Beranda / Romansa / Dinikahi Suami Majikan / 1. Diputuskan Pacar dan Ditinggal Ibu Meninggal

Share

Dinikahi Suami Majikan
Dinikahi Suami Majikan
Penulis: Diganti Mawaddah

1. Diputuskan Pacar dan Ditinggal Ibu Meninggal

last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-08 14:01:27

"Teh Laili! Kaus kaki Doni ke mana nih yang warna hitam?" teriak Doni, si sulung yang berusia tiga belas tahun pada Laili, pembantu rumah tangganya yang sedang sibuk memasak nasi goreng di dapur.

"Udah, sana gih! Cariin kaus kaki Doni," titah ibunya yang juga ART di rumah keluarga Arya Jovan dan Ririn Anastasia.

Laili mengangguk. Lalu dengan setengah berlari naik ke lantai dua. "Iya, sebentar Teteh carikan!" sahutnya dengan sedikit berteriak.

"Laili, obat nyonya yang harus diminum pagi hari sudah kamu berikan?" suara bariton berat membuat langkah Laili berhenti, lalu menoleh pada majikannya yang bernama Arya Jovan, suami dari Ibu Ririn Anastasia.

"Belum, Tuan. Sebentar lagi, saya mau cari kaus..."

"Teeh, cepaaat!" teriak Doni semakin kencang dari kamarnya.

"Permisi, Tuan," pamit Laili, lalu berlari masuk ke dalam kamar Doni.

Ternyata, kaus kaki yang diminta oleh Doni sudah ia masukkan ke dalam tas tadi malam. Pantas saja mencari hingga sepuluh menit tidak ketemu. Wajah Laili memucat saat Doni mulai marah-marah karena kaus kakinya tidak ditemukan.

"Maaf, Teh. Ternyata ada di dalam tas," ujar Doni sambil menyeringai.

"Teteh...tolong kuncirin rambut Anes!" suara anak kecil berusia enam tahun, memanggil Laili untuk meminta dirapikan rambutnya. Dengan tersenyum, Laili menghampiri gadis kecil itu, lalu membantunya mengikat rambut.

"Mau dikepang seperti teteh," pintanya menunjuk rambut Laili yang selalu saja dikepang dua.

"Tidak bisa, Anes sayang. Rambut Anes masih kurang panjang untuk dikepang. Nanti ya kalau sudah lebih panjang," terang Laili dengan lemah lembut.

"Ya sudah." Gadis kecil itu pun menurut.

"Laili, tolong buatkan susu Dira!" teriak Bu Ririm dari kamarnya. 

Dira, bayi berusia sepuluh bulan yang sangat lucu dan menggemaskan. Laili begitu betah berlama-lama bila bermain bersama bayi gembul itu. Jika semua minta tolong padanya, lalu ke mana ibu mereka, sang Nyonya rumah?. Bu Ririn mengalami lumpuh permanen sesaat setelah melahirkan bayi Dira, sepuluh bulan lalu. Sehingga untuk mengurus rumah tangganya, ia mempekerjakan Bu Laila dan juga puterinya Laili. 

"Laili, cepat! Dira nangis ini!" seri suara Bu Ririn lagi, menyadarkan Laili dari lamunnya.

"Ah, iya Nyonya."

Semua ia lakukan dengan semangat penuh dan suka cita. Karena apa? Karena keluarga Bu Ririn sudah mau membiayai sekolahnya hingga ia hampir lulus SMA satu bulan lagi. Laili dan ibunya, tentu saja tidak bisa membalas kebaikan keluarga Bu Ririn, selain dengan bekerja sebaik-baiknya.

****

Laili mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi menuju sekolah. Keringat mengucur deras membasahi baju seragam putih abunya. Tak pernah ia pedulikan penampilannya seperti teman-teman sekolah seusianya. Hanya mengenakan ransel besar milik Tuan Arya yang sudah tidak terpakai, serta rambut yang selalu saja dikepang dua. Tidak mengenakan jam tangan ataupun aksesoris yang lain. Ia berpenampilan apa adanya.

Senyumnya terbit tatkala berpapasan dengan Danu, teman sekolahnya yang sudah setahun ini menjadi pacarnya. Meskipun tidak pernah berkencan seperti teman-teman lainnya, tetapi hubungan mereka tetap baik.

"Hai, Danu," sapa Laili dengan senyum manisnya. Laili segera memarkirkan sepeda lipat milik Doni, anak majikannya yang selalu di pakai ke sekolah. Danu tidak menjawab, hanya tersenyum tipis saja. Laili terheran, kenapa Danu berwajah masam? Apa mungkin ada masalah di rumahnya? Laili bermonolog. Memperhatikan Danu yang berjalan lebih dulu menuju kelas, meninggalkan dirinya yang masih tergugu di parkiran.

Laili merapikan baju, poni, berikut membetulkan letak tas ranselnya. Kemudian berjalan penuh semangat masuk ke dalam kelas.

Dua jam pelajaran sudah berlangsung, sebenarnya hanya tinggal penyampaian materi yang tertinggal saja, karena minggu depan mereka sudah melaksanakan Ujian Nasional. Laili menoleh ke belakang, tempat Danu duduk bersama Faisal, teman sebangkunya. Pacarnya itu berwajah murung dan tanpa bicara sedikit pun padanya.

Laili menghela nafas panjang, lalu kembali memperhatikan penjelasan dari guru. Saat jam istrirahat tiba, seperti biasa, Laili membawakan bekal untuk Danu. Kakinya ringan melangkah ke kantin, karena saat jam istirahat seperti ini, mereka selalu makan bekal berdua di kantin.

"Danu, kamu sakit ya?" tanya Laili kini sudah duduk di samping Danu. Tangan kanannya menyerahkan kotak bekal pada Danu sambil tersenyum pada angin, karena Danu tidak sedikit pun menoleh padanya.

"Hari ini, ibu masak ayam goreng rempah. Enak deh, ayo makan!" Laili membukakan bekal makan untuk Danu.

Prraaak!

Danu menghempas kotak bekal pemberian Laili, membuat gadis itu tersentak kaget. Semua orang yang berada di dekat mereka juga ikut memperhatikan kotak bekal yang telah berhamburan isinya di lantai kantin.

"A-ada apa, Nu?'" tanya Laili dengan tergagap. Air matanya sudah turun dengan deras membasahi kedua pipinya.

"Aku bosan dengan kamu, Laili. Mulai hari ini kita putus!" Danu menghentakkan kursi kantin di depan Laili, lalu meninggalkannya. Gadis itu masih menangis sedih, butiran nasi yang berserakan membuat hatinya sakit. Ayam goreng rempah yang sangat enak itu, terlihat mengenaskan berada di bawah kolong meja kantin. Dengan kaki gemetar, ia mengambil sapu yang tak jauh dari mejanya. Tangannya yang juga gemetar, memungut satu per satu benda yang teronggok lantai. Mulai dari kotak bekal, tutup kotaknya, serta ayam goreng yang telah kotor.

Semua mata memandang Laili dengan iba, tetapi ada juga yang cuek saja.

"Laili, ada apa?" Suci teman sebangku Laili menghampiri Laili di kantin. Betapa kagetnya ia, saat melihat Laili menangis dengan kotak bekal yang ia pegang sambil bergetar.

"Danu memutuskan hubungan kami," lirih Laili begitu sedih. 

"Ya Allah, emangnya kenapa?" tanya Suci. Laili menggeleng tidak tahu. Lalu melanjutkan kegiatan menyapu membersihkan remah nasi di lantai kantin.

Air matanya susah sekali diajak berhenti, bahkan hingga jam pelajaran berakhir di pukul dua siang. Tidak berani kepalanya menoleh ke bangku belakang, hatinya begitu sakit saat ini. 

"Kamu bisa pulang dalam keadaan sedih begini?" tanya Suci saat mengantar Laili ke parkiran sepeda.

"Bisa, hiks... Aku ga papa , kok. Terimakasih Suci, aku pulang dulu ya," Laili mencoba tersenyum pada sahabatnya Suci. Lalu mulai mengayuh sepeda menuju rumah majikannya.

Dada Laili berdebar kencang, ia begitu sakit hati dan terpukul bila mengingat perlakuan Danu padanya di kantin tadi. Apa yang salah dengan dirinya? Bukannya dia menyukai Danu, begitu juga Danu. Ia setiap hari membawakan makanan untuk pacar ABGnya itu, bahkan ia juga membantu Danu mengerjakan PR. Apa yang salah dengan semua yang ia lakukan?

Air matanya tak kunjung berhenti saat ia sampai di rumah majikannya. Sudah ada Tuan Arya dan beberapa orang di dalam rumah majikannya dengan bendera kuning yang menempel di pagar rumah. Dada Laili semakin berdebar, apakah Nyonya Ririn? Ya Allah. Dengan wajah pucat, Laili mengayuh sepedanya memasuki pekarang rumah majikannya.

"Ya Allah, Laili. Untung kamu sudah pulang," ujar Tuan Alam, adik dari Tuan Arya.

"Ini ada apa, Tuan?" tanya Laili bingung.

"Laili, maaf. Bu Laila kena serangan jantung dan.."

"Apa?!"

*****

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
msh nyimak thor
goodnovel comment avatar
Sapar Khan
kayakx menarik
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Ceritanya bagus ,tapi ngenes ,diputusin pacar ,ibunya meninggal,majikan anaknya banyak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dinikahi Suami Majikan   2. Diminta Menjadi Istri Kedua

    Laili berusaha fokus mengerjakan soal Ujian Nasional, di tengah kedukaan yang menghampirinya. Ini hari ketujuh kepergian sang ibu untuk selama-lamanya. Air mata Laili terus saja mengalir, saat sedikit saja menunduk untuk membaca soal ujian tersebut. Matanya berkabut, beberapa kali ia harus mengusap air mata dan air hidung yang turun bersamaan."Laili, kalau masih tidak bisa tenang, kamu boleh ke kamar mandi dahulu!" suara Pak Yudi yang kebetulan mengawas di ruangan X tempat Laili kini berada."Maaf, Pak. Saya bisa," ucap Laili dengan suara bergetar.Ia kemudian berusaha kembali fokus, mencoba mengatur nafas naik dan turun secara teratur. Mengusap air matanya dengan tisu yang memang ia sudah sediakan. Laili melirik jam di dinding, masih empat puluh lima menit lagi dan ia baru menyelesaikan lima belas soal. Berkali-kali Laili beristigfar agar hatinya tenang.Alhamdulilah, pukul dua belas siang, Laili keluar dari ruangan sebagai peserta terakhir. Untung sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dinikahi Suami Majikan   3. Saya mau!

    Laili termenung di taman belakang rumah keluarga Arya Jovan. Tangannya mengulurkan selang air yang mengeluarkan air cukup deras untuk menyiram tanaman. Memang sudah menjadi tugasnya untuk menyiram tanaman pada pagi dan sore hari. Tetapi sore ini begitu berbeda, sejak permintaan Nyonya Ririn yang dianggapnya mustahil. Aku menikah dini dengan lelaki yang sudah tua seperti ayahku. Ya ampun, ujian apa lagi ini? Laili terus saja menghembuskan nafas kasar."Teteh, lagi siram tanaman, apa lagi mandiin motor?" tanya Doni yang kebetulan lewat dari pintu belakang."Allahu akbar!" pekik Laili kaget, saat menyadari ia bukannya menyiram tanaman, tetapi menyiram motor hingga basah kuyup. Bahkan jaket motor majikannya ikut basah karena ia mandikan juga."Melamun apa sih? Ampe salah mandiin gitu." Doni tertawa geli. Kemudian berjalan masuk ke dalam rumahnya."Laili!" panggilan dari lantai dua. Suara merdu namun tegas milik Tuan Arya."Ya, Tuan," sahutnya sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dinikahi Suami Majikan   4. Lihat Apa?

    Ririn sedang berlatih menggerakkan kakinya yang terasa sangat berat. Betapa ia begitu rajin melakukan fisioterapi dan terapi lainnya di sebuah rumah sakit, agar kakinya bisa kembali digerakkan. Namun, sudah hampir sepuluh bulan berlatih, kakinya masih saja terasa berat. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain duduk, tidur, makan, nonton, membaca, dan melamun.Kasihan dengan Dira, bayi berumur sepuluh bulan itu yang perlu perhatian lebih dari dirinya. Tetapi, sekeras apapun ia mencoba, namun tetap kakinya tidak bisa digerakkan. Jangankan untuk ke kamar mandi, untuk menggeser kakinya saja ia terkadang meminta suaminya. Bagaimana ia bisa melaksakan kewajibannya sebagai istri, jika menggeser tubuhnya saja ia tidak bisa."Melamunkan apa, Sayang?" tegur Arya yang baru saja keluar kamar mandi dengan tubuh segar dan harum sampo serta sabun yang begitu menggoda indera penciuman."Suamiku tampan sekali kalau habis mandi, segar," pujinya sambil tersenyum lebar."Ma

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dinikahi Suami Majikan   5. Siapa gadis cantik ini?

    Laili terdiam sepanjang perjalanan, sehabis tersedak tadi. Untung saja dia selalu membawa bekal minum, sehingga tenggorokannya tidak terlalu sakit karena harus batuk lama. Ekor matanya melirik Arya yang sepertinya sedang mengulum senyum."Jam berapa pulang hari ini?""Jam sebelas.""Kok cepat?""Ujian Nasional.""Pulang nanti naik apa? sepeda Doni belum saya betulkan.""Naik pesawat.""Ha ha ha ... ""Kamu lucu juga. Sudah jangan marah, saya hanya bercanda. Kita menikah setelah kamu lulus saja.""Kalau saya tidak mau?""Harus mau!"Laili memutar bola mata malasnya, lelaki berumur di sampingnya ini benar-benar mengesalkan. Jika saja bukan majikan yang sudah berbuat banyak padanya sedari ia Sekolah Dasar, tentulah ia tidak mau dikawinkan dalam usia muda. Masih banyak yang ingin ia lakukan, seperti kuliah, bekerja, menikmati hasil jerih payah dari bekerja. Namun, sepertinya itu impian yang sia-sia, mengingat tidak lama l

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dinikahi Suami Majikan   6. OTEWE Pengantin Baru

    Pembacaku sayang, sebelum baca, follow dulu akun saya, ya. Simpan cerita ini di reading list kalian.Terimakasih.Ikan mujaer di dalam kaliPara reader selamat membaca Laili****"Saya terima nikah dan kawinnya, Laili binti Ahmad Jaelani dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan perhiasan emas, dibayar tunai."Laili melirik lelaki tampan yang memakai baju koko lengkap dengan peci, yang kini duduk persis di sampingnya. Setelah prosesi ijab kabul dan juga memakaikan cincin di jari manisnya, Laili dan Arya kini duduk di kursi yang berdampingan. Tak banyak tamu yang hadir, hanya keluarga Arya, keluarga Ririn yang tadinya sempat menolak. Juga ada Suci dan Diana, teman sekolah Laili yang hadir di sana.Acara dilangsungkan tepat dua hari setelah pengumuman kelulusan sekolah. Laili kini memasrahkan kepada Tuhan, apa yang akan terjadi ke depannya. Karena bagaimana pun menjadi istri kedua itu tidaklah mudah, meski ada restu dari istri pert

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dinikahi Suami Majikan   7. Tidur Bersama

    "Boleh saya mencium kamu?"Bola mata Laili membesar, nafasnya pun seakan terhenti saat sang suami meminta izin untuk menciumnya. Tanpa bisa berkedip, Laili merasakan nafas Arya semakin dekat di hidungnya. Aroma sambal goreng hati dan semur daging yang ia makan saat sukuran pernikahan mereka tadi."M-mas, belum sikat gigi ya?" tanya Laili pelan membuat Arya kaget, lalu merenggangkan tubuhnya."Hah!" Arya membaui hawa mulutnya di telapak tangan. Benar saja, masih terasa bau amis. Lelaki itu pun menyeringai, lalu berdiri dari duduknya."Saya sikat gigi dulu," ujar Arya langsung berjalan ke kamar mandi. Laili hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan suami tuanya yang seperti beneran pengantin baru.Sambil menunggu Arya selesai, Laili merapikan mukena serta sajadahnya. Ia berjalan ke arah meja kecil untuk menyimpan peralatan sholat, kemudian berjalan ke meja rias untuk menyisir rambutnya. Arya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar, kare

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dinikahi Suami Majikan   8. Diam-diam pindah kamar

    Keduanya masuk ke dalam selimut yang sama. Laili mengambil posisi terlentang menghadap langit-langit kamar. Sedangkan Arya, mengambil posisi miring ke kanan menghadap Laili. Lelaki ini sepertinya akan mempunyai mainan baru yang akan selalu membuat ia tertawa."Mau tidur kok kayak robot. Sini, lihat saya!" Arya menarik lengan baju kaus Laili, namun ditahan olehnya."Begini saja, Tuan. Saya biasa tidur terlentang. Kalau miring ke kanan atau ke kiri leher saya menjadi sakit," terang Laili berbohong. Dalam hati berkali-kali ia beristighfar. Sebenarnya ia tak ingin berbohong, tapi ia terlalu takut dengan suasana seperti ini."Kok Tuan lagi? Panggil sayang saja, biar lebih akrab," bisik Arya membuat perut Laili seketika bergolak."Ha ha ha ... Tuan lucu!" Laili terbahak lebar hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih.Cup"Kamu lebih lucu," balas Arya setelah mengecup cepat pipi sang istri muda. Laili mematung kembali, hatinya membuncah gembira s

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • Dinikahi Suami Majikan   9. Danu Berulah

    Laili yang tadinya ingin berangkat naik ojek online, tetapi tidak jadi. Ririn bersikeras meminta Laili diantar oleh Arya, suami mereka. Karena memang sekolah Laili dan juga Doni tidak terlalu berjauhan, lagi pula searah dengan kantor Arya. Dengan berat hati, Laili akhirnya mengikuti saran Ririn. Sebenarnya bukan ia tak suka, ia hanya malu saja. Apalagi saat mengingat semalam Arya hampir saja mencium bibirnya."Kucing tetangga kita suka melamun lho, Bang. Eh, besokannya hamil," sindir Arya mengajak Doni berbicara. Tetapi matanya melirik Laili yang kini menahan senyum."Masa sih, Pa? Siapa yang hamilin?" tanya Doni dengan polosnya."Ya suaminya, masa Papa yang hamilin. Ha ha ha ha ..." Doni dan Arya terbahak, sedangkan Laili mati-matian menutup mulutnya agar tidak ikut terbahak."Laili.""Ya, Tuan.""Kamu sakit?""Nggak.""Kenapa diam saja?""Saya jatuh cinta."Ckkkkiiittt...."Allahu Akbar!" pekik Laili dan Dono yang k

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08

Bab terbaru

  • Dinikahi Suami Majikan   49. Ekstrapart Malam Pertama Laili dan Arya

    Arya membaringkan pelan tubuh Laili di atas ranjang baru miliknya yang berukuran tidak terlalu besar. Lelaki itu sangat ingin menunaikan kewajibannya malam ini, tapi juga sangat gugup. Arya khawatir Laili merasa kaget sekaligus kesakitan. Apa yang harus ia lakukan nanti jika hal itu benar terjadi? Dengan tangan gemetar dan sesekali melirik pintu, Arya memiringkaan wajah Laili agar mendekat padanya. Detak jantung istri mudanya itu bahkan terdengar begitu jelas ke dalam indera pendengarannya. Pertanda Laili dan dirinya sama-sama gugup. “Kita harus belajar mencintai mulai hari ini,” bisik Arya tepat di depan bibir Laili. Embusan napas keduanya seakan berlomba bagaikan habis berlari jauh. Pelan dan hati-hati, Arya mendekatkan bibirnya ke bibir Laili yang masih tertutup rapat bagaikan dilem. Dikecupnya tipis, lalu dirasakannya tubuh istri mudanya yang sedikit terlonjak kaget. “Tak apa. Jangan takut. Ayo sini, lihat wajah saya,” bisik Arya mesra dengan

  • Dinikahi Suami Majikan   48. Ekstrapart

    Pesta pernikahan Laili dan Arya berlangsung meriah. Banyak sanak-saudara berkumpul dan banyak juga teman sejawat. Ya, setelah dua bulan Laili melahirkan bayi kembarnya secara normal, Arya memberikan pesat pernikahan meriah untuk Laili. Berikut dengan status sebagai istri yang sah secara agama dan negara.Senyum lebar Laili terus saja mengembang di atas pelaminan sana. Dengan gaun pernikahan putih modern ala boneka, Laili tampil sangat cantik. Bahkan sang suami tak bisa berpaling dari melirik istri mudanya yang sangat cantik. Tak lupa dua bayi kembar mereka ikut berada di dalam keranjang bayi dihias begitu cantik, berdampingan dengan kursi pengantin.Banyak ucapan selamat, serta pujian yang tamu berikan pada Laili dan Arya. Tak elak lagi, Arya menjadi bulan-bulanan teman-teman seumurannya karena berhasil mendapatkan daun muda yang sangat cantik. Suasana meriah, mewah, serta ramah, begitu mengesankan bagi siapa saja yang menghadiri pernikahan Laili dan Arya. Banyak makan

  • Dinikahi Suami Majikan   47. Hadiah dari Arya

    Acara peresmian toko akseseoris Laili berjalan dengan lancar, walaupun hanya berlangsung selama satu jam. Bayi Maura dan Maira yang masih sangat kecil membuat Arya dan Laili tak mau berlama-lama di sana. Setelah potong pita dan makan cake bentuk jepitan rambut, mereka semua kembali ke rumah dengan hati senang. Laili bahkan tak henti melirik suaminya dengan tatapan penuh sukur.Mimpi apa ia kemarin, sehingga mendapat kejutan yang sangat istimewa dari suaminya. Kapan suaminya menyiapkannya? Padahal suaminya tak pernah lembur di luar semenjak ia melahirkan."Pa, terimakasih," ucapnya dengan mata kembali berkaca-kaca."Bunda sukakan?""Anes juga suka, Pa. Sukaa ... banget," potong Anes dengan seringai lebar. Di tangannya ia sedang memilin kunciran rambut motif hello kity."Kalau Bunda repot urus dedek bayi kembar, biar Anes yang di toko ya," ujar Anes dengan polosnya."He he he ... Mau ngapain Anes di toko?""M

  • Dinikahi Suami Majikan   46. Laili Melahirkan

    "Pa, mau BAB ini!" rintih Laili yang kini sudah berbaring gelisah di brangkar kamar bersalin."Tahan, Sayang. Memang seperti itu, sabar ya." Arya berusaha menenangkan dengan mengusap rambut Laili dengan lembut."Uuh ... Pa, ini mau cepirit beneran!" Laili gelagapan dengan rasa mulas yang mirip seperti mulas ingin BAB."Pa." Keringat bercucuran dengan deras, membasahi kening dan lehernya, padahal ruangan bersalin memiliki pesnin pendingin ruangan yang cukup baik."Eeeemm ....""Jangan ngeden ya, Mbak. Masih pembukaan enam, sabar ya. Empat pembukaan lagi," terang suster sambil tersenyum."Sus, ini bukan mules mau lahiran kayaknya. Saya mau BAB beneran, Sus. Tolong! Masa saya BAB di sini? Pa, uuh ... Mules, Pa. Mau BAB beneran, Pa," rengek Laili kimi dengan derai air mata."Ssst ... Jangan buang tenaganya! Sabar, tahan sedikit lagi.""Papa sabar,sabar terus. Sini Papa aja yang gantiin, ih ... Orang sakit beneran ini. Pokokny

  • Dinikahi Suami Majikan   45. Ririn Koma

    Arya masih terus memandangi wajah istrinya yang pucat pasi dengan luka di kening. Sudah tiga jam berlalu dan Laili belum sadar juga. Untunglah luka Laili tidak terlalu parah, hanya saja sepertinya Laili syok berat dengan kecelakaan yang menimpa dirinya dan juga Ririn. Kandungan Laili juga sudah di cek, kedua janinnya aman walau tadi sempat ada benguran cukup hebat.Keduanya ditabrak oleh motor yang dikemudikan oleh orang mabuk. Motor lelaki besar, menghantam kedua wanita itu hingga terpental. Jika Laili terpental ke trotoar, maka Ririn terpental hingga menubruk tiang listrik yang ada di seberang, dengan kondisi sekarang kritis. Pelaku penabrakan sudah digelandang ke kantor polisi dterdekat untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang lalai, hingga mengakibatkan nyawa orang lain hampir melayang."Pa.""Ya Allah, alhamdulillah, Bunda udah sadar." Arya lega melihat Laili membuka mata."Haus, Pa," rengek Laili dan sigap Arya mengambilkan minum untuk istrin

  • Dinikahi Suami Majikan   44. Kecelakaan

    Sehari pulang dari rumah sakit, Laili sudah benar-benar berdamai dengan suaminya dan sangat menikmati perannya sebagai istri dari Arya Jovan, apalagi saat pagi hari seperti ini. Entah dari mana datangnya, ataukah bawaan hamil semata. Untuk pertama kalinya, Laili memakaikan suaminya pakaian dalam, kaus, dan juga celana panjang, tak lupa memasang gesper sebagai pelengkap ketampanan pria dewasa.Mirip saat Laili memakaikan Anes baju, begitulah yang ia lakukan pada suaminya. Arya tak sedikit pun menolak, lelaki itu malah tertawa-tawa saat yang dilakukan Laili, menurutnya sangat konyol tapi mengasikkan. Yang lebih menggelikan lagi adalah, Arya dipakaikan minyak telon lengkap dengan bedak tabur. Mulai dari perut, dada, punggung, hingga leher. Sehingga harum Arya seperti harumnya Dira. Apa Arya protes? Tidak. Ia lebih mengikuti maunya Laili, dari pada istrinya stres dan berakibat fatal pada kandungannya."Dah, selesai," kata Laili sembari menepuk tangannya yang penuh de

  • Dinikahi Suami Majikan   43. Arya Meminta Maaf

    Laili tidak banyak bersuara pagi ini. Dia masih merasa takut dengan suaminya. Sedangkan Arya sudah bersikap biasa saja dan dia tidak paham jika sang istri masih ketakutan dengan dirinya. Arya keluar dari kamar mandi dan mendapati kemeja kerja dan celana bahan warna hitam sudah ada di atas ranjang. Namun tidak ada istrinya di sana. Biasanya, Laili selalu bertanya, mau pakai kemeja apa hari ini. Namun pagi ini, Laili belum bicara apapun sejak bangun tidur.Arya memakai baju kerjanya dengan cepat, lalu berjalan keluar kamar, menghampiri Doni, Anes, dan juga Laili yang sudah siap di meja makan. Arya mengambil posisi di sebelah Doni, karena Laili memilih duduk di sebelah Anes. Biasanya, Laili selalu duduk di sampingnya."Ayo dimakan," katanya sambil tersenyum tipis penuh paksaan. Anes dan Doni menyendok sendiri sarapannya, setelah mereka selesai, baru Laili menyendokkan nasi untuk Arya dan juga untuknya. Doni memperhatikan Papa dan Bunda tirinya bergantian. Mulut Laili tert

  • Dinikahi Suami Majikan   42. Arya marah pada Laili

    "Assalamualaykum. Permisi, Nyonya," tegur Laili yang sudah berdiri di depan pintu. Alex dan Ririn melepas ciumannya, lalu terbelalak melihat Laili yang tergugu di depan pintu, dengan membawa tas pakaian."Wa'laykumussalam. Mari masuk Laili," ajak Alex, Laili menurut. Kakinya melangkah pelan masuk ke dalam kamar isolasi Dira."Dira bagaimana kabarnya, Nya?""Gak perlu kamu tahu! Mau apa kemari?" Laili terdiam saat Ririn masih saja bicara ketus padanya."Mau antar pakaian ganti Nyonya. Bau ketek nanti kalau gak ganti baju," terang Laili sambil menyerahkan tas jinjing berisi pakaian Ririn."Sudah selesaikan? Udah sana pergi!" usir Ririn."Iya, saya juga mau pergi. Gak mungkin saya mau gangguin yang pacaran," sahut Laili membuat Alex tertawa."Laili, kamu jangan bingung ya, saya memang akan menikahi Ririn setelah perceraiannya dengan Arya selesai. Kamu dengan Arya, aman. Saya pun dengan Ririn, aman. Begitukan, Sayang?"

  • Dinikahi Suami Majikan   41. Kesempatan dalam kesempitan

    Ririn menangis tersedu, saat Dira jatuh, kemudian pingsan. Berselang sepuluh menit, Dira sadar, kemudian Dira mengalami muntah-muntah dengan suhu tubuh kembali naik. Bayi itu kejang, hingga tiga kali. Membuat Laili ikut menangis sekaligus lemas. Ia tak sampai hati melihat Dira yang terbujur kaku di atas brangkar dengan jarum infus di punggung tangannya. Dira mengalami pendarahan dalam otaknya.Jangankan Laili, Arya pun ikut meneteskan air mata. Sungguh kasihan Dira jika memiliki ibu bertabiat tak baik seperti Ririn. Tidak, ini bukan Ririn, Arya bahkan tak mengenali sosok wanita yang pernah menjadi istrinya ini."Semua gara-gara kalian," lirih Ririn sambil menatap tajam Laili serta Arya."Apa maksudmu?" tanya Arya dengan suara tak suka."Seandainya wanita pelakor ini tak ikut-ikutan menggendong Dira, tentu anakku tak jadi seperti ini, hiks.""Sampai kapan Nyonya akan menyalahkan saya? Apa menunggu ada anggota keluarga yang merenggang nyawa? Se

DMCA.com Protection Status