Selesai sudah momen makan di pinggiran jalannya, dan kita lagi dalam perjalanan pulang ke pondok lagi.Suasana jalan raya masih sama seperti berangkatnya tadi, karena masih pukul setengah sembilan malam."Oh ya, terima kasih banyak atas pemberian jam tangannya." Kita kembali bergandengan tangan."Suka?""Suka lah, pemberian dari istri kok!"Aku pun tersipu malu, dan lebih mengeratkan jari jemariku dalam genggamannya."Tapi kok kamu bisa sih Ay, ngasih kita barang satu-satu gitu, dari mana belajarnya coba?" Dia membahas tentang berbagai hadiah itu juga akhirnya, aku menghentikan langkahku sebentar."Jadi itu,.niat aku kan cuman ngambil kitab Akang aja, tapi aku mikir kalau kalian semua selalu baik sama aku, dan aku belum sempat membalasnya. Kalau misalkan aku ngasih hadiah, kan nggak terlalu buruk ucapan terima kasihnya," ungkap aku selanjutnya sambil menatap mata elangnya yang syahdu itu.Aku beruntung mengenal Akang dan keluarga pondok Al-Aqso."Gak bisa, ayok ikut saya sebentar!""K
Hadiah apa setipis itu? Mulai deh, kepalaku overthinking dengan amplop mungil yang dia pegang. "Apa itu?""Buka aja, tapi jangan terlalu terkejut ya!" Nah kan, pas dia bilang begitu, aku malah semakin penasaran sama isinya. Semoga bukan semacam amunisi diajak seneng duluan, taunya malah ditinggalin atau ini dokumen perjanjian pernikahan kayak di serial televisi yang kemarin aku tonton.Padahal cuma kertas doang aku deg-degan banget."Hah?!?!?!" Aku mengucek mata lagi, menyempitkan penglihatan barangkali aku yang salah lihat. "Ini apa?"Akang lebih mendekatkan jaraknya padaku, lalu memegang kedua bahuku."Liburan yuk, berdua!"Kertas yang aku pegang adalah dua lembar tiket liburan ke Korea Selatan yang sempat kita tunda waktu itu. Refund uang tiket sudah keluar, dan ternyata suamiku berinisiatif untuk membelikannya sebuah tiket lagi.Tapi kali ini agak berbeda, yang sebelumnya berempat Akang justru menginginkan kita hanya liburan berdua saja."Ishh!" Aku menepiskan kedua lengan Ak
"Ayah belum tidur?" tanya aku dan Akang secara bersamaan."Belum lah, lagi nunggu anak gadis ayah sampe jam 10 malam kok belum pulang?" Aku dan Akang tertawa saling menatap."Padahal Reynata mau dibawa kabur ke lubang tikus aja bukan urusan ayah lagi!" timpal aku kemudian."Iya benar itu! Tapi Ayah mau bicara dulu sama kamu, boleh gak?" Dia menatap Akang serius."Oh boleh lah Ayah, silakan. Kalau begitu saya masuk dulu ya Ay, mau lihat anak-anak."Aku mengangguk mempersilakannya masuk duluan.Kini di teras, sisa aku dan Ayah yang kelihatannya dia mau membicarakan sesuatu."Kenapa Ayah, kayaknya serius banget?""Enggak ada apa-apa, Ayah cuma kangen ngobrol berdua sama kamu. Gimana rasanya melihat suami kemarin hampir dipenjara, pasti takut yah?"Duh pakek ditanya lagi, Ayah suka iseng deh. "Bukan cuma takut Ayah, aku sampai hampir berpikiran untuk bunuh diri kalau sampai Akang dijebloskan ke dalam penjara.""Hush, gak boleh bilang begitu. Kasian anak-anak kamu, udah abinya masuk penjar
"Kenapa melamun di depan kaca? Pasti ada hal serius yah yang kamu dan Ayah bicarakan kemarin?"Kehadiran Akang sukses memecahkan lamunanku sejak kita bangun tidur beberapa waktu lalu. Akang bergegas pergi ke masjid sedangkan aku cuma duduk-duduk tidak jelas di depan meja rias."Sudah pulang?" Ini hari minggu, dan kita tidak melakukan siaran ceramah subuh. Ditambah empat hari lagi, Akang akan mengajukan cuti untuk liburan, jadi kita memiliki waktu santai lebih banyak."Sudah, para santri dan santriwati lagi diarahkan buat bebersih di sekitar pondok, dan sebentar lagi saya nyusulTadinya mau ajak kamu, tapi kok sepertinya istri saya ini lagi galau, ada apa?"Aku memasang wajah gusar yang gampang ditebak sih, makanya ketika dilihat oleh Akang, dia langsung bertanya-tanya."Ngobrol apa semalam sama Ayah?" tanya dia lagi dengan topik yang sama. Mungkin menurutnya, sebelum aku ngobrol sama Ayah, aku baik-baik aja. Setelah malam tadi, dan usai bangun tidur aku jadi orang yang berbeda. Yah, c
Akhirnya, aku excited banget menyambut truk yang lagi menurunkan mobil baru untukku itu.Setelah ini, aku musti manjain atau lebih nurut sama suamiku, karena dia yang udah memberikan segalanya untuk aku. Bagi warga biasa seperti kita, dan pekerjaannya tidak tetap membelikan istrinya sebuah mobil itu udah luar biasa banget loh!Aku sampai mencubit sedikit kulitku, untuk mengetes bahwa aku tidak lagi mimpi."Uma, itu mobil Zulfikar kan?""Bukan, itu mobil Zula yaa!!" Mereka gemes banget sih, saling mengklaim bahwa mobil itu miliknya. Padahal tubuhnya aja baru seukuran ban mobilnya.. Aku menunduk untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya. "Iya anak Uma, itu mobil untuk kalian berdua. Nanti kita jalan-jalan ya!""Horeee!" Berteriak sambil loncat-loncat adalah gaya khas mereka kalau lagi kegirangan."Terima kasih ya suamiku, hadiah ini sebetulnya berlebihan sih. Tapi aku terima dengan lapang dada," ungkap aku sambil memeluk tubuhnya yang lagi berdiri memperhatikan truk itu menurunkan mobiln
Berhubung sampai selesai mandi mereka gak kunjung bangun, terpaksa lah kita angkut saja dan kita biarkan dia tidur di mobil dengan kids chair supaya mereka nyaman.Kalau diminta untuk bangun, eh malah gak bangun. Tapi kalau kita berharap mereka tidur lebih lama supaya kita bisa istirahat, tahunya malah bangun paling awal. Itu namanya bocil, gemes!"Kasian anak-anak sampai harus ditidurkan di mobil hehe," kata aku dalam perjalanan menuju alun-alun pagi ini."Kalau kasian, entar kita gak jadi berangkat aja deh!" Aku mendelik tajam dengan ocehannya itu, "eh jangan dong. Akang gak tahu aku kena insomnia dadakan, gara-gara mikirin hari ini jadi berangkat atau enggak!""Kenapa kok kamu sebegitu cemasnya kalau gak jadi berangkat? Manusia hanya bisa berencana, tetapi Allah yang mengatur semuanya."Lama aku gak mendengar ceramahnya, serasa masih pengantin baru yang masih sama-sama egois dan cari pembenaran atas tingkahnya.Mungkin dia merasa aku jauh lebih baik dari awal-awal menikah, jadi ak
Ya Allah, kali ini apa lagi?Apakah memang keberangkatan aku ke negara itu gak pernah diridhoi oleh Engkau, ya Allah?Kenapa harus membuat Zulaikha menghilang pagi ini? Aku mulai merasa kenapa dunia gak adil untukku."Zulaikha, kamu di mana nak? Ini Umaa?"Aku terus berteriak memanggil namanya yang gak kunjung ada sahutan itu."Zulaikha?? Ini Abi nak, kamu di mana?" Kita berpencar satu-satu untuk mencarinya, sedangkan akau menggendong Zulfikar.Retno tadi berkata bahwa Zulaikha haus dan minta minum, jadi dia pergi ke kios sebentar untuk membeli air. Padahal lokasi anak kecil itu gak jauh dari dirinya, tapi dalam sekejap mata Zulaikha sudah tidak terlihat lagi."Nak, coba bilang sama Uma, tadi Zula pergi ke arah mana?"Zulfikar pun selalu menggeleng, karena dia juga sejak tadi fokus pada balon karakter Spiderman kesukaannya.Ya Allah, aku mau mati aja rasanya! "Ketemu, Kang?" Aku bertanya pada suamiku yang menyusuri semak-semak di belakang tugu alun-alun."Tidak ada Ay, saya lapor po
Supaya gak sedih banget, aku cuma minta dianterin sama Ayah aja sampai bandara dan anak-anak gak perlu ikut. Soalnya, kalau mereka ngekor sampai bandara, kemungkinan besar mereka merengek ikut, atau aku yang gak tega pergi.Bagaimanapun mereka adalah bocil-bocil berwajah polos yang pengen aku bawa ke manapun perjalanan aku. Jadi, Akang mengambil jalan tengah itu.Meski di luar kelihatan tegar, tapi nyatanya hati Akang begitu kecil dan rindu mereka. Dia lah yang sepanjang jalan, bercerita tentang kelucuan Zulfi dan Zula yang suka bermain dengannya."Rey, kayaknya suamimu yang paling kangen nanti sama anak-anaknya," celoteh Ayah, yang sedang memarkirkan mobilnya di area parkir bandara. Sengaja aku gak turun di area drop out supaya bisa memiliki waktu lebih banyak dengan Ayah."Iya tuh, maka tadi di rumah Akang yang berusaha menguatkan aku, eh sepertinya dia yang gak kuat."Orang yang lagi kami gosipkan sudah turun duluan mengambil troli dan menghampiri di mana mobil ini berada.Kalau ba
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G