Akhirnya, aku punya kesempatan untuk bisa duduk di meja guru lagi, seperti hari ini. Aku pikir, setelah musibah yang terjadi sama suamiku, aku akan murung, sedih, menyendiri, depresi dan bahkan menyakiti diri sendiri sampai pada akhirnya aku bakal menyerah menjadi guru. Karena semua itu, bakal mengingatkan aku pada sosok ustadz Husein.Tapi MasyaAllah, rupanya Allah maha baik dan masih mengizinkan aku untuk membagi ilmu dengan mereka, para santri wal santriwati yang masih percaya bahwa pendidiknya adalah orang yang berakhlakul karimah."Ustadzah, senang bisa melihat ustadzah lagi di ruangan komputer ini. Jangan sedih lagi ya. Kita semua selalu percaya pada ustadz dan ustadzah di sini."Salah satu santri yang aku kenal, dan memiliki kemampuan berlebih mengungkapkan isi hatinya dan itu cukup bikin aku terharu, pagi ini.Kepercayaan mereka, sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan semangat pengajar yang ada di pondok ini. Gak berlaku untuk aku aja, tapi untuk semuanya."Terima kasih ya
Akang akhirnya menyetujui kontrak kerjasama itu, dan akan menandatangani nya ketika sudah sampai di studio penyiaran kota Bandung. Aku harus ingat, bahwa ini adalah rutinitas baru yang paling tidak, butuh waktu lebih lama untuk adaptasinya.Mulai bangun pukul empat pagi, menyiapkan sarapan untuk anak-anak, bajunya, dan setelah sholat subuh kita berangkat.Retno juga aku berikan fee untuk satu jam lebih awal, karena kan dia harus stay dari jam lima pagi. Tapi setelah itu, jam tujuh nya aku juga sudah pulang dan punya waktu lebih banyak dengan mereka.Hooammm! Aku menguap beberapa kali, sampai mungkin suaraku gak enak di dengar dan ganggu aktivitas menyetirnya dia."Masih ngantuk ya, atau karena suasana dingin, jadi hawanya ngantuk banget?" tanya Akang mencoba untuk menyegarkan aku lagi dengan percakapan ini."Iya mungkin ya, soalnya ini pertama kalinya kita berkendara subuh-subuh ke stasiun siaran. Jalan aja masih sepi banget tuh!" Aku lihat Akang menepikan sedikit mobilnya dan mengge
Aku mendengar notifikasi pengingat dari handphone. Setelah aku periksa ternyata itu pengingat di tanggal 07 Januari, aku sampai lupa hari lahirku. Yang aku ingat adalah tanggal 13 Maret, hari lahirnya kedua anakku, dan 24 Mei, hari ulang tahun suamiku.Terakhir aku merayakan ulang tahun bertiga bareng anak-anak aku. Di sebuah tempat bergengsi, di mana kenyamanan menjadi nomor satu. Yapsss, di mana lagi, kalau bukan di kamar tidur!!"Kok sepi ya, pada ke mana semua orang?" gumam aku dalam hati sambil melihat jam dinding, dan sekarang pukul setengah tiga siang. Sejak pamit tidur siang ke Akang, kok sekarang justru aku gak menemukan siapa-siapa di rumah."Apa satu orangpun gak ada yang ingat, ulang tahun aku?"Begitu keluar kamar, ngecek kehidupan orang-orang itu, aku justru menemukan rumah yang sepi dan tidak ada siapa-siapa. "Akang dan anak-anak ke mana? Kok cosplay horor begini?"Aku coba menelepon ke nomor suamiku, tapi jawaban yang kudengar adalah suara nomor yang sedang tidak akti
Aku udah kayak burung dalam sangkar yang terbang bebas, menikmati perjalanan ini layaknya healing my self dari semenjak aku menikah.Langit pun turut mendukungnya, dari balik kaca mobil, langit seperti lukisan tercantik dari yang pernah aku lihat. Warna birunya sangat luas terbentang menaungi kita, ditambah hiasan warna putih dari awan-awan itu membuat mega Bandung semakin terlihat indah. Sesekali aku masih mencoba menyambungkan telepon ke nomor Akang, tapi karena gak ada jawaban terus, ya udah deh!"Hari ini, aku mau shoping!" teriak aku dengan semangat.Lalu beberapa menit kemudian aku sudah sampai di depan mall, dan sibuk memarkir mobil di tempat yang terdekat dengan pintu masuk. Sesudah itu, aku tinggal muter-muter di sini cari toko Bookmedia, yang dimaksud oleh Akang.Aku lihat sepanjang jalan, banyak banget pasangan muda-mudi yang sedang bermain di sini. Ada yang makan, ada yang cuma jalan kaki sambil genggaman tangan, ada yang lagi memilihkan baju, pokoknya mereka so sweet deh
Selama berada di mall, aku baru sadar ponsel aku kosong, dan gak ada siapa pun yang menghubungi. Aku memanggil nomor telepon Akang, juga tetap gak diangkat.Mereka sengaja ngerjain aku kali ya? Awas aja, nanti aku kerjain balik.Alhamdulilah, aku sudah sampai di rumah, dan memarkirkan mobil di tempatnya lagi. Aku keluar dari kursi pengemudi dan menenteng dua kresek besar, tapi tiba-tiba aku masih terpaku di tempat. Baru saja aku dikejutkan oleh pintu rumahku yang sedikit terbuka. Aku sangat yakin tadi sudah menutup pintu dengan rapat bahkan aku juga menguncinya, "tapi kenapa bisa terbuka ya?" batinku.Aku menelan ludah dan memberanikan diri untuk mengecek ada apakah di dalam rumah.Ada santri yang lewat pun, aku berhenti kan."Gina, tadi rumah ustadzah terkunci, itu kenapa kebuka begitu ya? Lihat ada orang masuk ke dalam gak?""Maaf ustadzah, saya tidak lihat siapa-siapa. Dari tadi sudah terbuka begitu.""Oh ya? Wah, ini beneran ada yang gak beres deh!""Kenapa ustadzah?""Ah tidak a
Akang yang sejak tadi di sampingku, yang tadinya meledek, sekarang justru dia sibuk mengusap air mataku, dan Ayah yang menepuk punggungku.Setelah merasa enakan, aku pun merapikan kembali seluruh belanjaan yang tadi sudah diacak-acak sama ibuku. Menunggu suasana kembali normal, kami semua duduk di ruang tamu, di depan sebuah kue yang di atasnya, tentu tidak ada lilin menyala satu pun, hanya ada kue aja. Ingat, meniup lilin itu adalah perbuatan bangsa Yahudi jahiliah sebelum mengenal islam, dan hukumnya haram. Yang belum tahu, dosa kemarin dimaafkan. Yang sudah tahu, jangan diulangi lagi ya!!"Alhamdulilah ya Allah, semua orang yang aku sayang ada di sini, berkumpul pada hari ulang tahun aku. Meski jatah umurku dikurang satu tahun, tapi aku bahagia." Semua memberikan senyuman tulusnya padaku, sampai aku tak berhenti meneteskan air mata yang terus mengalir."Udah Ay, habis air matanya nanti." Akang yang dari tadi sibuk menghapus air mataku, karna dia yang duduk paling dekat denganku.
Barokallah, acara makan malam ini seperti sebuah pesta untuk merayakan semua ujian yang sudah kami lewati dalam empat tahun pernikahan kami. Ibu memasak, Ayah memanggang kan daging dan kami menikmati momen ini bersama-sama.Pas kebetulan, hari ini ulang tahun aku.. jadinya kita sekalian memotong kue.Kalau ditanya, ada kah harapan buat diri sendiri?Aku gak pernah berharap apapun, karena selama ini Allah selalu memberikan apapun yang aku inginkan..Aku ingin, diberikan kesempatan untuk bertaubat dan mejadi istri yang baik untuk Akang, sudah diberikan.Aku ingin selamat dan hidup kedua kalinya dari kondisi kritis itu, maka aku ada di tahun 2022 ini sekarang.Aku minta, ingin melahirkan ditemani suami, alhamdulilah saat itu dia ada. Aku berharap Allah memberikan jalan keluar dan membebaskan Akang, dan ternyata Allah juga mengabulkan itu. Laki-laki yang sekarang, lagi duduk di sampingku, kemudian dia tertawa, dan bermain bersama anaknya.Terus aku mau harapan yang seperti apa lagi? Cuku
Selesai sudah momen makan di pinggiran jalannya, dan kita lagi dalam perjalanan pulang ke pondok lagi.Suasana jalan raya masih sama seperti berangkatnya tadi, karena masih pukul setengah sembilan malam."Oh ya, terima kasih banyak atas pemberian jam tangannya." Kita kembali bergandengan tangan."Suka?""Suka lah, pemberian dari istri kok!"Aku pun tersipu malu, dan lebih mengeratkan jari jemariku dalam genggamannya."Tapi kok kamu bisa sih Ay, ngasih kita barang satu-satu gitu, dari mana belajarnya coba?" Dia membahas tentang berbagai hadiah itu juga akhirnya, aku menghentikan langkahku sebentar."Jadi itu,.niat aku kan cuman ngambil kitab Akang aja, tapi aku mikir kalau kalian semua selalu baik sama aku, dan aku belum sempat membalasnya. Kalau misalkan aku ngasih hadiah, kan nggak terlalu buruk ucapan terima kasihnya," ungkap aku selanjutnya sambil menatap mata elangnya yang syahdu itu.Aku beruntung mengenal Akang dan keluarga pondok Al-Aqso."Gak bisa, ayok ikut saya sebentar!""K
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G