan hari ini dia akan berangkat menuju kota tersebut dengan menaiki kereta."Hati-hati ya Sarah, kabar Mba kalau sudah sampai di sana. Jaga diri baik-baik."Agak sedih sih, pisah sama Sarah karena kita berdua udah melewati banyak waktu berdua, tegang berdua, nangis berdua, nampar pipinya dua kali, aku nyengir inget itu.Kalau untuk kebaikan kita semua dengan cara seperti ini, ya apa boleh buat."Mba juga ya! Semoga pernikahan Mba langgeng terus, dan selamanya dengan ustadz Husein. Doakan aku ya Mba!"