Share

Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan
Dikira Gelandangan, Ternyata Wanita Kesayangan Mafia Dominan
Penulis: AliceLin

Bab 1 - Malam Panas Dengan Lelaki Asing

"Ahh!"

Anya melenguh saat bibir maskulin itu mulai menyusuri leher jenjangnya. Gesekan cambang tipis pada kulit lehernya memberikan sensasi yang menggelitik dan membuat tubuhnya bergerak dengan gelisah.

Namun, hal itu malah membuat bibir maskulin itu semakin bersemangat meninggalkan jejak cinta di sana. Tangan kokohnya juga mulai bergerak menggerayangi tubuh Anya dan membuat wanita itu turut terbawa arus gairah yang tak terkendali.

Satu per satu kain yang menghalangi permainan panas mereka sudah teronggok di atas lantai.

Tanpa melepaskan ciumannya, pria itu telah membawa Anya naik ke atas ranjang. Pria asing itu sangat lihai memimpin permainan hingga Anya merasa kewalahan, tetapi anehnya, ia malah merasa sangat menikmati sentuhan pria itu.

Anya ingin lebih. Akal sehatnya sudah tidak mampu menolak keinginan tubuhnya.

"Tampaknya kau sudah tidak sabar lagi, hm?" Pria itu berbisik di telinga Anya, membuat tubuh wanita itu bergetar pelan.

Lalu dengan sebuah anggukan dari Anya, kegiatan panas malam itu mencapai puncaknya.

***

“Ugh, di mana aku?”

Erangan kecil bergulir dari bibir Anya saat ia terbangun di sebuah kamar yang tidak ia kenali. Wanita itu mengedarkan pandangannya sembari memegang kepala, mencoba mengingat bagaimana dan kenapa ia bisa ada di sini sekarang.

Semalam adalah hari ulang tahun pernikahannya yang ketiga. Suaminya mengajak Anya makan malam bersama di restoran hotel bintang lima, Grand Luxury. Namun, tiba-tiba saja, usai santap malam, Anya merasa pusing. Oleh karena itu, suaminya menyuruh Anya untuk menunggu di kamar, tapi–

Netra Anya tiba-tiba membelalak. Detak jantungnya berdebar hebat saat ia mengingat sesuatu yang ia lakukan semalam.

“Tidak mungkin,” gumam wanita itu.

Seketika itu juga, Anya menoleh dan menemukan sosok pria asing yang masih terlelap di sampingnya. Seorang lelaki bertubuh atletis sedang terlelap dalam posisi tengkurap tanpa busana.

Dan lelaki itu bukanlah Edwin, suaminya!

Anya bergegas menutup mulutnya agar tidak berteriak dan mengganggu tidur pria asing di sampingnya. Netranya semakin terbelalak lebar ketika melihat beberapa bekas luka yang cukup panjang dan dalam pada punggung pria itu.

‘‘Semalam aku dan dia ….’ Anya menggigit bibirnya kuat-kuat, tidak sanggup meneruskan kalimat itu di dalam kepalanya.

Anya tidak pernah mengira hal segila ini akan terjadi padanya dan perasaan bersalah memenuhi pikirannya. Kilasan ingatan terus menari di dalam benaknya seperti tayangan video terputus-putus yang membuat Anya terkesiap.

‘Tunggu aku di kamar 117.’ Edwin berucap sembari memberi kartu akses. ‘Aku harus menelepon seseorang dulu.’

Anya pun mendatangi kamar yang dimaksud dengan penuh harapan setelah suaminya menyerahkan kunci. Setibanya di kamar, ia disambut oleh dekorasi yang sangat romantis; lampu redup, lilin-lilin kecil yang bersinar lembut, dan bunga-bunga segar yang tersebar di atas ranjang.

Anya merasa sangat terharu karena Edwin tidak pernah mempersiapkan kejutan seromantis itu padanya selama mereka menikah.

Akan tetapi, ketika Anya sedang menunggu sang suami, tiba-tiba saja seorang pria asing paruh baya masuk ke dalam kamarnya.

“Si-siapa kamu!?” teriak Anya. “Bagaimana kamu bisa masuk ke kamar ini?

Namun, pria paruh baya itu malah berjalan mendekatinya dan menatapnya dengan niat kotor yang tercermin dalam matanya.

“Malam ini akan menjadi malam yang tidak akan terlupakan untuk kita berdua, Bidadariku,” ucapnya yang membuat tatapan Anya berubah horor seketika.

“Jangan mendekat!” Teriakan Anya tidak digubris oleh pria berperut buncit itu. Sosok itu justru mulai menggerayangi tubuh Anya.

Anya mencoba melawan, tetapi tubuhnya terasa lemah dan tidak nyaman. Bahkan anehnya, sentuhan-sentuhan sosok itu justru memancing lenguhan pelan dari bibirnya.

Ini tidak benar!

Dengan sisa kewarasannya, Anya berhasil memberontak dan kabur keluar kamar sementara si pria menjijikkan itu terkapar sambil memegangi bagian intimnya. Sementara Anya–

Pandangan wanita itu kembali tertuju pada lelaki yang tidur di sampingnya. Dalam pengejaran semalam, ia berpapasan dengan seorang tamu hotel yang baru ingin masuk ke dalam sebuah kamar.

Anya pun meminta bantuan, tetapi ia tidak menyangka, bahwa bantuan itu malah membuatnya berakhir di atas ranjang!

Anya menarik seprai yang tergenggam erat di tangannya untuk menutupi tubuhnya dengan lebih rapat. Ia mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di sudut matanya.

‘Anya Stein, kamu benar-benar sudah gila!’ umpat Anya kepada dirinya sendiri dengan histeris di dalam hatinya.

Tiba-tiba Anya merasakan pergerakan di sampingnya.

Seketika, Anya pun memutuskan untuk segera pergi sebelum pria itu terbangun.

Ia salah. Ini tidak dibenarkan. Anya tidak ingin lagi berhubungan lebih jauh dengan pria itu.

Dengan hati-hati, Anya berusaha untuk tidak membuat suara saat ia bangkit dari ranjang. Tubuhnya masih terasa lemas, tetapi ia memaksa dirinya untuk bergerak dan mengenakan pakaiannya dengan cepat.

Anya harus segera pulang. Edwin pasti panik mencarinya semalaman.

Namun, bagaimana bisa laki-laki paruh baya kemarin masuk ke kamar mereka?

Apakah ia teledor dan tidak mengunci pintu? Tidak mungkin. Tapi itu berarti laki-laki kemarin punya kunci aksesnya.

Ah, yang penting dia harus pulang dulu sekarang.

Sebelum melangkah pergi, Anya sempat menatap wajah pria yang masih tertidur pulas di ranjang.

Kedua alis Anya bertaut. Entah kenapa, ia merasa familiar dengan wajah pria itu saat meniliknya dengan lebih dekat. Hanya saja Anya tidak ingat di mana mereka pernah bertemu sebelumnya.

Namun, dengan segera Anya menggelengkan kepalanya dengan kuat untuk mengabaikan hal tidak penting tersebut, lalu berjalan menuju pintu keluar kamar hotel dengan langkah yang tergesa-gesa.

Selama perjalanan pulang, Anya dipenuhi dengan rasa bersalah. Namun, Anya berpikir bahwa Edwin pasti mengerti jika ia menjelaskan bahwa ada orang asing masuk ke kamar mereka.

Akan tetapi, yang didapatkan oleh Anya bukanlah rasa khawatir dari suaminya, melainkan kemarahan.

“Ed, aku─”

Plak!

Tubuh Anya terhuyung sedikit ke belakang akibat tamparan itu.

Belum sempat ia mengatakan apa pun, Edwin sudah lebih dulu mengucapkan kalimat kasar yang menyakiti hati Anya.

“Dasar jalang! Apa yang sudah kamu lakukan semalaman di luar sana, hah!?”

AliceLin

Halo, Kakak-kakak pembaca semua ^^ Salam kenal bagi para pembaca yang baru mengenal ceritaku. Ini adalah bukuku yang ketiga di Goodnovel. Satu dukungan kalian sangat berharga bagiku. Jadi, tolong berikan support kalian dengan gems, hadiah dan komentar yg baik. Jangan lupa tinggalkan ulasan bintang 5 untuk cerita ini ya Selamat membaca dan semoga kalian menyukainya ya ^^

| 5
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nityassi
Wiiiih. mantep ka ...
goodnovel comment avatar
Popy Try
hadir ,,suami yg gak tau di untung liat aja karma mu nanti membuang berlian demi serpihan kaca
goodnovel comment avatar
Puput Assyfa
aq mampir ka Alice
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status