oh iya, di season kedua ini akan lebih banyak pelajaran agama tentang tajwid ya.. hukum dan harkat membaca Alquran biar sempurna...
karena panggilan masuk, murrotal yang sempat dia putar di ponselnya pun otomatis terhenti. Sebelum menerima telepon, Husein melihat sekitar memastikan tidak ada yang bisa mendengarnya. Dia menjawab panggilan dari seseorang dengan matanya yang tak henti memandangi ambang pintu.Ekspresinya yang semula memiliki mood yang sepertinya bagus tiba tiba datar, ustadz tampan itu mencoba mendengarkan apa yang di bicarakan oleh seseorang di seberang sana."Jadi tidak ada cara lain?" tanya Husein dan dia kembali mendengarkan apa saja yang di bicarakan oleh seorang pria di seberang sana. "Saya akan melakukannya, tidak perlu memberi tahu dia. Saya yang akan bertanggung jawab penuh untuk hal itu, sementara jangan katakan apapun sampai saya sendiri yang mengatakannya.."Husein bergegas memutus panggilan ketika matanya menangkap sosok istrinya yang terlihat terburu buru menuruni tangga dengan melakukan panggilan, dia memperhatikan Reynata yang sudah siap dengan gamis berwarna biru langit dipadukan den
"Assalamualaikum bebsss..." Suaraku nyaris memecahkan kaca jendela kafe yang belum dibuka sama sekali ini. Sahabatku, cintaku itu bikin kejutan banget dengan tiba-tiba bilang pengen buka kafe di Bandung supaya teman-temannya bisa datang setiap hari.Iya, Nadine yang sudah dipersunting sama dokter Ilham yang domisili Bandung akhirnya menetap di sini.Aku ya apalagi, jangan ditanya! Ya otomatis, dia yang akhirnya mengalah lalu datang dengan sukarela ke Bandung bahkan merubah identitas di kartu tanda penduduknya menjadi warga Bandung.Emang anti mainstream banget sih dia."Waalaikumsalam.. nyonya Husein datang juga.." Wajar sih, kan aku telat.Clara dengan gaya lebaynya berlari menghampiri aku yang jalan perlahan karena gak bisa ikut lari juga. Maklum, lagi bawa barang pecah belah, harus hati-hati."Maaf telat, biasalah..""Habis digempur siang malem keknya!" goda Nadine yang rupanya sudah duluan datang. Ups, aku mengedarkan pandangan aku ke satu orang yang aku gak mengerti kenapa dia
"Gue setuju kalau Reza sama Nadine.""Gue juga, toh si Reza udah berubah jadi baik kok. Buktinya dia keterima jadi guru TK, yang notabene harus mempunyai sikap yang baik dan lemah lembut kan?"Nadine mengangguk setuju."Gue masih gak nyangka sih, kok bisa-bisanya si Reza jadi guru TK anak Lo Rey, kayak dunia ini tuh sempit banget."Aku pun Nad, aku orang pertama yang paling syok saat tau Reza ada di sekolah itu. Karena kalau dipikir-pikir, taman kanak-kanak di Bandung itu ada puluhan, bahkan ratusan tapi kenapa harus kerja di tempat anak-anak aku sekolah. Aneh banget kan?"Taulah, penguntit kali!""Hush!!" Nadine memekik saat aku asal ceplos aja. "Berapa bulan kandungan lo Rey? Gimana kehamilan kedua? Sekarang lo pasti manja-manja kan sama suami, gak kayak dulu!""Jalan empat bulanan lah, 11 mingguan. Dan Soal ngidam itu? Lo jangan kaget ya! Kebalik kali, malah Akang yang jatuhnya lebih manja. Dia yang ngalamin morning sicknes dan ngidam yang aneh-aneh.""Serius? Ih.. berarti dia cint
(Pov Author)"Di sini ustadz.."Sarah mengacungkan tangannya dengan tinggi agar Husein dapat menangkap keberadaan dia di antara banyaknya meja dalam restauran itu. Setelah menemukan wanita itu, Husein berjalan ke arahnya.Tepat seperti pesanan lelaki itu, meja yang tidak terlalu berdekatan dan tentu saja di kelilingi oleh banyak pengunjung. Husein, tetaplah seorang yang menjaga hatinya hanya untuk sang istri tercinta."Terima kasih karena Ustadz mau datang ke sini, saya tidak tahu mau minta tolong pada siapa lagi." (siyi tidik tihi mii minti tiling simi siipi ligi-pengen nendang si Sarah ke lumpur Lapindo)"Tidak apa-apa, saya juga sudah selesai dengan kegiatan di pondok. Sebelum berangkat ke tempat pembangunan pondok baru, saya menyempatkan diri ke sini!" terang Husein sambil asyik membaca buku menu.Sebetulnya Husein tidak ingin pesan apa-apa, tapi cara inilah dianggapnya paling baik ketika dia harus menghindari tatapan wanita lain yang bukan muhrimnya."Ustadz, apa mba Reynata belu
(Kembali POV Reynata?Ini sudah hampir pukul empat sore dan rasanya aku harus segera pulang karena katanya, Akang akan jemput aku dan tidak akan melebihi dari jam empat. jadi aku putuskan untuk pamit saja ke ketiga sahabatku itu sambil nunggu Akang datang.Tapi hampir setengah jam menunggu, Akang belum ngasih kabar dan menunjukkan tanda-tanda kehadirannya, dan itu tentu saja bikin aku cemas. Akang itu adalah orang yang selalu on time dan kalau harus telat, dia pasti gak bakal lupa ngasih kabar. Ke mana ya? Jadi cemas.."Rey, katanya mau dijemput, kok suami lo belum datang?" Reza yang habis selesai membereskan potongan kertas sisa dekorasi, berjalan ke arahku. Namun tidak terlalu dekat."Gak tau nih, tadi katanya gak sampai jam empat. Eh bentar-" Baru saja aku mengecek ponsel, ternyata sudah ada satu panggilan masuk dari orang yang kutunggu-tunggu kehadirannya sejak tadi. Tanpa berlama-lama lagi, aku langsung mengangkatnya."Assalamualaikum.. Akang ih, ini jam berapa?" Aku membelakangi
Maaf kalau ada typo, karena typo adalah manusiawi ahaaayyyy...Sepanjang perjalanan hening. Aku lebih suka mengalihkan pandanganku ke luar jendela, membiarkan hembusan angin menyapa lembut pipiku. Kututup mata menikmati sejuknya suasana ini sambil menenangkan diri, berujar beberapa kali bahwa perjalanan ini pasti baik-baik saja. Secara tiba-tiba aku merasa seperti Dejavu. Membuat Ingatan buruk itu terputar begitu saja. Bukan hanya tentang Reza yang menculik aku, tapi ketika aku melihat raut wajah Akang yang menahan sakit hati atas perselingkuhan yang pernah aku lakukan.Itu jauh lebih menyakitkan dari pukulan Reza saat menculikku.Hal yang sebenernya ingin aku lupakan adalah wajah kecewa akang saat itu. Huftt, aku memang payah."Udah sampai." Sekian lama memejamkan mata, aku disadarkan oleh interupsi Reza yang berkata kalau kita udah sampai. Yah, setidaknya aku aman hari ini, selamat sampai tujuan."Makasih banyak ya Pak Reza.""Iya sama-sama ibu Reynata.""Kalau gitu saya turun ya!"
"Ay...!!!"Aku menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namaku dan yang kulihat adalah lelaki yang wajahnya pucat pasi, berlarian mencari keberadaanku. Ya hanya aku sendiri yang ikut di mobil ambulance dan anak-anak bersama Retno.Aku putuskan untuk cepat-cepat membawa ibu, dan menyuruh akang untuk menyusul. Karena perjalanan dari lokasi pembangunan yang cukup jauh, aku takut semakin beresiko jika tetap memaksakan untuk menunggunya."Akang.." Begitu melihatku, Akang memeluk tubuhku dengan erat tanpa menekan perutku. Jujur saja, sampai detik ini kram itu masih terasa, hanya saja tidak separah tadi. Aku sudah konsul ke dokter kandungan selagi menunggu ibu diperiksa oleh dokter. Kata dokter kandungan itu sangat lumrah jika memasuki trimester kedua karena otot-otot perut semakin melebar dan tentu saja perut perlu adaptasi.Tapi aku memutuskan untuk tak memberitahu Akang karena aku gak mau menambah beban pikirannya."Apa yang terjadi.. saya sepanjang jalan panik Ay.. saya bahkan gak fo
Bagai mendengar petir di siang bolong. Bahkan ibu baru beberapa hari di rumah dan ini terjadi? Secepat ini?Tau gitu, mending kita menahan ibu untuk tetap di pondok kiayi Manshori daripada pulang dan akhirnya ibu jadi celaka.Kami memang meminta ibu untuk cepat pulang karena kami sangat rindu dengan kehadirannya.. Tapi bukan untuk seperti ini..Aku gak bisa membendung air mata, dan kuyakin muka ini sudah tak berbentuk lagi. Tapi hebatnya, lelaki di sampingku ini kelihatan begitu tegar. Walau kesedihan nampak di wajahnya, tapi dia tidak memperlihatkannya. Mungkin karena dia laki-laki, dan dia lebih hebat mengendalikan perasaannya."Nak.. sini..."Usai berperang dengan ego, kami pun memberanikan diri masuk ke ruang perawatan ibu dan yang terlihat pertama kali adalah sosok yang rapuh dan lemah sedang terbaring di kasur ditutupi selimut berwarna hijau."Ibu.. kenapa.. hikss.. kenapa.."Tapi, akhirnya pertahanan dia runtuh. Semakin mendekat ke dekat ibunya, semakin deras air matanya."Sstt
Dengan sangat perlahan Husein mendekati Rey yang tidur memunggunginya. dia memeluk tubuh kecil itu dari belakang sembari mencium kepala belakang Rey dengan sangat lama. Tak lupa sebelah tangannya juga mengelus perut bunci berusia lima bulan itu."Ana uhibbuka fillahi, Rey.. Demi Allah saya sangat mencintai kamu.. walaupun kamu milik Allah, tapi saya tidak mau Allah mengambilmu.."Tentu tak akan ada jawaban, karena Rey terlelap dalam tidurnya. Husein tahu mungkin saja istrinya itu kelelahan, sehingga sejak sore tadi menjadi lebih sensitif. Dan pikirnya, Masih banyak waktu untuk berbicara mengenai masalah mereka yang Husein tidak tahu karena apa, tetapi sepertinya Ini masalah serius. Dia akan menyelesaikannya besok pagi saat keduanya sudah merasakan tubuh yang segar.Tapi..Sayangnya ketika bangun tidur saat terdengar murrotal sebelum adzan subuh itu, Husein tidak menemukan Reynata. Pikir Husein, mungkin Rey ke dapur sedang memasak seperti hari-hari biasanya, jadi Husein hanya beranjak
Terdengar seperti kata-kata penuh ketegasan, dan seolah enggan mengatakan hal lebih dari itu. Jelas memang terjadi sesuatu pada istrinya, dan sukses membuat Husein tidak tenang."Rey, tatap saya dulu!"Reynata menoleh sejenak, menuruti perintah Husein tanpa mengatakan apapun."Jika kamu tidak keberatan, setelah makan malam, saya ingin berbicara denganmu."Meski sempat terdiam sebentar, Reynata kemudian hanya mengangguk dan mengatakan. "Ya!" dengan singkat. Baiklah, Husein tak akan menunda apapun lagi, dia mengambil tas yang dia simpan di sofa tadi lalu meninggalkan ruangan tersebut, dengan lemah masuk ke kamar mereka sembari sesekali melihat Reynata yang fokus menscrol ponsel dari arah belakang. Tubuh yang begitu lelah tak dirasanya lagi, justru Husein merasa sangat khawatir dan tak mau ini semakin berlarut-larut. Reynata, tidak pernah bersikap dingin padanya, selama ini sosok Reynata selalu mampu membuat Husein berdebar sepanjang saat. ***Waktu berlalu begitu cepat. Setelah bicara
Ketika Husein pulang ke rumah pada pukul setengah enam sore, ia mendapati istriinya sedang duduk menonton televisi. Wanita cantik itu terlihat segar karena sepertinya baru mandi, terlihat dari sisi kiri kanan bajunya yang masih kelihatan basah. Padahal tadi baru beberapa menit yang lalu Husein berkali-kali menghubungi Reynata untuk sekedar menanyakan mau pesan apa, atau mau makanan apa. Namun karena tak kunjung mendapatkan balasan Husein mengira Rey sedang sibuk.Dan apa yang dia lihat saat ini berbalik dengan pikirannya tadi. Justru ponsel yang tadi dihubungi Husein itu terlihat bertengger santai di atas meja tak jauh dari posisi duduk istrinya. Jelas Husein merasa heran karena Reynata tidak menyambut kehadiran dia seperti biasanya. "Assalamualaikum, Ay.." sapa Husein saat mencoba duduk di samping Istrinya."Waalaikumsalam." Hanya ucapan itu, tanpa menoleh tanpa embel-embel senyum dan teriakan kangen seperti biasanya. Duduknya pun tidak berpindah posisi bahkan televisi yang Rey to
"Loh itu kan mobil Akang?" Reynata jelas melihat siluet yang dia kenal, sedang duduk di dalam mobilnya, saat ia harus berhenti di lampu merah. Memang bagaimana bisa Reynata, tidak tahu?Dialah lelaki yang tidur bersamanya selama lima tahun. Tapi ke mana arah perginya? Bukankah seharusnya dia ada di lokasi pembangunan? Itu bukan arah pondok pesantren As-Salam yang baru dan ketika lampu sudah hijau mobil Husein lurus melewati Reynata. Tanpa pikir panjang lagi, Rey menggunakan lajur kanan untuk putar balik dan Ya! Dia mengikuti ke mana arah perginya mobil sang suami."Baiklah, ini sudah saatnya aku tahu ke mana perginya Akang yang bersembunyi di balik kata sibuk beberapa hari ini. Ada apa dengan kertas UGD dan segalanya, aku menjadi lebih penasaran." decit perempuan itu saat matanya tak henti untuk mengikuti ke mana arah laju mobilnya Husein.Dengan berat hati, Rey mengakui bahwa saat ini, dia sedang mencurigai suaminya. Lalu dia paksa terus mengikutinya hingga tak lama, dia masuk ke se
"Hoaammm.."Hah? Dengan sangat terkejut Reynata mencoba untuk mendudukkan dirinya dan mulai menelaah keadaan sekitar. Berapa lama ia tertidur?Sepertinya tiga jam, karena saat ini pukul satu siang dan selama itu tidak ada yang membangunkannya?Padahal Rey tau anak-anaknya sudah pulang dan kenapa bundanya juga tak membangunkan dirinya? Rey benar-benar tidak sadar sudah tidur selama itu, seperti pingsan atau mati suri saja. Padahal sebelumnya-sebelumnya Rey dapat julukan pemilik telinga tajam, tapi ini seperti baru saja tidur 30 menit, namun kenyataannya justru tiga jam.Kepalanya terasa sedikit berdenyut namun Rey paksakan jalan keluar kamar dan di sana ia melihat sang bunda sedang memberi makan dua anaknya."Bunda... kenapa gak bangunin Rey? Anak Uma udah pulang? Belajar apa tadi?" Wanita cantik itu mencium kening dua buah hatinya dan menarik kursi lalu duduk di samping ibunya. Ia mengambil garpu lalu menojos buah apel yang sudah dikupas bundanya itu."Uhmm apelnya enak.. siapa yang
"Apa yang ustadz Husein sembunyikan? Apa jangan-jangan ustadz pemilik dari sebuah kawasan apartemen? Hahaha wajah ustadz memerah tadi."Reza tak berhentinya tertawa saat menyaksikan wajah Husein yang sempat menegang tadi. Pikirnya, kenapa Husein harus takut kalau dia kepergok ada di sebuah kawasan apartemen, sedang seorang manusia itu punya sejuta kegiatan di satu tempat dan gak musti sedang mengerjakan hal-hal yang negatif kan?Lagian kalau tidak ada apa-apa kenapa harus takut menjelaskan?"Apa kamu sedang mengajak saya bercanda?""Hah, aduh maaf ustadz, saya tidak bermaksud begitu. Saya bukan mengajak bercanda, hanya saja saya seperti melihat ustadz dan tak jauh di sana ada seorang perempuan. Tapi yah itu sudah pasti bukan anda kan? Karena yang saya lihat perempuan itu bukan Reynata."Tanpa dipungkiri, Husein dua kali lebih tegang dari sebelumnya.TEETTTTTTTEEETTTTTT"Ahh sudah bunyi bel..Kalau begitu, saya pergi dulu ya ustadz. Selamat pagi, dan assalamualaikum.""Wa-waalaikumsala
"Yeaayy sampai.." sorak dua anak kembar itu di kursi belakang. Walau sudah pakai sabuk pengaman tapi tetap saja karena postur tubuhnya yang mungil, mereka masih dapat bergerak bebas dan itu membuat Husein tersenyum sambil geleng-geleng kepala."Abi ayoklah.. anter zula sampe depan kelas.." rengek Zulaikha sambil menarik-narik lengan abinya."Memangnya kenapa gitu harus diantar sampai di depan kelas?""Supaya temen-temen Zula tau kalau abi zula adalah ustadz yang sangaaaat tampan.."Duh, turunan siapa sih genit banget? Mungkin seperti itulah batin Husein melihat tingkah random putrinya."Iya, biar temen-temen Zulfi juga tau kalau zulfi itu ganteng sepelti abinya.." sahut Zulfikar tak kalah heboh dan itu membuat Husein tak berdaya, mau tak mau Husein mengiyakan keinginan dua anaknya."Oke oke Abi anter sampai ke kelas ya.."Sebetulnya baik Reynata maupun Husein memang akan selalu mengantar anak-anaknya sampai ke kelas, tapi entah kenapa hari ini Husein ingin sekali menggoda anaknya deng
"Nah anak uma yang soleh solehah, hari ini diantar sama Abi ya, soalnya Uma mau ngajar kakak-kakak. Mau??""Mau uma.. kalau Abi yang antar pulangnya kita makan esklim.. hoye.."Reynata melirik suaminya yang sedang sarapan kemudian sedikit mendengus. Pasalnya kemarin anak-anak baru saja sembuh dari batuk dan apa kata mereka? Husein membelikan eskrim lagi? Bentar suaminya itu ya.. gak kasian apa liat Reynata tidak tidur gara-gara hidung dua anaknya yang mampet dan berakhir rewel. Harusnya Husein sadar dan ya itu.. suaminya malah mengeyel."Ohh kalian ingat tiga hari yang lalu kenapa? Batuk pilek.. Akang, anak-anak jangan dulu dikasih eskrim ya.. kalau mau beli salad buah aja. Rey kasian liat mereka kemarin gak bisa nafas pilek, ngerti enggak?"Mendengar suara sang istri yang menggema di ruang keluarga, buru-buru Husein menyelesaikan agenda sarapannya setelah itu berjalan menemui sang istri."Ini apa toh? pagi-pagi kok sudah teriak-teriak? Saya dengar, cukup sekali saja." kata Husein sam
Ini entah Husein sedang diselamatkan, atau Allah yang memang ingin menghukum Husein, tapi kali ini Husein memiliki sebuah alasan lain hingga tidak jadi jujur lagi dan lagi."Halo, selamat malam.."Husein juga tidak tau jika orang ini, akan meneleponnya larut malam. Oh ayoklah, ini pukul setengah dua belas malam."Assalamualaikum, selamat malam juga.""Ah waalaikumsalam. maaf ya Pak, saya hubungi larut malam seperti ini. Saya cuma mau mengabari jika pesanan anda sudah selesai. Tapi saya harus ke bandara dan terbang ke NTT, karena ibu saya meninggal dunia jadi saya tidak yakin masih ada di Bandung atau tidak. Tadinya saya mau lari begitu saja, tapi saya ingat pesanan anda yang minta buru-buru. Jadi, bisakah kita bertemu sekarang?"Saat itulah Husein keceplosan untuk bilang alhamdulilah, dia punya cara dan alasan untuk menjawab keberadaan dia malam ini."Baiklah kalau begitu, saya bisa. Saya ada di dekat Bandung center medikal, anda di mana, biar saya jemput ke sana.""Oh tidak jauh, ada