Kita sudah sampai di gedung pengadilan satu jam setengah sebelum sidang dilaksanakan. Untungnya, Pak Lutfi sudah dapat izin agar kita semua bisa lebih dulu bertemu Akang sebelum sidang dimulai.Gak perlu nunggu lama lagi, aku langsung berlari menuju ruangan penahanan yang sudah disediakan. Aku kan perlu bicara sama Akang tentang saksi ini!Begitu aku dan Sarah mau masuk ke dalam ruangan itu, tapi tubuh Sarah ditahan oleh Pak Lutfi dan hanya membiarkan aku saja yang masuk ke dalam."Biarkan mereka bertemu secara berdua dulu Mba Sarah," kata Pak Lutfi yang aku respon dengan wajah bingung."Masuk saja Bu, suami ibu sudah menunggu." Karena aku gak mau menyia-nyiakan waktu, aku gak menggubris permintaan Pak Lutfi dan bergegas masuk ke dalam.Kulihat, Akang lagi duduk di kursi menundukkan kepalanya, dan diangkat begitu mendengar suara pintu terbuka."Reynata, ya Allah! Kamu ini!!" Tatapannya sangat sendu sekali, aku gak kuat ditatap seperti itu."Apa? Kenapa dengan aku, Akang? Aku udah berh
"Pak, ini kenapa dibawa ke ruang sidang? Bukannya sidang dimulai pukul 11 ya?" Aku bertanya pada dua orang polisi itu."Tidak Bu, sidang di mulai pukul 10 pagi, ini sudah lebih 15 menit juga. Kami permisi ya," jawab polisi itu yang aku respon dengan ekpresi heran. Akang menatapku dan menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya kita dipisahkan lagi. Aku tahu, itu berarti Akang memang gak mau ikuti permintaan dariku.Bentar, kalau Akang dibawa, terus ijab qobulnya kapan? Bukannya sesuai rencana akan dilakukan sebelum sidang?"Hmm Sarah, ini mba juga gak tahu kalau sidangnya ternyata pukul 10, jadi ini kenapa kita kehilangan waktu...""Mba! Udah, kita ke persidangan dulu aja, itu yang lebih penting. Semua bukti sudah aku serahkan ke pengacara kalian. Ayok masuk ke dalam, kita bisa kehilangan banyak waktu, nanti!" Sarah menarik tangan aku, dan kita berjalan menuju ruangan sidang.Alhamdulilah, ternyata dia bersedia untuk bersaksi walau tanpa ada pernikahan terlebih dahulu. Aku dan dia berla
Awalnya Jaksa protes dan meminta Pak Hakim untuk menolak Sarah saat akan memberikan kesaksian, karena seorang budak, kesaksiannya tidak sah. Tapi Pak Lutfi buru-buru memberikan dokumen bahwa aku adalah orang yang telah membebaskannya dan Sarah bukan lagi seorang budak.Jangan heran, di negeri timur tengah begitu, perbudakan itu masih ada, apalagi di daerah-daerah pinggiran, salah satu buktinya adalah, ya Sarah ini."Saksi, silakan dilanjutkan kembali!" perintah Pak Hakim yang membuat kita akhirnya bernapas lega.Sarah menceritakan kronologis awal dia dan temannya itu bisa sampai bersembunyi di TKP. Dia bercerita sesuai yang sudah dia ceritakan padaku dan tertuang di dokumen itu tanpa perbedaan. Ciri-ciri pelaku yang memakai topi pun sama persis dengan bayangan seorang laki-laki yang tertangkap kamera dashboard."Instruksi Pak Hakim!" ucap si Jaksa menyebalkan itu, memotong pembicaraan."Ada yang mau disampaikan, dari Jaksa?""Saya mau bertanya pada saksi. Saudari Sarah, anda kan katan
"Baik, kami dari putusan para Hakim dan juri Pengadilan Negeri kota Bandung, telah sepakat dan memutuskan bahwa untuk kasus pidana Pasal 11 ayat (2), dan Pasal 338 KUHP yang didakwakan pada saudara Husein Alfarizi telah dinyatakan, dicabut!"Bersorak orang-orang di sana, mereka serentak mengucap hamdalah dan bertepuk tangan atas perkataan Pak Hakim.Alhamdulilah, aku langsung bersujud syukur bahwa suamiku telah bebas daei tuduhan itu. Ya Allah, terima kasih banyak. Ibu memelukku dan mengucapkan terima kasih dengan cucuran air matanya. "Mba, akhirnya.. Selamat ya, Mba!" Sarah juga tak kalah terharu, dan langsung memelukku."Rey, akhirnya perjuangan lo berakhir. Gak ada yang percaya suami lo begitu, bahkan Pak hakimnya!" sahut Clara menepuk bangga punggungku."Terdakwa yang bernama Husein Alfarizi, kami nyatakan tidak bersalah dan tidak ada kaitannya dengan peristiwa pembunuhan ini dan kasus yang terjadi, akan kami berikan langsung kepada negara yang bersangkutan. Maka sidang resmi kam
POV SARAH.~~~~~~~~~"Mba aku tidak akan menikah dengan suami Mba, tapi aku punya satu permintaan terakhir.""Apa itu? Katakan, apa yang kamu mau!""Sebentar saja, izinkan aku untuk bicara berdua dengan suami Mba, karena ada sesuatu yang mau aku katakan dan ini bersifat pribadi. Setelah itu, aku akan pergi dari kehidupan Mba."Aku ragu bakal diizinkan atau tidak, tapi syukurlah beberapa saat Mba Reynata meninggalkan ruangan ini dan menyuruh aku untuk menunggu suaminya datang.Kalian tidak percaya kan? Bahwa aku berubah pikiran ketika pertama kali memperhatikan wajah suami perempuan itu tadi, di ruang sidang.Kalian ingat, aku seperti pernah mendengar nama 'Rey' di satu tempat, ternyata setalah aku pikir-pikir lagi, aku punya sedikit cerita tentang laki-laki yang bernama Husein itu. Laki-laki yang pernah menyebut nama 'Rey' dalam panggilan teleponnya, di toko kue itu.Ku dengar pintu terbuka, dan dia sudah hadir di depanku, lalu menutup pintunya lagi.Aku gugup, karena ini pertama kali
Aku mengantar Sarah, ke stasiun terdekat karena dia harus berangkat menuju kota Yogyakarta, di mana dia akan tinggal bersama tantenya Clara yang kebetulan seorang janda, dan tidak memilki seorang anak. Tante Dian namanya, tepatnya adiknya dari ibu tiri Clara, yang alhamdulilah para sahabat aku ikut membantu mencarikan tempat yang terbaik untuk Sarah. Kita harus bertanggungjawab penuh padanya, karena kita yang membawanya.Tapi syukurlah, solusi yang diberikan Clara disetujui sama Sarah, dan hari ini dia akan berangkat menuju kota tersebut dengan menaiki kereta."Hati-hati ya Sarah, kabar Mba kalau sudah sampai di sana. Jaga diri baik-baik."Agak sedih sih, pisah sama Sarah karena kita berdua udah melewati banyak waktu berdua, tegang berdua, nangis berdua, nampar pipinya dua kali, aku nyengir inget itu.Kalau untuk kebaikan kita semua dengan cara seperti ini, ya apa boleh buat."Mba juga ya! Semoga pernikahan Mba langgeng terus, dan selamanya dengan ustadz Husein. Doakan aku ya Mba!"
"Ada apa Ay, serius banget natap handphonenya."Aku kemudian menaruh handphone ini, karena Akang menegurku."Ini loh, berita tentang kamu heboh banget di Instagram. Mana ada foto aku yang lagi pelukan sama kamu!"Suamiku nyengir pas lihat fotonya di cover berita. "Ya gak apa-apa lah, kita kan suami istri juga.""Iya sih, tapi kan orang-orang jadi tahu kalau Akang orangnya romantis!" Dia pun tersipu malu, karena aku."Syukurlah dari berita itu, semua kesalahpahaman yang saya alami bisa hilang. MasyaAllah, selama di dalam sel saya cuma bisa merenung, mengingat semua dosa. mungkin saya pernah menyakiti hati orang lain, mungkin saya pernah dzolim terhadap orang lain, sampai harus menanggung ujian yang begitu berat. Saya cuma bisa tafakur, mengingat siapa saja yang pernah sakit hati karena saya.""Termasuk si El Samuel itu kan?"Dia mengangguk yakin, "mungkin karena itu dia marah."Aku mendengar satu cerita dari Akang bahwa adik dari si Ikhsan itu, punya dendam yang gak jelas. Hanya karen
"kenapa Bu? Menyesal ya sudah berburuk sangka sama suami saya?"Suasana tegang ketika aku berteriak seperti barusam. Akang pun sampai heran sendiri, karena aku gak bisa mengontrol emosi dengan baik sampai meneriaki orang yang lebih tua."Hajar aja Mba, kasih pelajaran sama mereka!" Retno tak kalah berapi dan mendukung aku untuk lebih kejam. Keknya, kita berdua psikopat deh, No??"Retno diam, jaga mulutnya!" Akang memberi penekanan pada Retno untuk diam dan tidak usah mengompori aku terus."Mana yang kemarin menghina suami saya? Ngata-ngatain sesuka hatinya? Sekarang mau minta maaf gitu?"Melihat aku di luar kendali begitu, Akang dengan sigap menarik tubuhku dan membawaku ke belakang tubuhnya. "Maafkan istri saya Bu, Pak, dia sedang sensitif akhir-akhir ini!" Akang berusaha mereda emosiku, dan juga emosi para orang tua itu yang bisa saja mencuat gara-gara perkataan aku."Tidak Pak ustadz, kami lah yang harus meminta maaf dan wajar saja beliau marah Pak, kami memang sedikit keterlalua