"Halo Pak Lutfi, tadi ada telepon ya?" Nada bicara ini, sengaja aku bikin seperti sedang meledek."MasyaAllah Bu, hampir aja saya ikut tidur di dalam sel, gara-gara ponsel saya disita sama seseorang. Bisa dihitung kan, berapa panggilan masuk ke nomor Ibu?" Ini, antara aku pengen ketawa atau sedih sih, soalnya aku merasa sedang melucu dan menyedihkan dalam waktu yang sama."Saya tahu Pak, ponsel saya sampai panas. Hampir meledak!"Dia terkekeh lirih, "bagaimana Bu? Apa yang terjadi? Tadi ketika ibu meminta video rekaman CCTV, tidak ada kabar lagi hingga malam ini. Ibu baik-baik saja, kan?" Pertanyaan dari Pak Lutfi rasanya gak bisa aku jawab dengan cepat. Dikatakan aku baik-baik aja, dari mana? Hatiku hancur lebur!Tapi mau bilang aku kenapa-kenapa, pasti akan mengkhawatirkan keluarga semua termasuk Akang. Aku gak mau nambah-nambah beban buat mereka!Biarin lah, untuk kali ini aku yang mengalah. Ingat tidak? Saat-saat pertama menikah, betapa besar pengorbanan Akang yang selalu mengalah
Singkat cerita, pada akhirnya Sarah sudah percaya dengan ucapanku dan akhirnya dia bersedia membantu aku untuk mencari pemilik dari toko baju itu. Kita hanya membutuhkan rekaman dari kamera yang tersimpan di truk itu.Dia meminta bantuan dari kenalannya yang bekerja di tempat tersebut, ajaibnya dalam kurun waktu kurang dari satu jam, kita sudah diberikan alamat di mana toko itu pindah.Lihat kan? Ternyata segampang ini untuk mendapatkan alamat pemilik dari toko baju, ketika akhirnya aku memutuskan untuk mengalah. Memang benar kan? Allah itu baik, membantuku dengan jalan yang sangat mudah."Aku deg-degan Mba, ini saatnya kita mengetahui kebenaran yang sesungguhnya!""Mba juga, Sarah, video ini yang pada akhirnya membuka jalan kebenaran itu!"Begitu tombol play ditekan, nampak lah pemandangan jalan raya yang sepi dari pukul 21.47 saat truk itu tiba untuk mengangkut barang. Kita mempercepat tayangan ke pukul 23.00 di mana suamiku sedang berjalan di sekitar area tersebut. Sayangnya truk
"Pokoknya, jangan memikirkan hal lain. Jangan pikirin bagaimana ribetnya mengurus kepergian kita kembali ke Indonesia, itu biar jadi urusan aku," kataku sebelum kita akan berpisah malam dulu malam ini.Karena itu, aku cuma meminta dia untuk menjaga kesehatan, dan jangan berpergian ke tempat yang jauh.Aku tinggal membayar uang sekitar 50 juta rupiah untuk membebaskan dia ke orang yang memiliki dia.Sekembalinya aku ke penginapan, aku langsung mendatangi Madam untuk mengatakan bahwa bukti yang menyatakan Akang tidak bersalah sudah aku dapatkan.Aku mengunjungi rumahnya, dan melihat dia sedang duduk termenung di depan televisi yang menyala, namun tak ditontonnya."Madam? Apakah sedang sibuk?" Maksudku adalah pada tayangan televisi itu."Ah tidak, sini masuk Nak!" ucap dia dan mempersilakan aku duduk di sampingnya. Tapi karena sangat bahagia, aku justru tidak tahan untuk tak memeluk dirinya."Madam, i'am verry happy. Aku sudah mendapat bukti itu, sebentar lagi nama suamiku akan bersih la
Pak Lutfi mengambil peranan besar dalam pembuatan ID dan juga paspor baru untuk Sarah melalui koneksinya, hingga akhirnya kedua benda itu sudah jadi, dan ada di tanganku sekarang.Semua bukti yang kami miliki, sudah tersusun rapi dan disimpan dalam bentuk dokumen dan juga salinan flashdisk lalu benda itu aku berikan pada Sarah, sesuai kesepakatan awal.Aku tidak curang kan? Bisa aja di tengah perjalanan aku kabur dan mengkhianati Sarah demi kepentingan aku sendiri. Tapi aku gak selicik itu. Aku gak pernah diajarkan untuk menjadi manusia jahat oleh suamiku dan lingkungan aku.Tapi misal aku tetap nekad melakukan itu, apakah setelahnya aku bakal hidup dengan tenang? Pasti tidak akan pernah! Jadi lebih baik aku ikuti saja alurnya, sesuai yang sudah diberikan oleh Allah."Mba? Ini serius? Nama aku Sarah Az-Zahra dan ini pasport? Aku bukan lagi, seorang budak dari mereka?" Dia menerima kartu identitas itu. Melihat wajahnya yang bahagia, membuat penyesalan yang aku rasakan sedikit berkurang
Kita sudah sampai di gedung pengadilan satu jam setengah sebelum sidang dilaksanakan. Untungnya, Pak Lutfi sudah dapat izin agar kita semua bisa lebih dulu bertemu Akang sebelum sidang dimulai.Gak perlu nunggu lama lagi, aku langsung berlari menuju ruangan penahanan yang sudah disediakan. Aku kan perlu bicara sama Akang tentang saksi ini!Begitu aku dan Sarah mau masuk ke dalam ruangan itu, tapi tubuh Sarah ditahan oleh Pak Lutfi dan hanya membiarkan aku saja yang masuk ke dalam."Biarkan mereka bertemu secara berdua dulu Mba Sarah," kata Pak Lutfi yang aku respon dengan wajah bingung."Masuk saja Bu, suami ibu sudah menunggu." Karena aku gak mau menyia-nyiakan waktu, aku gak menggubris permintaan Pak Lutfi dan bergegas masuk ke dalam.Kulihat, Akang lagi duduk di kursi menundukkan kepalanya, dan diangkat begitu mendengar suara pintu terbuka."Reynata, ya Allah! Kamu ini!!" Tatapannya sangat sendu sekali, aku gak kuat ditatap seperti itu."Apa? Kenapa dengan aku, Akang? Aku udah berh
"Pak, ini kenapa dibawa ke ruang sidang? Bukannya sidang dimulai pukul 11 ya?" Aku bertanya pada dua orang polisi itu."Tidak Bu, sidang di mulai pukul 10 pagi, ini sudah lebih 15 menit juga. Kami permisi ya," jawab polisi itu yang aku respon dengan ekpresi heran. Akang menatapku dan menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya kita dipisahkan lagi. Aku tahu, itu berarti Akang memang gak mau ikuti permintaan dariku.Bentar, kalau Akang dibawa, terus ijab qobulnya kapan? Bukannya sesuai rencana akan dilakukan sebelum sidang?"Hmm Sarah, ini mba juga gak tahu kalau sidangnya ternyata pukul 10, jadi ini kenapa kita kehilangan waktu...""Mba! Udah, kita ke persidangan dulu aja, itu yang lebih penting. Semua bukti sudah aku serahkan ke pengacara kalian. Ayok masuk ke dalam, kita bisa kehilangan banyak waktu, nanti!" Sarah menarik tangan aku, dan kita berjalan menuju ruangan sidang.Alhamdulilah, ternyata dia bersedia untuk bersaksi walau tanpa ada pernikahan terlebih dahulu. Aku dan dia berla
Awalnya Jaksa protes dan meminta Pak Hakim untuk menolak Sarah saat akan memberikan kesaksian, karena seorang budak, kesaksiannya tidak sah. Tapi Pak Lutfi buru-buru memberikan dokumen bahwa aku adalah orang yang telah membebaskannya dan Sarah bukan lagi seorang budak.Jangan heran, di negeri timur tengah begitu, perbudakan itu masih ada, apalagi di daerah-daerah pinggiran, salah satu buktinya adalah, ya Sarah ini."Saksi, silakan dilanjutkan kembali!" perintah Pak Hakim yang membuat kita akhirnya bernapas lega.Sarah menceritakan kronologis awal dia dan temannya itu bisa sampai bersembunyi di TKP. Dia bercerita sesuai yang sudah dia ceritakan padaku dan tertuang di dokumen itu tanpa perbedaan. Ciri-ciri pelaku yang memakai topi pun sama persis dengan bayangan seorang laki-laki yang tertangkap kamera dashboard."Instruksi Pak Hakim!" ucap si Jaksa menyebalkan itu, memotong pembicaraan."Ada yang mau disampaikan, dari Jaksa?""Saya mau bertanya pada saksi. Saudari Sarah, anda kan katan
"Baik, kami dari putusan para Hakim dan juri Pengadilan Negeri kota Bandung, telah sepakat dan memutuskan bahwa untuk kasus pidana Pasal 11 ayat (2), dan Pasal 338 KUHP yang didakwakan pada saudara Husein Alfarizi telah dinyatakan, dicabut!"Bersorak orang-orang di sana, mereka serentak mengucap hamdalah dan bertepuk tangan atas perkataan Pak Hakim.Alhamdulilah, aku langsung bersujud syukur bahwa suamiku telah bebas daei tuduhan itu. Ya Allah, terima kasih banyak. Ibu memelukku dan mengucapkan terima kasih dengan cucuran air matanya. "Mba, akhirnya.. Selamat ya, Mba!" Sarah juga tak kalah terharu, dan langsung memelukku."Rey, akhirnya perjuangan lo berakhir. Gak ada yang percaya suami lo begitu, bahkan Pak hakimnya!" sahut Clara menepuk bangga punggungku."Terdakwa yang bernama Husein Alfarizi, kami nyatakan tidak bersalah dan tidak ada kaitannya dengan peristiwa pembunuhan ini dan kasus yang terjadi, akan kami berikan langsung kepada negara yang bersangkutan. Maka sidang resmi kam
POV: USTADZ HUSEINAlhamdulillah, jazakumullah ya Allah, tidak lelah lidah hamba mengucapkan kata syukur atas nikmat yang Allah berikan pada saya.Di usia yang menginjak 31 tahun ini, saya hanya ingin menghabiskan sisa waktu yang ada bersama istri, anak-anak, juga ibunda saya.Mereka lah penguat, penyemangat, penyembuh segala kerisauan yang selama ini saya rasakan.Terutama untuk istri saya, dia adalah wanita yang sangat hebat, wanita yang selalu membuat saya jatuh cinta ketika memandangnya. Wanita yang hanya akan saya cintai hingga akhir menutup mata. Apa yang terjadi pada kita terakhir kali di Korea sana, menjadikan saya banyak berpikir untuk lebih bijak dalam mengambil keputusan. Pertama, urusan apapun itu sebelum saya berkata iya atau tidak sebaiknya didiskusikan dan cari jalan keluarnya.Karena sejatinya, subhanallah wanita adalah mahluk yang harus kita sebagai laki-laki duluan lah yang mengertinya.Semakin kita egois, seorang wanita akan semakin kuat dengan pendiriannya.Saya
Aku membanting pintu taksi dengan kuat, setelah sebelumnya memberikan ongkos taksi sesuai tarif.Aku berlari menuju loket informasi, karena 30 menit lagi pukul empat sore."Excuse me, i wanna ask about the plane to Jakarta-Indonesia with Zhara Airline, already departed?"Dia memeriksa komputernya, dan menatap aku lagi. "No yet, now is waiting to boarding pass.""Oh, thank you." Informasi itu cukup meyakinkan aku bahwa aku tidak terlambat, lantas aku langsung saja berlari menuju gate 3 sesuai yang tertera di layar informasi.Aku gak mau kehilangan Akang, aku harus pulang bersama dia. Walau kakiku lelah, tapi aku berusaha mencarinya.Sampai akhirnya aku menemukan seorang laki-laki yang pakaiannya sangat aku kenal. Jas itu, adalah kado ulang tahun dariku, yang katanya jas favorit dan selalu dia pakai dalam momen penting. Dia berdiri menghadap ke jendela sambil memperhatikan prepare pesawat yang siap terbang.Lalu, perlahan-lahan aku berjalan mendekatinya dan dari arah belakang, aku mel
Aku heran, hatiku sepertinya mati sampai gak merasakan kesedihan sama sekali, bahkan sampai Akang lah yang mengantar aku sampai memesankan taksinya.Aku malah justru merasa bangga pada diri sendiri, karena aku berhasil menang dalam pertempuran kali ini.Biarlah, Akang merasakan rasanya harus mengalah dalam satu situasi.Ingat tidak? Dalam keadaan hamil, aku harus merelakan dia kuliah di luar negeri? Tiga tahun lamanya.Masa kali ini, untuk beberapa bulan aja dia gak sanggup? Gantian dong!Aku menatap ke luar jendela dan memperlihatkan bangunan yang tinggi dan megah itu. Kapan aku bisa setenar itu di sini?Tapi kok lama-lama, mataku ngantuk ya? Rasanya, aku pengen tidur sekejap saja untuk menghilangkan rasa kantuknya. Akhirnya, perlahan-lahan, kelopak mataku mulai sayu, dan pandanganku sedikit kabur. Sepertinya aku tertidur!!***"Jeogiyo Agashi, ulineun dochaghaeshi-imida." ( Permisi Mba, kita udah sampai)"Jeogiyo Agashi? Jhaisso-yeo?" (Apa kamu tidur?)Hah, Akang!!!!Gak sengaja aku
Satu Jam Yang Lalu~~~~Aku membuka pintu kamar hotel, karena keputusan aku sudah bulat, untuk sekali ini aja, izinkan aku menggapai impianku, biarkan suamiku mengalah, karena gak melulu harus aku yang kalah.Tapi setibanya aku diluar kamar hotelku, Akang kembali menghentikan langkahku dengan rasa panik yang luar biasa."Ya Allah Ay, tidak bisa kah berikan saya kesempatan untuk bicara sama kamu?"Ku jawab dengan menggelengkan kepala.Ada orang yang lewat, baik itu sesama tamu hotel, atau pegawai yang melihat keributan dari kita berdua. Tapi sesudahnya, mereka langsung saja acuh, karena rata-rata orang di sini, sangat tidak peduli dengan urusan orang lain."Oke sayang, oke! Ayo kita masuk dulu ke dalam dan biarkan saya sholat sunah dua rakaat dulu."Masuk ke dalam? Tidak mau lah, tentu! Sama saja menyuruh aku untuk berubah pikiran lagi, seandainya aku masuk ke dalam. "Aku mau pergi sekarang!" "Oke, Ay oke! Tunggu 10 menit di luar sini saja, ya. Kamu mau pergi dengan ridho saya atau t
Aku ingat, aku ingat laki-laki itu siapa.Aku ingat semua yang aku alami bersamaan laki-laki itu, dia adalah suamiku. Dia adalah laki-laki yang aku cintai, laki-laki yang cuma menjaga pandangan matanya untukku. Laki-laki yang mencintai aku lebih dari dirinya sendiri.Ya Allah, ini apa? Kenapa aku kembali pada tubuhku di lima tahun yang lalu?Kenapa dia tidak mengenali aku, kenapa dia berkata aku bukan muhrimnya.Sial! Aku mengumpat berkali-kali, tapi rasanya kata-kata itu tidak bisa dikeluarkan dari dalam mulutku. Aku hanya mengatupkan bibir, sambil terus mengeluarkan air mata yang semakin deras ini.Aku gak mau kehilangan dia!Aku gak mau dia tidak mengenali aku!Ya Allah, ingin rasanya aku teriak dan berkata dia suami aku! Mataku melihat dia yang sedang duduk bersila itu, sambil memegang mikrofon dan membaca sholawat pembuka.Bagaimana cara aku mengingatkan laki-laki itu, supaya dia juga ingat bahwa kita suami istri?"Ay, kenapa kamu nangis?" Seorang laki-laki bernama Reza itu tiba
Sepertinya tubuh aku dipaksa untuk melewati detik demi detik yang lagi berjalan ini, walaupun serasa seperti melayang, karena kaki aku tidak terasa menapak di bumi. Dari aku selesai mandi, pakai baju gamis yang udah disediakan, memakai riasan, aku seperti gak hidup.Menatap wajah aku di cermin, semua begitu abu-abu. Apa aku berada dalam dimensi lain? Apa aku sedang traveler ke lain waktu?Semua ambigu sekali.Tapi ya sudahlah, mungkin badan aku lagi gak sehat, jadinya pikiran aku kacau. Aku pun segera memakai jilbab, yang sebelumnya benda itu sangat jarang aku sentuh.Potongan sebuah momen pun tiba-tiba terlintas dalam benakku, ketika aku memasang jarum pada jilbab ini."Demi Allah, saya janji tidak akan pernah menyentuh tubuh Mba jika bukan Mba yang mengizinkannya. Saya janji tidak akan mengekang hidup Mba jika mba tidak melewati batas. Silakan hidup seperti biasanya, jika hijab masih berat silakan lakukan pelan-pelan. Cukup berbusana yang menutup tangan dan kakinya, ingsyallah saya
Hoaaammm... Alarm ini, kalau gak dimatikan rasanya bakal terus berdering sampai kiamat. Dengan malas aku meraih ponselku dan meski tanpa melihatnya, aku udah berhasil mendiamkan bunyi-bunyian yang melengking itu.Setelah menggeliat ke kiri dan ke kanan, aku menguatkan diri untuk bangun meski medan magnet antara tubuhku dam kasur ini kuat sekali."Jadwal gue, apa aja hari ini?"Tanggal 28 Januari, jadwal Reynata adalah pemotretan produk air mineral, dan icon ekspedisi yang terbaru. Syukurlah, mereka memakai aku untuk menjadi brand ambassador-nya, mereka gak salah pilih artis.Setelah dirasa tubuhku siap berdiri, aku langsung turun ke lantai bawah menemui menegerku."Morning Rey Kim, nyenyak tidurnya?"Aku sedikit terpaku melihat rumahku yang tertata lebih rapi, dan digelar karpet juga banyak hidangan di sana."Apa ini Om?" (panggilan Reynata untuk Pak Danu.)"Loh gimana sih, lupa ya? Hari ini kan selamatan rumah lo Rey, sekarang berkat kerja keras lo memilih peran itu, lo udah menghas
"Akang, aku dapat tawaran ini. Main di sebuah drama, jadi pemeran figuran. Untuk jilbab, nanti akan diganti rambut palsu, dan jangan khawatir sama baju. Aku akan dikenakan baju panjang setiap scene-nya"Setelah berdiri sekian lama, bertatapan dengan sangat serius sama Akang, aku pun berhasil mengatakan hal tersebut. Bahwa aku mendapat tawaran.Dia terdiam sambil melakukan aktivitasnya lagi mengemas baju ke dalam koper."Siap-siap, sebentar lagi kita berangkat ke Bandara," ujarnya tanpa melihat aku dan dapat dipastikan dia tidak mengizinkan aku mengambil peran ini."Kenapa? Aku bilang aku dapat tawaran, dan aku harus tinggal selama beberapa bulan untuk menyelesaikan proses syuting." Rasanya aku gak mau kalah, kali ini."Apa sih? Kamu itu sudah menikah, ada anak kamu di rumah, nunggu uma nya.""Apa artinya aku gak dibolehkan?""Buat apa kamu bertanya jika kamu sudah tau jawabannya?"Siap banget aku kalau disuruh bertengkar hari ini, sudah lama kita gak beradu otot. Selama ini aku seperti
"Maaf ya, Rey selama ini gak pernah jadi istri yang neko-neko sama Akang. Untuk sekali aja."Aku cuma berkata itu pada Akang, sebelum akhirnya aku memutuskan untuk turun ke lantai lobi dan bertemu pak Danu di sana. Dia menunggu aku di kursi khusus tamu dengan dua cup kopi di atas meja."Hai, lama ya nunggu?" sapa aku setelah duduk di hadapannya."Rey, Rey Reynata Adizti anak gue hellooo?? Bisa-bisanya lo nikah sama laki kek gitu? Apa hidup lo sama sekali gak tersiksa?"Sebelumnya, aku gak pernah terima kalau ada satu pun orang yang menghina Akang dengan contoh perkataannya apapun. Tapi aneh banget, aku seakan setuju sama Pak Danu dan baru saja berpikir "selama ini, aku bahagia karena memang bahagia atau karena terpaksa?" Aku berjuang mati-matian, mengurus anak aku saat berpisah dengan Husein, berjuang mati-matian mencari bukti untuk membela namanya. Tapi, untuk aku sendiri mana?"Dengerin Rey, lo gue ambil dari agensi menyebalkan itu, gue rawat lo, gue naikin nama elo sampai tenar G