Share

Iri itu Sifat Manusiawi

"Ini kalau boleh tahu, saya siaran di gedung televisi yang ada di Bandung kan? Saya tidak harus pulang pergi ke Jakarta?"

"Benar ustadz, jadi untuk mempersingkat waktu saja. Siaran hari ini, untuk ditayangkan besok. Jadi seperti itu terus selama enam hari dalam sepekan."

"Nanti suami saya hubungi lagi ya, Mas. Kita harus diskusi juga sama ibu, apakah beliau setuju atau tidak." Aku menyahut, supaya dia tahu alasan kita harus berdiskusi dulu.

"Baik kalau begitu, Pak, Bu. Nanti kabari saja di nomor saya itu, tapi tolong jangan terlalu lama ya. Sebab pihak penyiaran juga menanti jawabannya."

"Ingsyallah, kemungkinan nanti sore saya akan memberi jawaban."

"Siap ustadz , saya tunggu kabarnya. Kalau begitu, saya permisi, ya. Assalamualaikum."

Aku dan Akang serentak menjawab salamnya dan menutup pintu ketika dia sudah benar-benar keluar dari rumah kami.

"Yuk sarapan, saya habis ini mau ngajar. Kamu ada jam komputer juga?"

"Ada, tapi jam 10 nanti!"

Akang menggandeng tangan aku, ke ruang maka
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status