"Ada apa Ay, serius banget natap handphonenya."Aku kemudian menaruh handphone ini, karena Akang menegurku."Ini loh, berita tentang kamu heboh banget di Instagram. Mana ada foto aku yang lagi pelukan sama kamu!"Suamiku nyengir pas lihat fotonya di cover berita. "Ya gak apa-apa lah, kita kan suami istri juga.""Iya sih, tapi kan orang-orang jadi tahu kalau Akang orangnya romantis!" Dia pun tersipu malu, karena aku."Syukurlah dari berita itu, semua kesalahpahaman yang saya alami bisa hilang. MasyaAllah, selama di dalam sel saya cuma bisa merenung, mengingat semua dosa. mungkin saya pernah menyakiti hati orang lain, mungkin saya pernah dzolim terhadap orang lain, sampai harus menanggung ujian yang begitu berat. Saya cuma bisa tafakur, mengingat siapa saja yang pernah sakit hati karena saya.""Termasuk si El Samuel itu kan?"Dia mengangguk yakin, "mungkin karena itu dia marah."Aku mendengar satu cerita dari Akang bahwa adik dari si Ikhsan itu, punya dendam yang gak jelas. Hanya karen
"kenapa Bu? Menyesal ya sudah berburuk sangka sama suami saya?"Suasana tegang ketika aku berteriak seperti barusam. Akang pun sampai heran sendiri, karena aku gak bisa mengontrol emosi dengan baik sampai meneriaki orang yang lebih tua."Hajar aja Mba, kasih pelajaran sama mereka!" Retno tak kalah berapi dan mendukung aku untuk lebih kejam. Keknya, kita berdua psikopat deh, No??"Retno diam, jaga mulutnya!" Akang memberi penekanan pada Retno untuk diam dan tidak usah mengompori aku terus."Mana yang kemarin menghina suami saya? Ngata-ngatain sesuka hatinya? Sekarang mau minta maaf gitu?"Melihat aku di luar kendali begitu, Akang dengan sigap menarik tubuhku dan membawaku ke belakang tubuhnya. "Maafkan istri saya Bu, Pak, dia sedang sensitif akhir-akhir ini!" Akang berusaha mereda emosiku, dan juga emosi para orang tua itu yang bisa saja mencuat gara-gara perkataan aku."Tidak Pak ustadz, kami lah yang harus meminta maaf dan wajar saja beliau marah Pak, kami memang sedikit keterlalua
"Umaa!!" Anak-anak gemes itu berlarian begitu melihat aku memasuki rumah. Mereka kangen ibunya pasti, setelah seminggu ditinggal pergi, dan masih mengurus masalah Sarah.Tapi tenang, Uma udah selesai kali ini dan bisa memiliki waktu sepuasnya bersama kalian."Anak-anak Uma yang soleh solehah, udah pada makan belum?""cudah Uma, tadi matan telul sama mba yetno..." Biasalah, lidah anak kecil masih cadel, belum mengerti kosa kata sepenuhnya."Pintar, anak Uma ini pintar semuanya. High five dulu!" Mereka tos di kedua sisi telapak tanganku."Abi mana?""Di yual, ko banyak oyang, Uma?" Zulaikha mendatangi aku sehabis menggambar di bukunya."Iya Nak, itu ibu dan bapaknya kakak-kakak yang mau mondok. Brisik ya? Tutup kuping aja!" Mereka pun berlarian gemas sambil menutup kupingnya sendiri, dan berceloteh tak karuan. Semoga jadi ahli surga semua, anakku.Kemudian ibu datang menghampiri aku setelah selesai menunaikan sholat dhuha nya."Itu heboh sekali yang di luar, kemarin maka mencaci suami
Hari-hari ku terus berganti, hidup ini juga pasti mati, malah jadi nyanyi??Bangun tidur liat Akang di samping tubuhku, membuat aku langsung mengucap kata syukur yang banyak. Alhamdulillah, aku bisa menghela napas lega sambil menatap sayu, wajah ganteng ustadz Husein.Kamu untukku, dan selamanya hanya untuk aku. Selanjutnya, untuk membangunkannya, kucium aja bibir merah itu sampai dia menggeliat, kaget."Sabahal khayr, ya habbibati." Walau matanya belum terbuka semua, tapi dia cukup bertenaga untuk menarik tubuhku hingga terbaring dalam pelukannya."Artinya, selamat pagi cintaku, kan?"Dia mengangguk dua kali, "iya sayangku, istriku." Aku itu heran, sunnah apa yang selalu dia amalkan sampai-sampai kalau bangun tidur, mulutnya tidak pernah bau. Ya biasa aja, kayak bukan habis bangun tidur. Kok bisa ya?Sedangkan kalau aku? Jangan ditanya deh, anak-anak aku aja mungkin pingsan, xixixixi."Sudah terdengar murotal Quran itu, sebentar lagi sholat subuh.""MasyaAllah, aku sampai tidak den
Seorang pemuda menggunakan tas selempang dan baju kemeja lengan pendek, lengkap dengan kaca mata minusnya itu telah berdiri di depan pintu sebagai tamu kita pagi ini.Alhamdulilah, sedikit lega karena bukan dari kepolisian atau apa tuh kemarin, Kedubes."Assalamualaikum, ini benar dengan kediaman ustadz Husein Alfarizi, ya?" tanya orang itu."Waalaikumsalam warohmatullah, benar Mas, saya sendiri. Ada apa ya? Mari silakan masuk kita bicara di dalam."Akang membawa tamu itu duduk dan bercengkrama di ruang tamu."Ay, buatkan teh untuk tamu kita."Aku yang lagi mengintip dibalik tembok ruang makan, mengiyakan ucapan Akang dan bergegas kembali ke dapur.Ada apa ya? Penampilannya kek, rentenir atau debkolektor gitu deh!Selesai membuat dua cangkir teh, aku kembali ke ruang tamu, menaruh dua cangkir itu di depan Akang dan tamunya.Kok aku melihat kartu nama berlogo salah satu stasiun televisi Indonesia ya?"Silakan Mas, ada keperluan apa pada saya?"Aku hendak pergi dan mempersilakan mereka
"Ini kalau boleh tahu, saya siaran di gedung televisi yang ada di Bandung kan? Saya tidak harus pulang pergi ke Jakarta?" "Benar ustadz, jadi untuk mempersingkat waktu saja. Siaran hari ini, untuk ditayangkan besok. Jadi seperti itu terus selama enam hari dalam sepekan.""Nanti suami saya hubungi lagi ya, Mas. Kita harus diskusi juga sama ibu, apakah beliau setuju atau tidak." Aku menyahut, supaya dia tahu alasan kita harus berdiskusi dulu."Baik kalau begitu, Pak, Bu. Nanti kabari saja di nomor saya itu, tapi tolong jangan terlalu lama ya. Sebab pihak penyiaran juga menanti jawabannya.""Ingsyallah, kemungkinan nanti sore saya akan memberi jawaban.""Siap ustadz , saya tunggu kabarnya. Kalau begitu, saya permisi, ya. Assalamualaikum."Aku dan Akang serentak menjawab salamnya dan menutup pintu ketika dia sudah benar-benar keluar dari rumah kami."Yuk sarapan, saya habis ini mau ngajar. Kamu ada jam komputer juga?""Ada, tapi jam 10 nanti!" Akang menggandeng tangan aku, ke ruang maka
Akhirnya, aku punya kesempatan untuk bisa duduk di meja guru lagi, seperti hari ini. Aku pikir, setelah musibah yang terjadi sama suamiku, aku akan murung, sedih, menyendiri, depresi dan bahkan menyakiti diri sendiri sampai pada akhirnya aku bakal menyerah menjadi guru. Karena semua itu, bakal mengingatkan aku pada sosok ustadz Husein.Tapi MasyaAllah, rupanya Allah maha baik dan masih mengizinkan aku untuk membagi ilmu dengan mereka, para santri wal santriwati yang masih percaya bahwa pendidiknya adalah orang yang berakhlakul karimah."Ustadzah, senang bisa melihat ustadzah lagi di ruangan komputer ini. Jangan sedih lagi ya. Kita semua selalu percaya pada ustadz dan ustadzah di sini."Salah satu santri yang aku kenal, dan memiliki kemampuan berlebih mengungkapkan isi hatinya dan itu cukup bikin aku terharu, pagi ini.Kepercayaan mereka, sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan semangat pengajar yang ada di pondok ini. Gak berlaku untuk aku aja, tapi untuk semuanya."Terima kasih ya
Akang akhirnya menyetujui kontrak kerjasama itu, dan akan menandatangani nya ketika sudah sampai di studio penyiaran kota Bandung. Aku harus ingat, bahwa ini adalah rutinitas baru yang paling tidak, butuh waktu lebih lama untuk adaptasinya.Mulai bangun pukul empat pagi, menyiapkan sarapan untuk anak-anak, bajunya, dan setelah sholat subuh kita berangkat.Retno juga aku berikan fee untuk satu jam lebih awal, karena kan dia harus stay dari jam lima pagi. Tapi setelah itu, jam tujuh nya aku juga sudah pulang dan punya waktu lebih banyak dengan mereka.Hooammm! Aku menguap beberapa kali, sampai mungkin suaraku gak enak di dengar dan ganggu aktivitas menyetirnya dia."Masih ngantuk ya, atau karena suasana dingin, jadi hawanya ngantuk banget?" tanya Akang mencoba untuk menyegarkan aku lagi dengan percakapan ini."Iya mungkin ya, soalnya ini pertama kalinya kita berkendara subuh-subuh ke stasiun siaran. Jalan aja masih sepi banget tuh!" Aku lihat Akang menepikan sedikit mobilnya dan mengge
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G